Share

Part 15

"Nggak tau, Va. Mungkin urusan kantor." Hanya itu yang menjadi jawaban Jema. Dia lantas memenuhi panggilan itu dan meninggalkan Ava dalam tanda tanya.

Di ruangan Pak Mahesa, Jema duduk manis di depan meja kerja pria itu.

"Saya bawakan berkas yang Bapak minta. Mungkin bisa sebagai bahan pertimbanganpertimbangan, ya, Pak." Dia menjulurkan tangan yang memegang amplop cokelat. Tiba-tiba Jema berjengit kaget saat tangannya disentuh oleh pria itu. "Pak--"

"Kamu baik banget, sih. Mau aja nolong temen kamu? Hm?"

Dalam hati Jema memaki Pria Tua Bangka ini. Saat akan melepaskan diri, tangannya justru digenggam semakin erat. "Pak, tolong. Ini kantor."

Alih-alih melepas pegangan, pria itu menjawab, "Jadi, kalau bukan di kantor kamu mau?"

Sial. Jema merutuk. "Bukan, Pak. Mau di mana pun, saya hanya karyawan biasa dan Anda adalah atasan meski tidak langsung. Saya kemari hanya untuk urusan pekerjaan." Dia berharap lelaki itu sadar dengan ucapannya.

"Lho, memangnya saya bicara apa sampai kamu kel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status