21 hari telah berlalu semenjak Lanting Beruga berlatih memanjat tebing dan turun di sore harinya. Kemahirannya semakin terasa dengan baik.
Otot di tubuhnya juga meningkat kuat, meskipun tidak terlalu signifkan seperti saat menyerap Sumber Daya Pelatihan.
Waktu 10 jam yang digunakan untuk mendaki tebing ini telah terpotong cukup banyak. Kini Lanting Beruga hanya membutuhkan 5 jam untuk tiba di puncak pilar tinggi.
Ketika Pramudhita memeriksa otot Lanting Beruga, pria itu tersenyum tipis.
Disamping itu, insting Lanting Beruga mulai terasah seiring latihan berjalan.
Pramudhita menargetkan latihan ini selama 2 bulan penuh, dan ketika itu dia akan mulai memberi pelajaran mengenai teknik bertarung yang mengandalkan insting.
Lanting Beruga tidak keberatan mengenai hal itu, semakin lama dia berlatih semakin hebat dirinya setelah keluar dari tempat ini.
"Apa impianmu!" Pramudhita bertanya sebelum Lanting Beruga memanjat tebing tinggi ini
Berlatih menutup mata begitu sulit dilakukan oleh Lanting Beruga yang cendrung selalu menggunakan mata Asura di malam hari. Entah sudah berapa hari lamanya dia berlatih, tapi sampai hari inipun tidak ada satupun batu yang dapat dihindari oleh pemuda tersebut. Luka-luka yang didapatkan pemuda itu cukup banyak, dan hal ini membuat Sang Guru bertambah kesal dibuatnya. Sejauh pemahaman Pramudhita, tampaknya Lanting Beruga belum bisa membangkitkan insting bertarung. Namun, masih ada waktu untuk terus berlatih, dan tampaknya Lanting Beruga tidak akan menyerah. Ini adalah poin utama yang dimiliki oleh seorang pendekar hebat. "Lanting, rasakan hembusan udara yang membelai kulitmu, dengarkan suara udara itu dengan telingamu!" ucap Pramudhita. "Gunakan semua indra yang ada di tubuhmu!" Lanting Beruga hanya mengangguk, mulai menutup mata dan merasakan semua hal yang ada di sekitar dirinya. Bukan hanya udara yang berhembus pelan, tapi kerikil yang jatuh dari tebi
Satu minggu lamanya, Lanting Beruga menutup matanya. Meski kadang kala ada niat untuk membuka kain hitam itu, tap pesan sang Guru membuat Lanting Beruga mengurungkannya.Meski dia bodoh dan keras kepala, Lanting Beruga bukanlah pemuda pembangkang. Semua yang sudah dijanjikannya akan selalu dia tepati, meskipun itu sulit untuk dilakukan.Latihan bersama Bony An menjadi rutinitas Lanting Beruga setiap hari.Cincin di gantung dan ayun oleh Bony An, sementara Lanting Beruga berusaha memasukan sebilah kayu ke dalam lubangnya.Hal ini sangat sulit dilakukan oleh pemuda itu, dal 1000 kali usaha hanya berhasil memasukan bilah kayu sebanyak 3 kali. Itupula karena keberuntungan saja.Lanting Beruga hampir frustasi dengan latihan ini, tapi tiba-tiba dia teringat lawannya yang tangguh, Ares sang Ksatria Perang.Jika pria itu masih hidup, barang kali dia sedang berlatih keras pula untuk melawan Lanting Beruga di suatu hari nanti.Lanting Ber
Aura yang dipancarkan oleh mahluk tersebut benar-benar terasa sangat aneh, Lanting Beruga tidak pernah menemukan aura seperti ini selama berada di alam lelembut.Tekanan yang selalu muncul dari tubuh mahluk itu membuat mata kirinya berdenyut kuat, hampir saja Lanting Beruga membuka mata itu karena penasaran dengan sosok yang datang saat ini.Siapa dia? gumam Lanting Beruga, kenapa dia datang ke sini?Garuda Kencana berdiri tepat di samping Lanting Beruga, segera menyadari kegundahan teman manusianya."Klik Klik Klik ..." Garuda Bercerita saat ini."Bangsa Asura," ucapnya.Mendengar hal itu, Lanting Beruga tersentak seolah tidak percaya dengan ucapan Garuda Kencana. Jadi Bangsa itu benar-benar ada, bukan hanya mitos belaka yang acap kali dia dengar dari mulut kakeknya, Seno Geni.Rupanya, mahluk alam kegelapan bukalah dongeng semata, yang digunakan oleh orang tua untuk menakut-nakuti anak-anaknya yang gemar bermain hingga larut malam.
