Tanpa menggunakan aba-aba, Jian Tie menyerang Lanting Beruga dengan kepalan tinjunya, tapi gagal.
Pemuda itu telah memperhitungkan serangan pria tersebut, dan menghindarinya tepat waktu. Alhasil, tinju Jian Tie mendarat di permukaan dinding goa hingga bebatuan pecah.
Sebuah kepalan tinju yang lain hampir mengenai kepala Lanting Beruga, jika pemuda itu tidak sempat menarik kepalanya ke kiri.
Gelombang energi yang dihasilkan oleh kepalan tinju Jian Tie, terasa begitu dingin di pinggi kuping pemuda tersebut. Menandakan jika serangan tadi mengandung kekuatan yang begitu besar.
"Ceh..." Jian Tie sedikit kesal, dia mengalirkan banyak aura alam pada kakinya, dan mengarahkan tendangan ke dada Lanting Beruga.
Tendangan itu berhasil mendarat telak, membuat tubuh Lanting Beruga terpukul mundur beberapa langkah ke belakang.
Tidak mati? Jian Tie sedikit terkejut, dia cukup yakin telah menggunakan aura lama pada tendangan tersebut, meskipun tidak te
Pertarungan antara Lanting Beruga melawan Jian Tie berlangsung begitu sengit dan cukup lama. Sesekali pemuda itu terkena kepalan tinju hebat Jian Tie, membuatnya terpental beberapa jauhnya, bahkan terhempas di dinding goa.Namun tak jarang Lanting Beruga berhasil melukai Jian Tie dengan pedang sisik Naga Hijau.Spertiga goa ini telah runtuh ke bawah, permukaan tanah yang ada di luar amblas ke bawah, tapi demikian tidak ada di antara mereka yang mampu menggerak batu berbentuk pedang di dasar goa.Ini sedikit aneh memang, bahkan tampaknya reruntuhan tanah tidak dapat mengubur benda tersebut.Sebuah kepalan tinju mendarat tepat di wajah Lanting Beruga, membuatnya melayang beberapa saat di udara sebelum kemudian terhempas keras di reruntuhan tanah.Jian Tie menarik nafas yang tersengkal-sengkal, tampaknya mulai lelah menghadapi bocah berandalan ini.Sudah berapa kali dia berhasil mengenai tubuh Lanting Beruga dengan kepalan tinjunya, tapi Lantin
Jian Tie mengendus kesal, seorang bocah ingusan di depannya berbicara layaknya seorang pendekar level dewa."Majulah bocah, akan kutunjukkan kekuatan dari Klan Kepala Besi."Ajaran dari Klan Kepala Besi adalah bertarung sampai mati, jangan menyerang dan jangan menunjukan belas kasihan.Dia menarik aura alam sekali lagi, membuatnya memiliki tekanan yang begitu kuat. Beberapa siluman level mistik tiga ke bawah mulai khawatir dengan tekanan energi tersebut.Beberapa yang lain, memutuskan untuk pergi sebelum terkena imbas dari pertarungan.Kilatan ungu menyala-nyala di tubuh Jian Tie, dan ini adalah semua kekuatan yang dia miliki. Jika kekuatan ini tida berhasil menahan Lanting Beruga, maka itu artinya dia pasti mati.Lanting Beruga menarik nafas dalam-dalam, pada saat yang sama dia mulai memasang sebuah jurus."Angkara Jagat," ucap Lanting Beruga.Jurus tersebut mulai diperkuat semenjak pemuda itu memahami teknik pedang baya
Dalam tidur yang panjang, Lanting Beruga bermimpi bertemu seseorang berwajah sahaja yang begitu berwibawa. Usia orang itu mungkin menginjak 40 tahun, paling tua mungkin 45 tahun. Namun demikian, wajahnya terlihat masih sangat tampan untuk orang seusia dirinya. "Aku adalah Bandawasa," ucap Pria tersebut, "Sengaja menyegel semua kekuatanku di dalam batu pedang tersebut." Mendengar hal itu, Lanting Beruga langsung paham jika orang di depannya adalah orang pertama yang datang ke tempat ini, dan menjadi raja di sini. Dengan penuh kerendahan hati, Lanting Beruga membungkuk memberi hormat kepada dirinya. Raja Bandawasa tersenyum tipis, menyadari pemuda di depannya sangat sopan dan mengerti etika. "Lanting Beruga, kau memiliki takdir yang sama dengan diriku, kecacatan dari lahir, titik cakra yang tidak berfungsi ..." ucap Raja Bandawasa. "Hanya saja, aku tidak seberuntung dirimu yang dipilih oleh Roh Api." Lanting Beruga tersenyum tipi
Berhari-hari Lanting Beruga melakukan meditasi yang dalam, mencoba memahami warisan energi batin yang ditinggalkan Raja Bandawasa kepada dirinya.Benar-benar sulit menyeimbangkan kekuatan tersebut, bahkan Lanting Beruga tidak mampu untuk menggunakan lebih dari 20% dari energi batin miliki Bandawasa.Jika lebih dari itu, mata kiri pemuda tersebut akan berdenyut kuat, dan pada saat yang sama kepalanya terasa dibakar dari dalam.Benar-benar sangat sakit.Namun, dengan menggunakan energi batin sekuat itu, Lanting Beruga tidak masalah jika harus menghadapi seorang pendekar level bumi rendah hanya dengan energi batinnya saja. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka kalah.Sementara di sisi lain, usaha Tang Long untuk menemukan Lanting Beruga menuai jalan buntu. Sungguh dia tidak menemukan pemuda itu di manapun, seolah lenyap di telan Warisan Kuno."Tang Long, apa yang kau rencanakan sekarang?" tanya Jia Lia."Apa lagi, kita akan men
