Beranda / Pendekar / LANTING BRUGA / Kau Tidak Bisa Membunuhku

Share

Kau Tidak Bisa Membunuhku

Penulis: Pancur Lidi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-04 18:47:48

Pedang berwarna merah ke emasan meluncur ke arah induk Garuda Kencana, terpaksa memotong sayap kirinya hingga putus.

Teriakan keras terdengar dari mulut burung tersebut, darahnya membanjiri bebatuan hitam.

"Maaf, Kencanan ...," Lanting Beruga berpikir hanya ini satu-satunya cara agar nyawa Induk Garuda Kencana dapat diselamatkan, dengan memotong sayap burung tersebut.

Jika tidak, maka racun yang tersebar akan membunuh burung elang berkaki empat hanya dalam hitungan menit saja.

Bony An meluncur cepat ke arah Garuda Kencana, merobek pakaiannya untuk menutupi luka yang ada di sayap elang tersebut.

Meski terlihat begitu kejam, tapi ini adalah cara terbaik agar burung tersebut dapat diselamatkan.

Sementara itu, Garuda Kencana menatap Lanting Beruga dengan linangan air mata. Sungguh pemuda itu baru saja menyelamatkan ibunya.

"Lindungi ibumu!" ucap Lanting Beruga.

"Klik Klik ..." Garuda Kencana berkicau riang, kemudian menatap ular be

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
rahmat sadami
mantappppp
goodnovel comment avatar
Errie Setianto
koinnya gile
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LANTING BRUGA   Kematian Asura

    Jika Lanting Beruga ingin membuka mata kirinya, selama lima tarikan nafas saja, dia mungkin bisa melihat dimana letak jantung iblis asura ini. Jantung iblis memancarkan energi kegelapan yang lebih pekat dibandingkan dengan organ tubuh yang lain, sementara mata kiri Lanting Beruga dapat melihat semua energi meskipun mungkin adalah energi kegelapan. Godaan untuk membuka mata tentu saja selalu menggelitik pikiran Lanting Beruga, ditambah kain hitam yang menutupi mata tersebut telah ditarik oleh Asura. Namun, pemuda itu bersikukuh untuk selalu menutup matanya hingga sang Guru datang. Lagipula, situasi seperti ini cukup baik untuk melatih isnting bertarungnya. Meski tidak dapat melihat keberadaan jantung iblis, tapi Lanting Beruga mulai terbiasa dengan serangan-serangan mendadak dari lawannya. Sekali lagi, Asura menciptakan pedang dari sisik yang ada di tubuhnya, mulai menyerang Lanting Beruga dari arah tak terduga. Namun, Lanting Beruga mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-04
  • LANTING BRUGA   Harapan Keseimbangan

    Di kejauhan, Pramudhita masih sempat melihat pertarungan Lanting Beruga dan teman-temannya didetik-detik terakhir kematian Asura.Pria itu baru saja kembali dari kampung halamannya, setelah menyelesaikan masalah yang begitu mendesak. Masalah yang memakan waktu cukup lama untuk diselesaikan."Kau menepati janjimu, bocah!" ucap Pramudhita, "bahkan meskipun hal itu mengancam nyawamu sendiri!"Lanting Beruga jatuh terlentang di permukaan batu, tepat di antara daging hancur ular besar. Matanya masih tertutup rapat, meskipun kain hitam telah hilang tak tahu dimana.Raja Elang Berkaki Empat mendekati manusia itu, kemudian dengan empat kakinya dia bersujud seraya kepala yang tertunduk.Awalnya, Lanting Beruga tidak menyadari hal tersebut, tapi Bony An memberi tahu Lanting Beruga."Tunggu!" ucap Lanting Beruga, "Kalian tidak perlu melakukannya!"Sifat saling tolong menolong adalah sebuah keharusan meskipun mereka bukan berasal dari alam yang s

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • LANTING BRUGA   Kembali Ke Dunia Manusia

    Setelah pertarungan tersebut, semua elang mulai mengumpulkan benda apapun untuk membuat sarang baru miliki mereka. Kali ini sarang dibuat tidak terlalu tinggi, hal ini sebagai lambang kesedihan yang dialami oleh Induk Garuda Kencana tanpa sayap kirinya.Anak-anak elang berkaki empat kembali ke ayah mereka, meskipun tidak sedikit dari mereka yang menangis karena mengetahui ayahnya gugur di dalam medan pertempuran.Di sisi lain, Pramudhita sedang membenahi celah tabir gaib yang membatasi antara alam ini dengan alam asura, dia ditemani oleh Lanting Beruga.Setelah beberapa hari lamanya, proses pembenahan tempat ini akhirnya selesai pula.Latihan Lanting Beruga kembali dilanjutkan, masih dengan mata yang tertutup. Pramudhita tidak melarang pemuda itu untuk membuka matanya, tapi menurut Lanting Beruga sekarang dia dapat merasakan pergerakan mahluk hidup yang ada di sekitarnya.Hembusan angin menjadi radar bagi pemuda tersebut, atau pula aroma yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • LANTING BRUGA   Jurus Yang Diperebutkan

    Lanting Beruga mendekati desa kecil itu, sementara Burung Elang berkaki empat langsung terbang untuk mengawasi dari kejauhan.Sayup sayup didengarnya suara teriakan lalu suara senjata yang saling berbenturan. Jelas suara pendekar sedang bertarung.Lanting Beruga semakin mendekati lokasi sumber suara, dengan mengendap-endap dan kadang kala bersembunyi di balik rumah para warga.Ah, desa ini tampaknya baru saja dijadikan medan pertempuran, terlihat jelas ada banyak pendekar mati di tempat ini.Ketika Lanting Beruga sedang berjongkok, dia bertemu seorang kakek tua bersama dengan 3 keluarganya.Mereka bersembunyi di bawah pembaringan yang terbuat dari anyaman bambu yang dijalin oleh rotan.Alangkah terkejut orang tua itu ketika melihat wajah Lanting Beruga, membuat mereka ketakutan bukan kepalang.Dua anaknya menutup mata, sementara sang ibu memeluk mereka berdua dengan begitu erat.Pria tua itu, mengarahkan parang ke depan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • LANTING BRUGA   Dukun Sinting

