Lanting Beruga mendekati desa kecil itu, sementara Burung Elang berkaki empat langsung terbang untuk mengawasi dari kejauhan.
Sayup sayup didengarnya suara teriakan lalu suara senjata yang saling berbenturan. Jelas suara pendekar sedang bertarung.
Lanting Beruga semakin mendekati lokasi sumber suara, dengan mengendap-endap dan kadang kala bersembunyi di balik rumah para warga.
Ah, desa ini tampaknya baru saja dijadikan medan pertempuran, terlihat jelas ada banyak pendekar mati di tempat ini.
Ketika Lanting Beruga sedang berjongkok, dia bertemu seorang kakek tua bersama dengan 3 keluarganya.
Mereka bersembunyi di bawah pembaringan yang terbuat dari anyaman bambu yang dijalin oleh rotan.
Alangkah terkejut orang tua itu ketika melihat wajah Lanting Beruga, membuat mereka ketakutan bukan kepalang.
Dua anaknya menutup mata, sementara sang ibu memeluk mereka berdua dengan begitu erat.
Pria tua itu, mengarahkan parang ke depan,
Lanting Beruga mendekati Tapa Kore tanpa mempedulikan 5 setan hitam yang terpaku di tempatnya dengan wajah tegang nan pucat. Lanting Beruga memeriksa tubuh pria tersebut, memberinya beberapa cairan hijau untuk mengobati luka pisik yang memenuhi tubuhnya. Tapa Kore tampaknya masih ragu dengan kemunculan Lanting Beruga, hal itu terlihat jelas dari sikapnya yang masih mencengkram erat kitab Jurus Taburan Air Memecah Karang. Tentu saja Lanting Beruga tidak terlalu peduli dengan hal itu. Sudah sewajarnya seorang seperti Tapa Kore menaruh curiga terhadap pemuda aneh dengan rambut berantakan. Sesekali, Tapa Kore menjadi sedikit merinding ketika melihat kedalaman mata kiri Lanting Beruga yang bersinar merah redup. Sungguh seumur hidupnya, tidak pernah melihat ada manusia yang memiliki jenis mata seperti Lanting Beruga. Dilihat dari manapun, Lanting Beruga tidak menunjukan dari aliran putih, tampilannya seperti aliran hitam. Namun, kenapa dia m
Masih dengan perasaan yang begitu kesal, Lanting Beruga pergi ke ujung desa sambil sekali menendang benda apapun yang ada di depannya.Mulut pemuda itu terlihat monyong, tampak sedang memaki dukun tadi, tapi Tapa Kore tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Lanting Beruga.Pria itu hanya melihat Lanting Beruga malah seperti orang gila sungguhan.Setelah berhasil menakuti semua orang yang berada di sepanjang jalanan desa! akhirnya pemuda itu menemukan air terjun di ujung desa.Di tepi air terjun itu, sebuah rumah berdiri. Embun air terjun membuat rumah itu terlihat remang-remang dan basah.Lanting Beruga menggaruk badannya, berpikir jika orang di dalam rumah itu apakah tidak kedinginan?"Permisi Tuan!" ucap Lanting Beruga. "Apa ada tabib di dalam rumah!"Lanting Beruga mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada sahutan dari dalam rumah tersebut.Dia memanggil lagi, lalu mengintip dari celah dinding yang berlubang, kemudian ber
Belum pula dikejutkan dengan kitab yang ada di tangan Tapa Kore, sekarang dari sebrang air terjun terdengar suara teriakan dari lusinan pendekar.Beberapa pendekar menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk menyerang, tapi pada saat yang sama, Garuda Kencana langsung meninggalkan tanah dan terbang ke awang-awang.Dengan bulu keras setajam anak panah, Garuda Kencana menyerang semua musuh yang datang melewati air terjun ini.Ketik di awang-awang, para pendekar akan kesulitan menghindari serangan Garuda Kencana, membuat beberapa orang dari mereka jatuh ke dalam sungai yang deras.Namun yang berhasil melewati serangan Garuda Kencana akan berhadapan dengan Lanting Beruga."Jika kalian melangkah lebih jauh, aku akan membantai kalian semua!" ucap Lanting Beruga.Namun, perkataan pemuda itu tidak diindahkan oleh lawan-lawannya. Merasa menang jumlah, mereka pikir dapat mengalahkan Lanting Beruga? tentu tidak.Dengan tiadanya tenaga dalam di tubu
Tidak butuh waktu lama, halaman rumah tabib bermata bundar kini berubah menjadi merah karena darah aliran sesat.Yang tersisa dari banyak orang itu hanyalah satu pendekar aliran sesat yang dijuluki sebagai 5 setan hitam, dengan tangan kanan yang buntung dan luka di bagian sendi kakinya.Pria itu tidak dibunuh oleh pemuda tersebut karena sebuah alasan, dia melepaskan semua senjatanya dan berlutut di hadapan Lanting Beruga."Tolong kasihani aku," ucap dirinya, seraya mencengkram luka di tangan dan kakinya. "Aku telah melakukan kesalahan, tapi aku masih ingin hidup, kematianku tidak mungkin dapat membalas kesalahan itu."Lanting Beruga menatap wajah pria itu dengan dingin, pedangnya masih terhunus dan bersiap untuk menikam jantung lawannya, atau memenggal kepala pria ini.Namun, pada akhirnya Lanting Beruga menarik nafas panjang. Jika membiarkan pria ini hidup akan merubah kondisi menjadi lebih baik, maka Lanting Beruga akan melakukannya. Paling tidak
