Masih dengan perasaan yang begitu kesal, Lanting Beruga pergi ke ujung desa sambil sekali menendang benda apapun yang ada di depannya.
Mulut pemuda itu terlihat monyong, tampak sedang memaki dukun tadi, tapi Tapa Kore tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Lanting Beruga.
Pria itu hanya melihat Lanting Beruga malah seperti orang gila sungguhan.
Setelah berhasil menakuti semua orang yang berada di sepanjang jalanan desa! akhirnya pemuda itu menemukan air terjun di ujung desa.
Di tepi air terjun itu, sebuah rumah berdiri. Embun air terjun membuat rumah itu terlihat remang-remang dan basah.
Lanting Beruga menggaruk badannya, berpikir jika orang di dalam rumah itu apakah tidak kedinginan?
"Permisi Tuan!" ucap Lanting Beruga. "Apa ada tabib di dalam rumah!"
Lanting Beruga mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada sahutan dari dalam rumah tersebut.
Dia memanggil lagi, lalu mengintip dari celah dinding yang berlubang, kemudian ber
Belum pula dikejutkan dengan kitab yang ada di tangan Tapa Kore, sekarang dari sebrang air terjun terdengar suara teriakan dari lusinan pendekar.Beberapa pendekar menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk menyerang, tapi pada saat yang sama, Garuda Kencana langsung meninggalkan tanah dan terbang ke awang-awang.Dengan bulu keras setajam anak panah, Garuda Kencana menyerang semua musuh yang datang melewati air terjun ini.Ketik di awang-awang, para pendekar akan kesulitan menghindari serangan Garuda Kencana, membuat beberapa orang dari mereka jatuh ke dalam sungai yang deras.Namun yang berhasil melewati serangan Garuda Kencana akan berhadapan dengan Lanting Beruga."Jika kalian melangkah lebih jauh, aku akan membantai kalian semua!" ucap Lanting Beruga.Namun, perkataan pemuda itu tidak diindahkan oleh lawan-lawannya. Merasa menang jumlah, mereka pikir dapat mengalahkan Lanting Beruga? tentu tidak.Dengan tiadanya tenaga dalam di tubu
Tidak butuh waktu lama, halaman rumah tabib bermata bundar kini berubah menjadi merah karena darah aliran sesat.Yang tersisa dari banyak orang itu hanyalah satu pendekar aliran sesat yang dijuluki sebagai 5 setan hitam, dengan tangan kanan yang buntung dan luka di bagian sendi kakinya.Pria itu tidak dibunuh oleh pemuda tersebut karena sebuah alasan, dia melepaskan semua senjatanya dan berlutut di hadapan Lanting Beruga."Tolong kasihani aku," ucap dirinya, seraya mencengkram luka di tangan dan kakinya. "Aku telah melakukan kesalahan, tapi aku masih ingin hidup, kematianku tidak mungkin dapat membalas kesalahan itu."Lanting Beruga menatap wajah pria itu dengan dingin, pedangnya masih terhunus dan bersiap untuk menikam jantung lawannya, atau memenggal kepala pria ini.Namun, pada akhirnya Lanting Beruga menarik nafas panjang. Jika membiarkan pria ini hidup akan merubah kondisi menjadi lebih baik, maka Lanting Beruga akan melakukannya. Paling tidak
Kerjaan Intan Jaya berada cukup jauh dari wilayah ini. Sebuah kerajaan makmur yang jauh dari campur tangan orang-orang luar, tapi begitu makmur.Jarang sekali terdengar ada keributan di dalam kerajaan tersebut, atau pula penghianatan yang acap kali terjadi di beberapa kerajaan lain.Dari 5 Kerajaan yang ada di tanah Sundaland, barang kali kerajaan Intan Jaya yang paling minim terjadinya bentrokan antar keluarga kerajaan.Namun untuk tiba di tempat itu, perjalanan Lanting Beruga masih begitu lama dan jauh.Tapa Kore memiliki ilmu meringankan tubuh, tapi tidak dapat menggunakan kekuatan itu dalam waktu yang lama dan berketerusan. Hal ini dikarenakan teknik ilmu meringankan tubuh lebih banyak menghabiskan tenaga dalam seorang pendekar."Apa kau melihat gunung itu?" tanya Tapa Kore, kemudian tersenyum tipis, "Kerajaan Intan Jaya berada di lembah gunung tersebut."Lanting Beruga menatap ke arah puncak putih yang kadang kala tertabir oleh awan put