Menurut Roh Api, Bangsa Asura memiliki 4 level berbeda. Level ini bukan hanya mengacu pada kekuatan mereka tapi pula dari kedudukan mereka di mata asura yang lain.Level ini dibagi menjadi level terkuat, level kuat, level sedang, level rendah.Perbedaan kasta pada bangsa asura benar-benar mengerikan.Sang kesepian dan kesombongan ini menghibur diri mereka dengan menyiksa iblis lain yang berada di level rendah. Semantara level rendah meneror iblis yang lebih rendah darinya.Jika mereka berada di level yang sama, mereka akan bertarung dan saling mencekik meskipun mereka akan sulit untuk mati.Obrolan Roh Api dengan Lanting Beruga berlangsung sangat cepat, tapi terasa begitu lama bagi Lanting Beruga, seolah dia baru saja tertidur dan bermimpi banyak hal.Umumnya level rendah memiliki wujud seperti monster atau setengah berbentuk seperti binatang.Level sedang sedikit lebih baik dari level redah dari sisi wujud mereka, paling tidak me
Lanting Beruga merasa serangannya mengenai sasaran, tapi kenapa aura kegelapan masih terpancar dari tubuh mahluk tersebut."Roh Api, bagaimana bisa begitu?" tanya Lanting Beruga."Itu karena ...," Roh Api menjelaskan hanya ada dua cara membunuh bangsa asura.Pertama, hancurkan jantung iblis yang dimiliki oleh mahluk tersebut. Jantung iblis adalah sumber energi kehidupan bangsa itu.Namun masalahnya, jantung itu tidak berada di dada kiri seperti manusia pada umumnya. Jantung itu berada tidak tentu, asura dapat memindahkan jantungnya ke bagian tubuh manapun sesuka hati dirinya.Dalam kasus ini, bisa saja mahluk tersebut meletakan jantungnya kedalam tubuh ular yang menyatu dengan bagian bawah kakinya sendiri.Cara yang kedua adalah, menghancurkan tubuh Asura dalam sekali serangan. Dengan begitu jantung iblis akan ikut hancur bersama dengan tubuhnya yang lenyap."Apa itu artinya pedangku tidak dapat membunuhnya?" tanya Lanting Berug
Cahaya gelap jatuh ke arah Lanting Beruga, tapi sedikitpun pemuda itu tidak bergeming dari tempatnya.Dan entah kenapa, tubuhnya bergerak sendiri dengan pedang yang berselimut cahaya terang berwarna merah.Lalu semua hal diliputi oleh energi hitam pekat yang bercampur dengan cahaya merah terang. Asura tertawa melihat permukaan yang hancur tap bci kemudian senyumnya hilang dari bibir asura.Lanting Beruga menerobos masuk ke dalam energi hitam, dengan pedang sisik naga hijau menujam ke atas.Laksana anak panah, Lanting Beruga berhasil melewati tubuh Asura membuat dadanya berlubang cukup besar.Mengetahui mahluk tersebut tidak akan mati dengan serangan seperti ini, Lanting Beruga menebaskan pedangnya puluhan kali yang membuat tubuh asura terpotong-potong menjadi banyak bagian.Ular meraung keras, membuat gerakan yang dapat membuat permukaan bebatuan bergetar seperti terjadi gempa dahsyat.Elang berkaki empat memanfaatkan kesempatan ini u
Pedang berwarna merah ke emasan meluncur ke arah induk Garuda Kencana, terpaksa memotong sayap kirinya hingga putus.Teriakan keras terdengar dari mulut burung tersebut, darahnya membanjiri bebatuan hitam."Maaf, Kencanan ...," Lanting Beruga berpikir hanya ini satu-satunya cara agar nyawa Induk Garuda Kencana dapat diselamatkan, dengan memotong sayap burung tersebut.Jika tidak, maka racun yang tersebar akan membunuh burung elang berkaki empat hanya dalam hitungan menit saja.Bony An meluncur cepat ke arah Garuda Kencana, merobek pakaiannya untuk menutupi luka yang ada di sayap elang tersebut.Meski terlihat begitu kejam, tapi ini adalah cara terbaik agar burung tersebut dapat diselamatkan.Sementara itu, Garuda Kencana menatap Lanting Beruga dengan linangan air mata. Sungguh pemuda itu baru saja menyelamatkan ibunya."Lindungi ibumu!" ucap Lanting Beruga."Klik Klik ..." Garuda Kencana berkicau riang, kemudian menatap ular be
Jika Lanting Beruga ingin membuka mata kirinya, selama lima tarikan nafas saja, dia mungkin bisa melihat dimana letak jantung iblis asura ini. Jantung iblis memancarkan energi kegelapan yang lebih pekat dibandingkan dengan organ tubuh yang lain, sementara mata kiri Lanting Beruga dapat melihat semua energi meskipun mungkin adalah energi kegelapan. Godaan untuk membuka mata tentu saja selalu menggelitik pikiran Lanting Beruga, ditambah kain hitam yang menutupi mata tersebut telah ditarik oleh Asura. Namun, pemuda itu bersikukuh untuk selalu menutup matanya hingga sang Guru datang. Lagipula, situasi seperti ini cukup baik untuk melatih isnting bertarungnya. Meski tidak dapat melihat keberadaan jantung iblis, tapi Lanting Beruga mulai terbiasa dengan serangan-serangan mendadak dari lawannya. Sekali lagi, Asura menciptakan pedang dari sisik yang ada di tubuhnya, mulai menyerang Lanting Beruga dari arah tak terduga. Namun, Lanting Beruga mu