Di dalam danau yang besar di tengah Warisan Kuno, seekor mahluk besar tertidur pulas setelah menyantap makanan.Dia sudah tertidur beberapa bulan lamanya, tapi hari ini atmosfir Warisan Kuno tiba-tiba berubah sedikit lebih berat, dan hal ini membangunkan dirinya dari tidur yang panjang.Mata merah terang itu tiba-tiba menyala, di dalam air bahkan masih terlihat sangat terang.Banyak ikan di sekitar mahluk tersebut, mulai menjauh karena beberapa saat lagi, mahluk itu akan bergerak dan keluar dari Danau ini."Rupanya manusia?" ucap dirinya, "Kalian semua harus mati di tempat ini."Ya, dialah Raja terkuat di dalam Warisan Kuno, raja tanpa rakyat, tapi raja yang paling berbahaya dari semuanya. Raja Naga hitam yang bersarang di dalam danau hijau yang dalam.Merasakan kehadiran manusia, Naga tersebut mulai geram. Dendam lamanya terhadap bangsa manusia masih mengakar dan berkarang di dalam hatinya."Manusia mengadu domba ular untuk membunuh
"Berhenti!" ucap Tang Long, merentangkan lengannya menghadang langkah kaki Jia Lia. "Ada buruan mendekat."Jia Lia mengangguk, tapi raut wajahnya tidak begitu baik, terlihat lebih tua beberapa tahun dari sebelumnya.Dari semua siluman yang dirasakan keberadaanya oleh Jia Lia, baru kali ini ada yang sangat kuat. Energi siluman yang sulit dibayangkan oleh dirinya. Siluman mistik level lima.Baru pula lima tarikan nafas Jia Lia menghentikan langkah kakinya, tiba-tiba di atas langit biru, mendadak muncul mendung yang begitu tebal, lalu kilatan cahaya menyambar pelupuk mata.Mendung kemudian mulai berpusar, muncul percikan petir di tengah pusaran tersebut, hingga kemudian munculah moncong mahluk yang membuat bulu kuduk terasa berdiri.Dua pendekar di atas gunung menelan ludah mereka, tidak menduga ada siluman yang begitu kuat hingga mempengaruhi alam di tempat ini."Apakah itu naga?" tanya salah satu dari mereka berdua. "Aku hanya pernah melihatn
Raja Siluman Macan tidak percaya manusia itu alias Tang Long bisa membuat Raja Naga Hitam terseok ke dalam tanah. Kulit Naga Hitam sangat keras, lebih keras dari sebuah logam bahkan, senjata level tinggi sekalipun tidak bisa melukai kulit Naga Hitam tapi pukulan Tang Long bahkan membuat naga itu tersungkur di permukaan tanah. "Serangan yang dilakukan pria itu tidak mengandung energi batin, dia tidak melemahkan energi siluman naga hitam ..." "Yang Mulia, sekuat apa manusia itu?" Sekarang setelah melihat kekuatan Tang Long, banyak siluman macan menjadi ragu utuk membantu Siluman Naga tersebut. Tang Long mendekati Naga Hitam dengan penuh kemarahan yang membara, dia menarik tanduk siluman itu lalu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Tang Long sekali lagi menghempaskan kepala siluman itu ke bumi, dengan kuat, membuat tanah kembali bergetar. "Kau sudah merasa sombong karena bisa mengeluarkan nafas api ..." ucap Tang Long. "Aku adalah
Di atas pegunungan tinggi menjulang sampai ke angkasa, dua teman Tang Long berseteru hebat melawan para siluman kera purba.Benturan antar dua kubu membuat permukaan di sana tidak berbentuk lagi, ada banyak tanah merekah dan lebih banyak pohon dan es yang hancur.Ketika dua orang itu hampir memenangkan pertarungan, tiba-tiba muncul 3 kawanan siluman lain yang menyerang dua orang itu secara tak terduga."Mereka semua datang ke sini?" Siluman Kera Purba tidak percaya hal ini.Sudah sejak lama para siluman tidak pernah bergabung untuk melawan manusia, ini membuat mereka mudah untuk ditaklukan.Bukankah satu potong lidi akan mudah patah, tapi 100 lidi bisa membersihkan setu bidang halaman rumah yang luas."Jangan biarkan manusia ini merebut harta berharga di tempat ini!" teriak beberapa siluman, kemudian menyerang dua orang itu.Melihat hal ini, semangat yang nyaris padam di wajah Siluman Kera Purba tiba-tiba muncul kembali.Dengan
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m