Tapa Kore masih diliputi kecemasan, tapi tiba-tiba pintu kamar di lantai atas terbuka lebar dengan banyaknya potongan tubuh manusia berhamburan keluar ruangan itu.Sontak saja Tapa Kore melompat melihat hal tersebut.Beberapa saat kemudian, para wanita ini keluar dengan tawa kecil yang mengerikan.Namun, mata kiri Lanting Beruga menangkap ada energi yang mengendalikan wanita-wanita tersebut, dan sepertinya dia akan tahu segera siapa dalang dari kekacauan ini.Sesosok wanita keluar dari dalam kamar itu, dengan pakaian yang hanya menutupi bawah pusar. Ada banyak urat berwarna hitam memenuhi tubuhnya, seperti cacing yang bergerak di balik kulit berwarna pucat."Energi ini ...," Lanting Beruga cukup yakin, jika energi yang ada di tubuh wanita itu sama dengan energi asura atau dikenal dengan energi kegelapan.Lanting Beruga tidak tahu apakah wanita itu adalah Asura, atau manusia yang memiliki ikatan atau perjanjian dengan bangsa tersebut, tapi ya
Belasan tahun yang lalu, Desa Mapia digemparkan oleh lahirnya seorang bayi perempuan dengan penyakit yang aneh. Semacam penyakit kulit yang menular. Reu selaku Ayah dan juga Ketua Desa Mapia merasa begitu malu dengan kelahiran putrinya, lantas mengusir sang Istri bersama dengan anak yang baru lahir keluar dari Desa Mapia. Hal ini tentu pula menjadi pukulan keras bagi Sang Istri. Begitu sampai hati Sang Suami memperlakukan dirinya dan putrinya yang baru saja lahir. Reu tidak punya pilihan lain, desakan dari warga desa dan ketua adat membuat dirinya harus melakukan hal ini. Namun Reu memberi Sang Istri dua pilihan, pergi dari desa Mapia atau membunuh anaknya sendiri. Tentu saja Sang Istri lebih memilih pergi dari desa, membesarkan anaknya seorang diri di tempat pengasingan. Ketika putri itu beranjak remaja, Sang Ibu mati dengan penyakit yang sama dengan yang dideritanya, penyakit kulit yang menular. Sudahlah mereka hidup sengsara di tepi
Lanting Beruga memiliki pertanyaan besar terhadap Klan Pasir Hitam, apa yang dilakukan oleh Klan itu di Negara ini? lalu apa hubungan wanita ini dengan Klan tersebut?Dari awal dirinya di Serikat Satria, Lanting Beruga telah mengenal Klan Pasir Hitam meski belum terjadi konflik yang begitu serius dengan klan tersebut.Dirinya tahu, Klan Pasir Hitam merupakan Klan pembunuh yang dapat disewa oleh siapapun ataupun oleh negara manapun asal mampu memberikan mereka bayaran yang cukup besar.Sebagai Klan pembunuh, tentu saja mereka dibekali oleh kemampuan yang cukup hebat. Beberapa anggota klan memiliki level bumi ke atas di jalur kependekaran. Sebagai sebuah Klan tentulah hal ini pencapaian yang luar biasa.Namun, masalahnya kenapa mereka ada di tempat ini? siapa yang menyewa mereka, dan apa yang direncanakan oleh klan tersebut.Apakah ada kaitannya antara Klan Pasir Hitam dengan Negara Intan Jaya, atau lebih dari itu dengan pendekar yang dijuluki sebaga
Tapa Kore menyarankan agar Lanting Beruga mengganti namanya untuk sementara waktu, hal ini agar tidak menarik perhatian para penjaga Kerajaan Intan Jaya ketika masuk ke dalam wilayah Istana.Perdebatan terjadi antara Tapa Kore dan Lanting Beruga karena hal tersebut. Lanting Beruga bersikukuh untuk tidak mengganti namanya dengan nama samaran, meskipun para prajurit Istana akan menghadang jalannya.Namun tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan oleh Tapa Kore yang memiliki pikiran matang dan berpandangan ke depan.Jika mereka sampai tahu bahwa Lanting Beruga adalah pemuda yang mereka cari, maka bukan hal mustahil akan terjadi kekacauan di istana Intan Jaya."Meskipun aku mengganti nama, mereka akan tetap curiga dengan kedatanganku," ujar Lanting Beruga sambil berjalan meninggalkan Tapa Kore."Kenapa bisa begitu?" tanya Tapa Kore."Karena aku bukan dari wilayah ini," jawab Lanting Beruga.Mendengar hal itu, Tapa Kore pada akhirnya tersad
Sebelum Tapa Kore dan Lanting Beruga pergi dari halaman depan Istana, Pagneran Vandam meminta beberapa pelayan untuk memberikan hadiah kepda Tapa Lore dan temannya.Namun, tentu pula Tapa Kore sedikit heran mengenai hal ini, bukan karena hadiahnya yang tidak seberapa dibanding perjuangannya membawa kitab itu ke Istana ini, tapi melainkan karena tata cara Pangeran Vandham yang dinilai kurang sopan.Hadiah itu bahkan tidak diberikan secara langsung kepada Tapa Kore, melainkan dengan perantara pejabat rendah kerajaan.Mereka tidak mengundang Tapa Kore dan Lanting Beruga masuk ke dalam istana, dijamu makanan dahulu sebelum pergi sebagaimana harusnya yang dilakukan seseorang yang mendapatkan sebuah bingkisan hadiah dari pendekar sehebat Tapa Kore.Sebelum keluar dari Istana Intan Jaya, tiba-tiba ribuan prajurit menutup pintu gerbang tembok Istana.Tapa Kore sangat terkejut mengenai hal ini, lebih lagi tindakan yang dilakukan oleh para prajurit ini benar