Tapa Kore menyarankan agar Lanting Beruga mengganti namanya untuk sementara waktu, hal ini agar tidak menarik perhatian para penjaga Kerajaan Intan Jaya ketika masuk ke dalam wilayah Istana.
Perdebatan terjadi antara Tapa Kore dan Lanting Beruga karena hal tersebut. Lanting Beruga bersikukuh untuk tidak mengganti namanya dengan nama samaran, meskipun para prajurit Istana akan menghadang jalannya.
Namun tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan oleh Tapa Kore yang memiliki pikiran matang dan berpandangan ke depan.
Jika mereka sampai tahu bahwa Lanting Beruga adalah pemuda yang mereka cari, maka bukan hal mustahil akan terjadi kekacauan di istana Intan Jaya.
"Meskipun aku mengganti nama, mereka akan tetap curiga dengan kedatanganku," ujar Lanting Beruga sambil berjalan meninggalkan Tapa Kore.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Tapa Kore.
"Karena aku bukan dari wilayah ini," jawab Lanting Beruga.
Mendengar hal itu, Tapa Kore pada akhirnya tersad
Sebelum Tapa Kore dan Lanting Beruga pergi dari halaman depan Istana, Pagneran Vandam meminta beberapa pelayan untuk memberikan hadiah kepda Tapa Lore dan temannya.Namun, tentu pula Tapa Kore sedikit heran mengenai hal ini, bukan karena hadiahnya yang tidak seberapa dibanding perjuangannya membawa kitab itu ke Istana ini, tapi melainkan karena tata cara Pangeran Vandham yang dinilai kurang sopan.Hadiah itu bahkan tidak diberikan secara langsung kepada Tapa Kore, melainkan dengan perantara pejabat rendah kerajaan.Mereka tidak mengundang Tapa Kore dan Lanting Beruga masuk ke dalam istana, dijamu makanan dahulu sebelum pergi sebagaimana harusnya yang dilakukan seseorang yang mendapatkan sebuah bingkisan hadiah dari pendekar sehebat Tapa Kore.Sebelum keluar dari Istana Intan Jaya, tiba-tiba ribuan prajurit menutup pintu gerbang tembok Istana.Tapa Kore sangat terkejut mengenai hal ini, lebih lagi tindakan yang dilakukan oleh para prajurit ini benar
Klan Pasir Hitam telah memperkirakan kemunculan Lanting Beruga di Kerajaan Intan Jaya pasca pertarungan di Kota Pertengahan selesai. Dengan bantuan tukang sihir dan tukang ramal. Mereka menyusun sebuah siasat untuk menggiring Lanting Beruga menuju Istana Intan Jaya, dengan sebuah konspirasi. Hal yang pertama dilakukan oleh Klan Pasir Hitam adalah, menjalin kesepakatan antara mereka dengan Intan Jaya. Dengan iming-iming kekuatan dan kemakmuran, Intan Jaya menyetujui kesepakatan itu, dan mulai membentuk sebuah rencana untuk membawa Lanting Beruga ke Istana. Klan Pasir Hitam hanya memberi mereka sedikit informasi mengenai Lanting Beruga dan salah satunya, pemuda itu sangat kuat. Patih Abai Maida berpikir, tidak mungkin membunuh Lanting Beruga di luar Istana, jadi hal paling mudah untuk membunuh seekor hewan buas dengan cara memasukannya ke dalam kandang. Bahkan singa akan mati jika berada di dalam sarang haina. Maka, dicipta
"Elang Api, siapa Elang Api?" tanya pendekar di samping Lanting Beruga.Namun, Raja itu tidak menjawabnya, dia hanya terharu melihat kedatangan Lanting Beruga di dalam penjara ini.Tampaknya, Serikat Satria mengirim seorang pendekar untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh Intan Jaya oleh karena Klan Pasir Hitam.Namun, tentu saja Raja itu tidak tahu jika kekacauan di Kerajaan Intan Jaya ini, karena kemunculan Lanting Beruga."Kenapa kau dipenjara pengap ini, Paman Raja?" tanya Lanting Beruga, "apa anakmu tidak tahu kalau kau sedang berada di tempat ini?"Tawa kecil Sang Raja terdengar lirih, kemudian diselingi batuk lalu dia tertawa lagi, "Putraku yang meletakan diriku di dalam penjara ini.""A'Apa?" Lanting Beruga terkejut mendengar hal itu, sungguh dia tidak menduga seorang anak tega melakukan ini kepada Ayah kandungnnya sendiri.Namun, Sang Raja tampak masih begitu membela putranya. Menurutnya, Pangeran Vandham begitu baik la
Lanting Beruga sekali lagi menoleh ke arah Sang Raja dengan penuh arti, tapi beberapa saat kemudian, Lanting Beruga menghela nafas panjang.Sang Raja memohon agar pemuda itu tidak membunuh beberapa prajurit jaga yang ada di luar penjara ini."Tolong Nak Elang Api," Sang Raja memasang wajah sedih di hadapan pemuda tersebut, "Mereka tidak tahu apapun, mereka hanya menjalankan perintah dari atasannya.""Terserahlah ..." ucap Lanting Beruga menghempaskan punggungnya ke lantai penjara dengan bibir bawah yang ditekuk karena kesal.Beberapa saat kemudian, terlihat lilitan rantai di tubuh Lanting Beruga lebih banyak dari sebelumnya. Beberapa rantai berukuran cukup besar juga dikalungkan di leher pemuda tersebut.Sementara itu, Sang Raja meskipun tidak lagi digantung seperti sebelumnya, tetap pula dibelenggu rantai dan diletakan di sudut ruangan penjara."Apa yang kau rasakan saat melakukan itu kepada Rajamu sendiri?" tanya Lanting Beruga.
