Lanting Beruga sekali lagi menoleh ke arah Sang Raja dengan penuh arti, tapi beberapa saat kemudian, Lanting Beruga menghela nafas panjang.
Sang Raja memohon agar pemuda itu tidak membunuh beberapa prajurit jaga yang ada di luar penjara ini.
"Tolong Nak Elang Api," Sang Raja memasang wajah sedih di hadapan pemuda tersebut, "Mereka tidak tahu apapun, mereka hanya menjalankan perintah dari atasannya."
"Terserahlah ..." ucap Lanting Beruga menghempaskan punggungnya ke lantai penjara dengan bibir bawah yang ditekuk karena kesal.
Beberapa saat kemudian, terlihat lilitan rantai di tubuh Lanting Beruga lebih banyak dari sebelumnya. Beberapa rantai berukuran cukup besar juga dikalungkan di leher pemuda tersebut.
Sementara itu, Sang Raja meskipun tidak lagi digantung seperti sebelumnya, tetap pula dibelenggu rantai dan diletakan di sudut ruangan penjara.
"Apa yang kau rasakan saat melakukan itu kepada Rajamu sendiri?" tanya Lanting Beruga.
Rantai yang membelenggu Lanting Beruga dilepas, dan diganti oleh kalung logam besar yang melingkari batang lehernya.Tangan dan kaki pemuda itu, diberi gelang berwarna hitam legam, dari bahan baja berkualitas paling baik di negri ini.Bobotnya cukup berat, butuh 4 orang prajurit untuk membawa satu gelang tersebut.Tubuh Lanting Beruga kemudian ditarik menggunakan rantai lain dan kini, dia sudah berada tepat di atas tonggak kematian.Wajah, pendekar aliran putih yang telah mengkhianati Tapa Kore kini seputih kapas karena ketakutan. Bibirnya telah biru, dan mungkin tidak ada lagi darah yang mengalir ke bagian wajah pria tersebut."Mereka membayarmu dengan harga yang begitu mahal," ucap Lanting Beruga, kepada pendekar aliran putih tersebut, lalu pemuda itu menampakan senyum tipis.Sedikitpun Lanting Beruga tidak bersimpati kepada dirinya, orang yang telah mengkhianati teman dekat hanya untuk sebuah jabatan dan harta semata.Begitu
"Apa yang kalian pikirkan, itu hanyalah gertakan saja!" Panglima perang tertinggi kembali berteriak keras, "cabut pedang kalian, dan bunuh pemuda itu!"Pada saat yang sama pula, Pangeran Vandham segera dibawa oleh beberapa pelayan untuk masuk ke dalam Istana Intan Jaya.Lanting Beruga melihat hal itu, dan dia hanya tersenyum tipis. Tidak ada niat untuk menyerang Pangeran Vandham saat ini. Lagipula, dari sini Lanting Beruga tahu bahwa pangeran tersebut tidak begitu tangguh.Patih Abai Maida berniat mengikuti Pangeran Vandham, tapi Lanting Beruga menghentikan tindakan pria tersebut dengan menghancurkan pintu masuk Istana Intan Jaya.Hal ini dilakukannya dengan cara melempar 9 buat pedang energi berwarna merah terang, yang menancap pada dinding atas pintu masuk Istana Intan Jaya hingga bagian tersebut runtuh.Rupanya para prajurit memiliki akal yang cukup bagus, ketika Lanting Beruga mengancam agar tidak melewati garis batas yang dibuatnya, mere
Pungkak Rebah mengeluarkan sebilah senjata pedang panjang bermata ganda. Dia mulai menyerang Lanting Beruga dengan serangan jarak dekat, dan teknik pedang yang dikuasainya.Pertukaran serangan terjadi begitu banyak hanya dalam beberapa waktu yang singkat.Belum pula Lanting Beruga akan menekan lawannya, tiba-tiba Segara Celaing datang dengan tombak berapi-api.Dia menyerang Lanting Beruga dari arah belakang, sementara Pungkak Rebah menekan dari arah depan.Dua lawan sekaligus dihadapi Lanting Beruga, tapi hal itu tidak membuat dirinya tertekan sama sekali.Semua serangan disambut baik oleh Lanting Beruga. Meskipun kecepatan dua orang itu patut diacungi jari jempol, tapi Lanting Beruga dapat menahannya dengan sangat santai.Lanting Beruga bahkan belum menggunakan kekuatan roh api saat ini. Dia bertarung hanya mengandalkan kekuatan pisiknya belaka, ditambah insting bertarung yang semakin terasah.Sesekali, tebasan Pungkak Rebah melayang
Segara Celaing belum sempat menjawab, tapi tiba-tiba para prajurit Intan Jaya datang menyerang Lanting Beruga.Mereka menggunakan tombak panjang untuk menekan pemuda tersebut, dengan perasaan campur aduk antara berani dan penakut.Lanting Beruga menghindari semua serangan yang datang ke arah dirinya, lalu menggunakan sebuah kayu untuk memukul beberapa prajurit yang berada di garis depan."Siapa yang memberi perintah?" tanya Lanting Beruga.Para prajurit terdiam mendengar hal itu. Karena jengkel, Lanting Beruga mengirimkan energi batinnya melalui mata asura untuk membuat barisan depan lumpuh seketika.Lanting Beruga menanyakan hal yang sama, tapi kali ini salah satu prajurit memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan Lanting Beruga."Patih ...Patih Abai Maida," ucap dirinya dengan terbata-bata."Ketahuilah, aku adalah utusan dari Serikat Satria, sebelum sesuatu yang buruk terjadi kepada kalian, aku ingin semuanya menurunkan senjata!"
