Tapa Kore masih diliputi kecemasan, tapi tiba-tiba pintu kamar di lantai atas terbuka lebar dengan banyaknya potongan tubuh manusia berhamburan keluar ruangan itu.
Sontak saja Tapa Kore melompat melihat hal tersebut.
Beberapa saat kemudian, para wanita ini keluar dengan tawa kecil yang mengerikan.
Namun, mata kiri Lanting Beruga menangkap ada energi yang mengendalikan wanita-wanita tersebut, dan sepertinya dia akan tahu segera siapa dalang dari kekacauan ini.
Sesosok wanita keluar dari dalam kamar itu, dengan pakaian yang hanya menutupi bawah pusar. Ada banyak urat berwarna hitam memenuhi tubuhnya, seperti cacing yang bergerak di balik kulit berwarna pucat.
"Energi ini ...," Lanting Beruga cukup yakin, jika energi yang ada di tubuh wanita itu sama dengan energi asura atau dikenal dengan energi kegelapan.
Lanting Beruga tidak tahu apakah wanita itu adalah Asura, atau manusia yang memiliki ikatan atau perjanjian dengan bangsa tersebut, tapi ya
Belasan tahun yang lalu, Desa Mapia digemparkan oleh lahirnya seorang bayi perempuan dengan penyakit yang aneh. Semacam penyakit kulit yang menular. Reu selaku Ayah dan juga Ketua Desa Mapia merasa begitu malu dengan kelahiran putrinya, lantas mengusir sang Istri bersama dengan anak yang baru lahir keluar dari Desa Mapia. Hal ini tentu pula menjadi pukulan keras bagi Sang Istri. Begitu sampai hati Sang Suami memperlakukan dirinya dan putrinya yang baru saja lahir. Reu tidak punya pilihan lain, desakan dari warga desa dan ketua adat membuat dirinya harus melakukan hal ini. Namun Reu memberi Sang Istri dua pilihan, pergi dari desa Mapia atau membunuh anaknya sendiri. Tentu saja Sang Istri lebih memilih pergi dari desa, membesarkan anaknya seorang diri di tempat pengasingan. Ketika putri itu beranjak remaja, Sang Ibu mati dengan penyakit yang sama dengan yang dideritanya, penyakit kulit yang menular. Sudahlah mereka hidup sengsara di tepi
Lanting Beruga memiliki pertanyaan besar terhadap Klan Pasir Hitam, apa yang dilakukan oleh Klan itu di Negara ini? lalu apa hubungan wanita ini dengan Klan tersebut?Dari awal dirinya di Serikat Satria, Lanting Beruga telah mengenal Klan Pasir Hitam meski belum terjadi konflik yang begitu serius dengan klan tersebut.Dirinya tahu, Klan Pasir Hitam merupakan Klan pembunuh yang dapat disewa oleh siapapun ataupun oleh negara manapun asal mampu memberikan mereka bayaran yang cukup besar.Sebagai Klan pembunuh, tentu saja mereka dibekali oleh kemampuan yang cukup hebat. Beberapa anggota klan memiliki level bumi ke atas di jalur kependekaran. Sebagai sebuah Klan tentulah hal ini pencapaian yang luar biasa.Namun, masalahnya kenapa mereka ada di tempat ini? siapa yang menyewa mereka, dan apa yang direncanakan oleh klan tersebut.Apakah ada kaitannya antara Klan Pasir Hitam dengan Negara Intan Jaya, atau lebih dari itu dengan pendekar yang dijuluki sebaga
Tapa Kore menyarankan agar Lanting Beruga mengganti namanya untuk sementara waktu, hal ini agar tidak menarik perhatian para penjaga Kerajaan Intan Jaya ketika masuk ke dalam wilayah Istana.Perdebatan terjadi antara Tapa Kore dan Lanting Beruga karena hal tersebut. Lanting Beruga bersikukuh untuk tidak mengganti namanya dengan nama samaran, meskipun para prajurit Istana akan menghadang jalannya.Namun tentu saja hal itu tidak dapat dibiarkan oleh Tapa Kore yang memiliki pikiran matang dan berpandangan ke depan.Jika mereka sampai tahu bahwa Lanting Beruga adalah pemuda yang mereka cari, maka bukan hal mustahil akan terjadi kekacauan di istana Intan Jaya."Meskipun aku mengganti nama, mereka akan tetap curiga dengan kedatanganku," ujar Lanting Beruga sambil berjalan meninggalkan Tapa Kore."Kenapa bisa begitu?" tanya Tapa Kore."Karena aku bukan dari wilayah ini," jawab Lanting Beruga.Mendengar hal itu, Tapa Kore pada akhirnya tersad
