Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Aku Tidak Sendirian

Share

Aku Tidak Sendirian

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-09 19:07:42

Raja Siluman Macan tidak percaya manusia itu alias Tang Long bisa membuat Raja Naga Hitam terseok ke dalam tanah.

Kulit Naga Hitam sangat keras, lebih keras dari sebuah logam bahkan, senjata level tinggi sekalipun tidak bisa melukai kulit Naga Hitam tapi pukulan Tang Long bahkan membuat naga itu tersungkur di permukaan tanah.

"Serangan yang dilakukan pria itu tidak mengandung energi batin, dia tidak melemahkan energi siluman naga hitam ..."

"Yang Mulia, sekuat apa manusia itu?"

Sekarang setelah melihat kekuatan Tang Long, banyak siluman macan menjadi ragu utuk membantu Siluman Naga tersebut.

Tang Long mendekati Naga Hitam dengan penuh kemarahan yang membara, dia menarik tanduk siluman itu lalu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.

Tang Long sekali lagi menghempaskan kepala siluman itu ke bumi, dengan kuat, membuat tanah kembali bergetar.

"Kau sudah merasa sombong karena bisa mengeluarkan nafas api ..." ucap Tang Long. "Aku adalah

Pancur Lidi

Hai, selagi menunggu Lanting Update, silahkan baca novel Arya Wiguna Wadah Terpilih

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Zulfiah Isk
kamu kuat Lanting
goodnovel comment avatar
Dheny_06 Akbar
ini bikin penasan thor ....
goodnovel comment avatar
Rizal Effendi
pokoke mantab rek.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Tawaran Tang Long

    Di atas pegunungan tinggi menjulang sampai ke angkasa, dua teman Tang Long berseteru hebat melawan para siluman kera purba.Benturan antar dua kubu membuat permukaan di sana tidak berbentuk lagi, ada banyak tanah merekah dan lebih banyak pohon dan es yang hancur.Ketika dua orang itu hampir memenangkan pertarungan, tiba-tiba muncul 3 kawanan siluman lain yang menyerang dua orang itu secara tak terduga."Mereka semua datang ke sini?" Siluman Kera Purba tidak percaya hal ini.Sudah sejak lama para siluman tidak pernah bergabung untuk melawan manusia, ini membuat mereka mudah untuk ditaklukan.Bukankah satu potong lidi akan mudah patah, tapi 100 lidi bisa membersihkan setu bidang halaman rumah yang luas."Jangan biarkan manusia ini merebut harta berharga di tempat ini!" teriak beberapa siluman, kemudian menyerang dua orang itu.Melihat hal ini, semangat yang nyaris padam di wajah Siluman Kera Purba tiba-tiba muncul kembali.Dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • LANTING BRUGA   Jia Lia Melarikan Diri

    Tang Long masih membujuk Lanting Beruga untuk bekerja sama dengan dirinya, bahkan dia menawarkan Lanting Beruga posisi bagus di Kekaisaran Tang.Namun semua tawaran yang diucapkan oleh Tang Long dianggap sebagai angin lalu oleh Lanting Beruga.Tidak, pemuda itu tidak ingin mejadi apapun di Kekaisaran Tang, bahkan meskipun Istana Kekaisaran Tang diberikan ke dalam genggamannya, Lanting Beruga tidak menginginkan hal itu.Hanya seorang Raja? Impian yang begitu kecil, Lanting Beruga berniat melampaui seluruh raja di dunia ini, melampaui Bangsawan Dunia. Dia ingin menjadi Dewa Pedang.Jadi, mana mungkin dia tergoyahkan oleh tawaran Tang Long."Aku menolak semuanya!" ucap Lanting Beruga, seraya mengayunkan mata pedangnya ke depan, mengenai dada Tang Long dengan luka yang tipis.Tang Long melompat ke belakang, wajahnya semakin suram setelah gagal mengajak Lanting Beruga bekerja sama dengan dirinya."Bocah, apa kau ingin melindungi tempat ini

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • LANTING BRUGA   Serangan Dua Naga

    Jia Lia benar-benar memutuskan untuk melarikan diri dari kejaran Siluman Macan Purba. Meski dia bisa melakukan penyerangan, tapi membutuhkan jumlah aura alam yang tidak sedikit.Saat ini hal yang paling bijak menurut wanita itu adalah, mengirit semua energi. Keluar dari tempat ini adalah prioritas utama, karena Tang Long mungkin tidak akan bertahan lama."Sial, wanita ini punya ilmu meringankan tubuh yang hebat ..." Raja Macan Purba melihat Jia Lia terbang semakin jauh, dan dia tidak bisa mengejarnya hanya dengan melompat saja.Setelah beberapa lama kemudian, Jia Lia benar-benar hilang dari penciuman para siluman.Dia berhasil.Ketika dia berada begitu jauh dari siluman macan, wanita itu bertemu dengan salah satu teman Tang Long yang juga melarikan diri dari."Apa yang kau lakukan?" tanya Jia Lia.Pria itu belum menjawab, dia mengatur nafasnya yang tersengkal-sengkal di tenggorokan. Ada beberapa luka di wajah pria itu, beberapa lebam