Kerjaan Intan Jaya berada cukup jauh dari wilayah ini. Sebuah kerajaan makmur yang jauh dari campur tangan orang-orang luar, tapi begitu makmur.Jarang sekali terdengar ada keributan di dalam kerajaan tersebut, atau pula penghianatan yang acap kali terjadi di beberapa kerajaan lain.Dari 5 Kerajaan yang ada di tanah Sundaland, barang kali kerajaan Intan Jaya yang paling minim terjadinya bentrokan antar keluarga kerajaan.Namun untuk tiba di tempat itu, perjalanan Lanting Beruga masih begitu lama dan jauh.Tapa Kore memiliki ilmu meringankan tubuh, tapi tidak dapat menggunakan kekuatan itu dalam waktu yang lama dan berketerusan. Hal ini dikarenakan teknik ilmu meringankan tubuh lebih banyak menghabiskan tenaga dalam seorang pendekar."Apa kau melihat gunung itu?" tanya Tapa Kore, kemudian tersenyum tipis, "Kerajaan Intan Jaya berada di lembah gunung tersebut."Lanting Beruga menatap ke arah puncak putih yang kadang kala tertabir oleh awan put
Tapa Kore masih diliputi kecemasan, tapi tiba-tiba pintu kamar di lantai atas terbuka lebar dengan banyaknya potongan tubuh manusia berhamburan keluar ruangan itu.Sontak saja Tapa Kore melompat melihat hal tersebut.Beberapa saat kemudian, para wanita ini keluar dengan tawa kecil yang mengerikan.Namun, mata kiri Lanting Beruga menangkap ada energi yang mengendalikan wanita-wanita tersebut, dan sepertinya dia akan tahu segera siapa dalang dari kekacauan ini.Sesosok wanita keluar dari dalam kamar itu, dengan pakaian yang hanya menutupi bawah pusar. Ada banyak urat berwarna hitam memenuhi tubuhnya, seperti cacing yang bergerak di balik kulit berwarna pucat."Energi ini ...," Lanting Beruga cukup yakin, jika energi yang ada di tubuh wanita itu sama dengan energi asura atau dikenal dengan energi kegelapan.Lanting Beruga tidak tahu apakah wanita itu adalah Asura, atau manusia yang memiliki ikatan atau perjanjian dengan bangsa tersebut, tapi ya
Belasan tahun yang lalu, Desa Mapia digemparkan oleh lahirnya seorang bayi perempuan dengan penyakit yang aneh. Semacam penyakit kulit yang menular. Reu selaku Ayah dan juga Ketua Desa Mapia merasa begitu malu dengan kelahiran putrinya, lantas mengusir sang Istri bersama dengan anak yang baru lahir keluar dari Desa Mapia. Hal ini tentu pula menjadi pukulan keras bagi Sang Istri. Begitu sampai hati Sang Suami memperlakukan dirinya dan putrinya yang baru saja lahir. Reu tidak punya pilihan lain, desakan dari warga desa dan ketua adat membuat dirinya harus melakukan hal ini. Namun Reu memberi Sang Istri dua pilihan, pergi dari desa Mapia atau membunuh anaknya sendiri. Tentu saja Sang Istri lebih memilih pergi dari desa, membesarkan anaknya seorang diri di tempat pengasingan. Ketika putri itu beranjak remaja, Sang Ibu mati dengan penyakit yang sama dengan yang dideritanya, penyakit kulit yang menular. Sudahlah mereka hidup sengsara di tepi
Lanting Beruga memiliki pertanyaan besar terhadap Klan Pasir Hitam, apa yang dilakukan oleh Klan itu di Negara ini? lalu apa hubungan wanita ini dengan Klan tersebut?Dari awal dirinya di Serikat Satria, Lanting Beruga telah mengenal Klan Pasir Hitam meski belum terjadi konflik yang begitu serius dengan klan tersebut.Dirinya tahu, Klan Pasir Hitam merupakan Klan pembunuh yang dapat disewa oleh siapapun ataupun oleh negara manapun asal mampu memberikan mereka bayaran yang cukup besar.Sebagai Klan pembunuh, tentu saja mereka dibekali oleh kemampuan yang cukup hebat. Beberapa anggota klan memiliki level bumi ke atas di jalur kependekaran. Sebagai sebuah Klan tentulah hal ini pencapaian yang luar biasa.Namun, masalahnya kenapa mereka ada di tempat ini? siapa yang menyewa mereka, dan apa yang direncanakan oleh klan tersebut.Apakah ada kaitannya antara Klan Pasir Hitam dengan Negara Intan Jaya, atau lebih dari itu dengan pendekar yang dijuluki sebaga