"Ayah, tolong bertahanlah!" Pangeran Vandham mulai menangis saat ini, ketika melihat kondisi Sang Raja yang mulai lemah tak berdaya.Pandangan Sang Raja mulai kosong, mata mulai memutih dan kehilangan sinarnya. Sudah berapa lama Sang Raja di tahan di dalam penjara bawah tanah, penjara yang hanya digunakan untuk menghukum pelaku kejahatan, tapi menjadi tempat tidurnya dengan lilitan rantai dan tergantung seperti tak ada artinya.Tentulah pula dia mengalami sakit-sakitan, sebab makan hanya satu kali sehari, bahkan kandang pula tidak makan sama sekali.Tubuh tua rentanya, tidak mungkin bertahan dari derita seperti itu.Namun tidak ada satupun penjaga penjara yang ingin menengok kesehatannya, padahal mereka dulunya menghormati Sang Raja mereka.Tidak ada pula pelayan yang berniat membuatkan bubur sagu kesukaan Sang Raja, padahal dulu mereka berbondong-bondong untuk melayaninya.Sekarang, semuanya hanya tinggal sesalan, nyawa Sang Raja tamp
Semakin lama berjalan bersama Lanting Beruga, tampaknya Segara Celaing semakin mengenal jelas sifat dan watak pemuda tersebut.Acap kali tingkah konyol pemuda itu membuat Segara Celaing tersenyum kecil, dan berpikir pemuda ini begitu ramah dan baik hati.Meskipun status Segara Celaing adalah tawanan, tapi dirinya tidak merasa bahwa demikian, sebaliknya dia malah melihat banyak celah untuk melarikan diri dari tangan Lanting Beruga.Entah apakah celah itu sengaja buat oleh pemuda tersebut, Segara Celaing tidak tahu. Namun, karena sifat tersebut, pria itu malah tidak ingin melarikan diri, dan memutuskan tetap bersama dengan Lanting Beruga.Entahlah apa yang akan terjadi ketika sampai di Klan Pasir Hitam, Segara Celaing sendiri merasa ketakutan dengan pimpinannya.Dua hari berjalan bersama dengan Lanting Beruga, membuat Segara Celaing belajar banyak hal mengenai kehidupan ini.Misalnya saat ini ketika Segara Celaing bertanya mengenai
Lanting Beruga menarik nafas dalam-dalam, setelah mendapatkan cukup banyak informasi dari pria jangkung di sampingnya, kini dia bersiap untuk menggempur Klan Pasir Hitam.Lanting Beruga memberi Celaing tiga pilihan, tinggal di sini atau ikut bersama dirinya untuk menghancurkan Klan Pasir Hitam. Namun pilihan ke tiga akan membawa dirinya ke alam baka, yaitu kembali berpihak dengan Klan Pasir Hitam.Tampak jelas wajah Celaing sedang bimbang saat ini. Membantu klan merupakan sebuah kewajiban bagi Celaing, tapi itu artinya dia akan berhadapan dengan pemuda di depannya."Aku akan tinggal di sini," ucap Segara Celaing setelah mempertimbangkan hal itu dengan matang. "Aku mungkin akan pergi."Lanting Beruga tersenyum penuh arti, sebelum kemudian dia melompat ke atas punggung Garuda Kencana dan mulai mendekati pintu masuk Klan Pasir Hitam.Garuda masih berkeliling di atas langit-langit permukaan air terjun, belum menurunkan Lanting Beruga di pintu masuknya.
Lanting Beruga mengirim 8 orang pendekar yang menghadangnya, ke alam baka. Entah berapa banyak lawan yang akan dihadapinya, Lanting Beruga tidak tahu.Yang jelas, saat ini musuh mulai berdatangan karena terpancing oleh suara gemuruh ledakan energi yang diperbuat oleh pukulan tenaga dalam.Ada banyak sekali batu yang hancur menjadi serpihan kecil di tempat ini. Atau kilatan cahaya terang warna-warni yang tampak begitu indah oleh mata tapi sangat menakutkan.Benturan-benturan antar ke dua belah pihak terjadi dalam waktu yang cukup lama, hingga sekarang belasan orang itu mulai kehabisan tenaga dalam.Sungguh, pendekar level bumi sekalipun akan kesulitan menahan serangan yang dilakukan secara bersamaan itu, tapi Lanting Beruga tidak bergeming dari tempatnya. Dia menahan semua serangan itu dengan pedang putih di telapak tangan kanannya.Kadang kala di membelah pukulan energi lawan-lawannya, kadang pula dia menghindari serangan tersebut.