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • LANTING BRUGA   Raja Baru

    Dua Naga menyerang Tang Long dalam waktu yang bersamaan, hanya saja naga bayangan menyerang dengan taringnya yang keras, satu naga lagi mendorong naga bayangan dengan semburan api yang panas. "AHKKK!" Tang Long mencoba menahan serangan tersebut, tapi tidak berhasil. Dalam beberapa waktu yang cepat, tubuh Tang Long dilahap habis oleh dua kekuatan tersebut. Membuatnya hancur tanpa tersisa, bahkan darahnya menguap menjadi udara karena serangan tersebut. Cerita hidup Tang Long telah berakhir, dan dia tidak percaya bahwa orang yang mengalahkan dirinya hanya seorang pemuda berusia 19 tahun. Sebuah siring lebar dan dalam tercipta karena serangan mereka berdua. Debu-debu berhamburan kemudian lenyap ditiup oleh angin. Lanting Beruga berniat menghempaskan bokongnya ke tanah, tapi seorang siluman membawakan potongan kayu untuk pemuda tersebut. "Terima kasih ..." Jawab Lanting Beruga. Siluman kecil yang terdiri dari kelinci tikus dan yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • LANTING BRUGA   Kembalinya Lanting Beruga

    Butuh waktu hampir 3 bulan lamanya, Lanting Beruga mengelilingi tempat tersebut, dan menemukan struktur dimensi atau bisa juga tabir ghaib yang rentan dihancurkan dari luar Warisan Kuno.11 Siluman bekerja sama untuk membangun lapisan dimensi yang kuat.Setelah semua urusan beres, di bulan ke empat, Lanting Beruga memutuskan untuk kembali ke alam manusia."Yang Mulia Raja, bagaimana jika dua orang itu masih berada di sini?" tanya salah satu Raja Siluman Purba.Yang mereka maksud adalah Jia Lia dan pria satunya. Mereka telah menyusuri tempat ini, tapi tidak menemukan jejak keberadaan Jia Lia dan temannya.Meski menggunakan mata asura, Lanting Beruga tidak menemukan jejak keberadaan dua orang itu.Namun demikian Lanting Beruga berkata kepada para siluman, "Sekarang kalian telah bersatu, dua orang itu bukan masalah bagi kalian ...Mereka mungkin kuat tapi," Lanting Beruga mengepal tinjunya kemudian mengarahkan ke atas, "Persatuan akan meng

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • LANTING BRUGA   Kampung Halaman

    Sebelum tabir dimensi tertutup kembali dua bayangan melompat dari tempat tersebut."Jadi dua orang itu masih ada di sini ..." ucap Siluman Naga Hitam.Tentu saja dua orang itu adalah Jia Lia dan juga pria satunya. Mereka telah bersembunyi cukup lama selama empat bulan, dan hanya berhasil mengumpulkan sumber daya pelatihan level rendah.Dua orang itu tidak berani menampakan diri di hadapan para siluman, takut Jika Lanting Beruga mengetahuinya. Dan hari ini, mereka telah keluar dari Warisan Kuno.Tidak ada manusia lagi di tempat ini.Lanting Beruga memijakkan kaki di tanah kering, sebuah dataran tinggi yang berada di pinggir lautan tapi bukan tanah Serikat Satria.Mata Lanting Beruga hampir saja basah karena terpesona dengan pemandangan ini. Ya, ini adalah kampung halamannya, desa ranting hijau.Dia duduk di tepi pantai itu, pohon besar yang biasanya dijadikan tempat bersantai kini semakin rimbun tapi tidak terawat.Ada ban

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • LANTING BRUGA   Pemimpin Desa Ranting Hijau

    Lanting Beruga bermalam di desa Ranting Cemara beberapa hari lamanya. Ketika hari ke tiga, sebelum Lanting Beruga pergi dari penginapan sederhana di desa ini, tiba-tiba dia mendengarkan keributan di luar. "Ada perampok!" suara kentongan bambu terdengar begitu nyaring. Lanting Beruga belum tidur malam ini, masih melakukan meditasi untuk menyesuaikan energi batin yang dia peroleh dari Raja Bandawasa dengan energi batinnya. Mendengar kentongan bambu berbunyi saling sahut menyahut, membuat Lanting Beruga bergegas keluar dari penginapan. "Paman, apa yang terjadi?" tanya Lanting Beruga, menghadang seorang pelayan penginapan yang lari dengan wajah panik. "Anu ...ada ...ada ...anu ..." "Paman jangan takut," ucap Lanting Beruga, "Bicara yang pelan, tarik napas dalam-dalam!" "Anu anak muda, ada perampok datang ..." Lanting Beruga mengangguk tanda mengerti, dia kemudian pergi meninggalkan penginapan menuju pusat terjadinya kekacau

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • LANTING BRUGA   Pertemuan Dengan Musuh Lama

    Setelah menelan ramuan yang diberikan oleh Lanting Beruga, kondisi Coyo Wigoro kembali membaik. Nafasnya yang nyaris terputus, kini kembali seperti semula.Coyo Wigoro menatap tubuh bagian belakang Lanting Beruga, jelas tidak mengetahui siapa pemuda baik yang baru saja menolong dirinya.Namun Coyo Wigoro sedikit heran ketika melihat wajah Lila Sari yang tampak sangat tegang."Dinda Lila Sari ..." ucap Coyo Wigoro, "Aku baik-baik saja, kenapa wajahmu menjadi begitu tegang.""Itu karena ..." Lila Sari berkata pelan, membuat wajah Coyo Wigoro mendadak pucat.Sementara di sisi lain, Perampok itu berniat mundur setelah serangannya sama sekali tidak mampu melukai pakaian yang dikenakan oleh Lanting Beruga.Pakaian yang aneh memang, Lanting Beruga masih mengenakan pakaian dari kulit siluman kelinci yang dijahitnya dengan tangan sendiri. Lanting Beruga bukan ahli seni dan desain, jadi sudah pasti pakaian itu benar-benar tidak pantas disebut sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

DMCA.com Protection Status