    Lanting Beruga mendekati Tapa Kore tanpa mempedulikan 5 setan hitam yang terpaku di tempatnya dengan wajah tegang nan pucat. Lanting Beruga memeriksa tubuh pria tersebut, memberinya beberapa cairan hijau untuk mengobati luka pisik yang memenuhi tubuhnya. Tapa Kore tampaknya masih ragu dengan kemunculan Lanting Beruga, hal itu terlihat jelas dari sikapnya yang masih mencengkram erat kitab Jurus Taburan Air Memecah Karang. Tentu saja Lanting Beruga tidak terlalu peduli dengan hal itu. Sudah sewajarnya seorang seperti Tapa Kore menaruh curiga terhadap pemuda aneh dengan rambut berantakan. Sesekali, Tapa Kore menjadi sedikit merinding ketika melihat kedalaman mata kiri Lanting Beruga yang bersinar merah redup. Sungguh seumur hidupnya, tidak pernah melihat ada manusia yang memiliki jenis mata seperti Lanting Beruga. Dilihat dari manapun, Lanting Beruga tidak menunjukan dari aliran putih, tampilannya seperti aliran hitam. Namun, kenapa dia m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • LANTING BRUGA   Mereka Datang

    Masih dengan perasaan yang begitu kesal, Lanting Beruga pergi ke ujung desa sambil sekali menendang benda apapun yang ada di depannya.Mulut pemuda itu terlihat monyong, tampak sedang memaki dukun tadi, tapi Tapa Kore tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Lanting Beruga.Pria itu hanya melihat Lanting Beruga malah seperti orang gila sungguhan.Setelah berhasil menakuti semua orang yang berada di sepanjang jalanan desa! akhirnya pemuda itu menemukan air terjun di ujung desa.Di tepi air terjun itu, sebuah rumah berdiri. Embun air terjun membuat rumah itu terlihat remang-remang dan basah.Lanting Beruga menggaruk badannya, berpikir jika orang di dalam rumah itu apakah tidak kedinginan?"Permisi Tuan!" ucap Lanting Beruga. "Apa ada tabib di dalam rumah!"Lanting Beruga mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada sahutan dari dalam rumah tersebut.Dia memanggil lagi, lalu mengintip dari celah dinding yang berlubang, kemudian ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • LANTING BRUGA   Tabib Panik

    Belum pula dikejutkan dengan kitab yang ada di tangan Tapa Kore, sekarang dari sebrang air terjun terdengar suara teriakan dari lusinan pendekar.Beberapa pendekar menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk menyerang, tapi pada saat yang sama, Garuda Kencana langsung meninggalkan tanah dan terbang ke awang-awang.Dengan bulu keras setajam anak panah, Garuda Kencana menyerang semua musuh yang datang melewati air terjun ini.Ketik di awang-awang, para pendekar akan kesulitan menghindari serangan Garuda Kencana, membuat beberapa orang dari mereka jatuh ke dalam sungai yang deras.Namun yang berhasil melewati serangan Garuda Kencana akan berhadapan dengan Lanting Beruga."Jika kalian melangkah lebih jauh, aku akan membantai kalian semua!" ucap Lanting Beruga.Namun, perkataan pemuda itu tidak diindahkan oleh lawan-lawannya. Merasa menang jumlah, mereka pikir dapat mengalahkan Lanting Beruga? tentu tidak.Dengan tiadanya tenaga dalam di tubu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • LANTING BRUGA   Permohonan Tapa Kore

    Tidak butuh waktu lama, halaman rumah tabib bermata bundar kini berubah menjadi merah karena darah aliran sesat.Yang tersisa dari banyak orang itu hanyalah satu pendekar aliran sesat yang dijuluki sebagai 5 setan hitam, dengan tangan kanan yang buntung dan luka di bagian sendi kakinya.Pria itu tidak dibunuh oleh pemuda tersebut karena sebuah alasan, dia melepaskan semua senjatanya dan berlutut di hadapan Lanting Beruga."Tolong kasihani aku," ucap dirinya, seraya mencengkram luka di tangan dan kakinya. "Aku telah melakukan kesalahan, tapi aku masih ingin hidup, kematianku tidak mungkin dapat membalas kesalahan itu."Lanting Beruga menatap wajah pria itu dengan dingin, pedangnya masih terhunus dan bersiap untuk menikam jantung lawannya, atau memenggal kepala pria ini.Namun, pada akhirnya Lanting Beruga menarik nafas panjang. Jika membiarkan pria ini hidup akan merubah kondisi menjadi lebih baik, maka Lanting Beruga akan melakukannya. Paling tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06

Bab terbaru

  • LANTING BRUGA   TAMAT

    Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N

  • LANTING BRUGA   Keinginan

    Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig

  • LANTING BRUGA   Maaf

    Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg

  • LANTING BRUGA   Terserah

    Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan

  • LANTING BRUGA   Matilah

    Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya

  • LANTING BRUGA   Satu Serangan

    Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.

  • LANTING BRUGA   Terlambat

    Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik

  • LANTING BRUGA   Ingin Menjadi Mahasepuh

    Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.

  • LANTING BRUGA   Apakah Terluka

    Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status