Rantai yang membelenggu Lanting Beruga dilepas, dan diganti oleh kalung logam besar yang melingkari batang lehernya.Tangan dan kaki pemuda itu, diberi gelang berwarna hitam legam, dari bahan baja berkualitas paling baik di negri ini.Bobotnya cukup berat, butuh 4 orang prajurit untuk membawa satu gelang tersebut.Tubuh Lanting Beruga kemudian ditarik menggunakan rantai lain dan kini, dia sudah berada tepat di atas tonggak kematian.Wajah, pendekar aliran putih yang telah mengkhianati Tapa Kore kini seputih kapas karena ketakutan. Bibirnya telah biru, dan mungkin tidak ada lagi darah yang mengalir ke bagian wajah pria tersebut."Mereka membayarmu dengan harga yang begitu mahal," ucap Lanting Beruga, kepada pendekar aliran putih tersebut, lalu pemuda itu menampakan senyum tipis.Sedikitpun Lanting Beruga tidak bersimpati kepada dirinya, orang yang telah mengkhianati teman dekat hanya untuk sebuah jabatan dan harta semata.Begitu
"Apa yang kalian pikirkan, itu hanyalah gertakan saja!" Panglima perang tertinggi kembali berteriak keras, "cabut pedang kalian, dan bunuh pemuda itu!"Pada saat yang sama pula, Pangeran Vandham segera dibawa oleh beberapa pelayan untuk masuk ke dalam Istana Intan Jaya.Lanting Beruga melihat hal itu, dan dia hanya tersenyum tipis. Tidak ada niat untuk menyerang Pangeran Vandham saat ini. Lagipula, dari sini Lanting Beruga tahu bahwa pangeran tersebut tidak begitu tangguh.Patih Abai Maida berniat mengikuti Pangeran Vandham, tapi Lanting Beruga menghentikan tindakan pria tersebut dengan menghancurkan pintu masuk Istana Intan Jaya.Hal ini dilakukannya dengan cara melempar 9 buat pedang energi berwarna merah terang, yang menancap pada dinding atas pintu masuk Istana Intan Jaya hingga bagian tersebut runtuh.Rupanya para prajurit memiliki akal yang cukup bagus, ketika Lanting Beruga mengancam agar tidak melewati garis batas yang dibuatnya, mere
Pungkak Rebah mengeluarkan sebilah senjata pedang panjang bermata ganda. Dia mulai menyerang Lanting Beruga dengan serangan jarak dekat, dan teknik pedang yang dikuasainya.Pertukaran serangan terjadi begitu banyak hanya dalam beberapa waktu yang singkat.Belum pula Lanting Beruga akan menekan lawannya, tiba-tiba Segara Celaing datang dengan tombak berapi-api.Dia menyerang Lanting Beruga dari arah belakang, sementara Pungkak Rebah menekan dari arah depan.Dua lawan sekaligus dihadapi Lanting Beruga, tapi hal itu tidak membuat dirinya tertekan sama sekali.Semua serangan disambut baik oleh Lanting Beruga. Meskipun kecepatan dua orang itu patut diacungi jari jempol, tapi Lanting Beruga dapat menahannya dengan sangat santai.Lanting Beruga bahkan belum menggunakan kekuatan roh api saat ini. Dia bertarung hanya mengandalkan kekuatan pisiknya belaka, ditambah insting bertarung yang semakin terasah.Sesekali, tebasan Pungkak Rebah melayang
Segara Celaing belum sempat menjawab, tapi tiba-tiba para prajurit Intan Jaya datang menyerang Lanting Beruga.Mereka menggunakan tombak panjang untuk menekan pemuda tersebut, dengan perasaan campur aduk antara berani dan penakut.Lanting Beruga menghindari semua serangan yang datang ke arah dirinya, lalu menggunakan sebuah kayu untuk memukul beberapa prajurit yang berada di garis depan."Siapa yang memberi perintah?" tanya Lanting Beruga.Para prajurit terdiam mendengar hal itu. Karena jengkel, Lanting Beruga mengirimkan energi batinnya melalui mata asura untuk membuat barisan depan lumpuh seketika.Lanting Beruga menanyakan hal yang sama, tapi kali ini salah satu prajurit memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan Lanting Beruga."Patih ...Patih Abai Maida," ucap dirinya dengan terbata-bata."Ketahuilah, aku adalah utusan dari Serikat Satria, sebelum sesuatu yang buruk terjadi kepada kalian, aku ingin semuanya menurunkan senjata!"