Sebelum Tapa Kore dan Lanting Beruga pergi dari halaman depan Istana, Pagneran Vandam meminta beberapa pelayan untuk memberikan hadiah kepda Tapa Lore dan temannya.Namun, tentu pula Tapa Kore sedikit heran mengenai hal ini, bukan karena hadiahnya yang tidak seberapa dibanding perjuangannya membawa kitab itu ke Istana ini, tapi melainkan karena tata cara Pangeran Vandham yang dinilai kurang sopan.Hadiah itu bahkan tidak diberikan secara langsung kepada Tapa Kore, melainkan dengan perantara pejabat rendah kerajaan.Mereka tidak mengundang Tapa Kore dan Lanting Beruga masuk ke dalam istana, dijamu makanan dahulu sebelum pergi sebagaimana harusnya yang dilakukan seseorang yang mendapatkan sebuah bingkisan hadiah dari pendekar sehebat Tapa Kore.Sebelum keluar dari Istana Intan Jaya, tiba-tiba ribuan prajurit menutup pintu gerbang tembok Istana.Tapa Kore sangat terkejut mengenai hal ini, lebih lagi tindakan yang dilakukan oleh para prajurit ini benar
Klan Pasir Hitam telah memperkirakan kemunculan Lanting Beruga di Kerajaan Intan Jaya pasca pertarungan di Kota Pertengahan selesai. Dengan bantuan tukang sihir dan tukang ramal. Mereka menyusun sebuah siasat untuk menggiring Lanting Beruga menuju Istana Intan Jaya, dengan sebuah konspirasi. Hal yang pertama dilakukan oleh Klan Pasir Hitam adalah, menjalin kesepakatan antara mereka dengan Intan Jaya. Dengan iming-iming kekuatan dan kemakmuran, Intan Jaya menyetujui kesepakatan itu, dan mulai membentuk sebuah rencana untuk membawa Lanting Beruga ke Istana. Klan Pasir Hitam hanya memberi mereka sedikit informasi mengenai Lanting Beruga dan salah satunya, pemuda itu sangat kuat. Patih Abai Maida berpikir, tidak mungkin membunuh Lanting Beruga di luar Istana, jadi hal paling mudah untuk membunuh seekor hewan buas dengan cara memasukannya ke dalam kandang. Bahkan singa akan mati jika berada di dalam sarang haina. Maka, dicipta
"Elang Api, siapa Elang Api?" tanya pendekar di samping Lanting Beruga.Namun, Raja itu tidak menjawabnya, dia hanya terharu melihat kedatangan Lanting Beruga di dalam penjara ini.Tampaknya, Serikat Satria mengirim seorang pendekar untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh Intan Jaya oleh karena Klan Pasir Hitam.Namun, tentu saja Raja itu tidak tahu jika kekacauan di Kerajaan Intan Jaya ini, karena kemunculan Lanting Beruga."Kenapa kau dipenjara pengap ini, Paman Raja?" tanya Lanting Beruga, "apa anakmu tidak tahu kalau kau sedang berada di tempat ini?"Tawa kecil Sang Raja terdengar lirih, kemudian diselingi batuk lalu dia tertawa lagi, "Putraku yang meletakan diriku di dalam penjara ini.""A'Apa?" Lanting Beruga terkejut mendengar hal itu, sungguh dia tidak menduga seorang anak tega melakukan ini kepada Ayah kandungnnya sendiri.Namun, Sang Raja tampak masih begitu membela putranya. Menurutnya, Pangeran Vandham begitu baik la
Lanting Beruga sekali lagi menoleh ke arah Sang Raja dengan penuh arti, tapi beberapa saat kemudian, Lanting Beruga menghela nafas panjang.Sang Raja memohon agar pemuda itu tidak membunuh beberapa prajurit jaga yang ada di luar penjara ini."Tolong Nak Elang Api," Sang Raja memasang wajah sedih di hadapan pemuda tersebut, "Mereka tidak tahu apapun, mereka hanya menjalankan perintah dari atasannya.""Terserahlah ..." ucap Lanting Beruga menghempaskan punggungnya ke lantai penjara dengan bibir bawah yang ditekuk karena kesal.Beberapa saat kemudian, terlihat lilitan rantai di tubuh Lanting Beruga lebih banyak dari sebelumnya. Beberapa rantai berukuran cukup besar juga dikalungkan di leher pemuda tersebut.Sementara itu, Sang Raja meskipun tidak lagi digantung seperti sebelumnya, tetap pula dibelenggu rantai dan diletakan di sudut ruangan penjara."Apa yang kau rasakan saat melakukan itu kepada Rajamu sendiri?" tanya Lanting Beruga.
Rantai yang membelenggu Lanting Beruga dilepas, dan diganti oleh kalung logam besar yang melingkari batang lehernya.Tangan dan kaki pemuda itu, diberi gelang berwarna hitam legam, dari bahan baja berkualitas paling baik di negri ini.Bobotnya cukup berat, butuh 4 orang prajurit untuk membawa satu gelang tersebut.Tubuh Lanting Beruga kemudian ditarik menggunakan rantai lain dan kini, dia sudah berada tepat di atas tonggak kematian.Wajah, pendekar aliran putih yang telah mengkhianati Tapa Kore kini seputih kapas karena ketakutan. Bibirnya telah biru, dan mungkin tidak ada lagi darah yang mengalir ke bagian wajah pria tersebut."Mereka membayarmu dengan harga yang begitu mahal," ucap Lanting Beruga, kepada pendekar aliran putih tersebut, lalu pemuda itu menampakan senyum tipis.Sedikitpun Lanting Beruga tidak bersimpati kepada dirinya, orang yang telah mengkhianati teman dekat hanya untuk sebuah jabatan dan harta semata.Begitu