Audy tidak tahu mengapa malam ini ia sangat gelisah, apalagi melihat suaminya yang belum pulang di jam seperti ini.
"Ya Allah, Mas. Dimana kamu? Kenapa aku hubungi malah gak aktif? Reno bilang kalau kau sudah pulang dari tadi sore, ini sudah jam 10 malam, Mas?" gumam Audy seraya terus memandang pintu dan jam secara bergantian. Ia mondar-mandir di ruang tamu, entah kenapa... Jantungnya berpacu dengan sangat cepat.Tiba-tiba ada pesan masuk, sehingga mengalihkan perhatian Audy.(Apa kau menunggu suamimu? Kalau iya... Maka datanglah ke hotel Paramita, dia sedang bersama wanita di kamar 102 )Pesan itu sontak membuat Audy sangat terkejut.
"Astaghfirullahalazim, Apa maksudnya ini? " Audy bermonolog dengan dirinya sendiri. Antara ingin percaya dan tidak.Kini perasaan Audy sedang berperang.
Ia sangat mempercayai suaminya.Baginya ... suaminya adalah laki-laki yang sempurna.
Ia tidak pernah menuntut apapun dari Audy. Namun... membaca pesan itu, tentu membuat degup jantung Audy tidak karuan.
Audy dan Yusuf menikah dua tahun yang lalu, hubungan mereka begitu romantis, banyak para teman mereka yang cemburu akan hubungan mereka. Audy adalah anak orang kaya, perusahaan yang kini di kelola sang suami juga miliknya. Sedangkan orang tua Audy tinggal di luar negeri.Audy adalah seorang Mualaf.Demi cintanya, ia berpindah agama mengikuti agamanya sang suami. Bahkan kini penampilan Audy sudah tertutup meski tidak bercadar. Awalnya keluarga Audy sangat menentang akan keputusan Audy, namun karena cintanya mereka pada Audy hingga mereka mengabulkan apa yang Audy inginkan. Dengan syarat... Audy tidak boleh mengeluh akan keadaan rumah tangganya. Karena dalam agama manapun hubungan pernikahan sangatlah sakral.
Tanpa berfikir panjang, Audy meraih tas dan kunci mobilnya, ia menuju ke alamat yang ada di pesan."Maafkan aku, Mas. Jika aku mencurigaimu," gumam Audy.Bukan tanpa alasan Audy mendengarkan apa yang ada dalam pesan itu, namun sudah sebulan sang suami tidak mempermasalahkan masalah jatah ataupun masalah anak.
Biasanya Yusuf akan menanyakan perihal program kehamolan, namun beberapa minggu ini, Yusuf seolah tidak ingin membahas masalah itu. Sedangkan Audy saat ini mengalami sakit bibir rahim sariawan atau bisa dikatakan... Saat ini Audy tidak bisa melakukan tugasnya dalam beberapa waktu.
Perubahan sikap Yusuf selama tiga minggu ini membuat pikiran dan hati Audy tak nyaman. "Semoga saja apa yang aku fikirkan ini salah, Mas" gumamnya lagi.Hingga tanpa ia sadari, ia sudah sampai di hotel Paramita. Detak jantung makin cepat, tangan kian mulai basah karena cemas. Namun... Audy terlanjur datang, ia juga harus membuktikan bahwa ketakutannya itu salah.Audy melangkah dengan sangat elegant. Wanita yang tinggi bagaikan model itu meskipun sudah memutuskan untuk berhijab, namun kecantikannya tidak bisa di ragukan lagi. Ayahnya berasal dari Rusia sedangkan ibunya dari China, sehingga Audy memiliki. paras yang sangat cantik."Ada yang bisa kami bantu, Nona?" tanya resepsionis.
"Apakah benar tuan Yusuf ada di kamar 102?" tanya Audy
"Maaf Nona, kami tidak bisa mengatakan tentang tamu kami, "ucap resepsionis itu, apalagi nama Yusuf sudah berpesan agar tidak ada yang mengganggunya.
"Maaf, aku dapat undangan dari beliau, Beliau mengatakan kalau ada di kamar 102, Saya hanya ingin memastikan takutnya salah kamar, Mbak," ucap Audy seraya terus tersenyum menahan gejolak di dada."Tunggu, Nona. Biar kami lihat dulu, " ucap resepsionis itu seraya melihat daftar tamu.Benar saja nama Yusuf berada di mamat nomor 102!
"Anda benar, Nona. Pak. Yusuf baru chek in tadi siang, apa perlu kami antar?" tawar resepsionis itu."Tidak usah, terimakasih," ucap Audy dengan hati yang semakin hancur.
Hotel ini adalah milik teman Ayahnya Audy. Namun ia bingung ... Karena ia tidak memiliki nomor teman ayahnya itu. Audy berjalan menuju kekamar yang tertera di pesan itu, dengan tatapan kosong ia melangkah. Ia memikirkan cara agar bisa masuk ke kamar itu.Ditengah-tengah kebingungannya, seseorang menepuk pundaknya."Audy! Kamu Audy-kan?" tanya wanita yang berpakaian seksi itu."Shirene, Alhamdulillah... Bisa bertemu denganmu," ucap Audy seraya memeluk Shiren."Hei, ngapain di hotel malam-malam? Kau menginap di sini?" tanya Shiren.
Audy ragu untuk menjawabnya, namun hanya Shiren yang bisa membantunya saat ini, Shiren adalah anak teman Ayahnya sekaligus temannya, meskipun sudah lama tidak bertemu, Shiren dan Audy masih memiliki hubungan baik.Audy pun menceritakan masalahnya, Shiren mengepalkan tangannya. Ia marah hanya mendengar cerita itu, meskipun belum tentu itu benar, namun insting seorang istri itu kebanyakan benar."Tunggu, aku akan mengambilkan kunci cadangannya untukmu, " ucap Shiren yang langsung menghubungi pihak resepsionis dan meminta kunci cadangan nomor 102."Apakah tidak apa-apa aku main masuk? Bagaimana kalau ternyata aku salah orang?" tanya Audy bingung."Sudah tidak apa-apa, Jika ketahuan... Nanti aku yang ak.... "
Ucapan Shiren terhenti ketika pintu kamar 102 itu terbuka, tentu Shiren langsung menarik tangan Audy hingga Audy kini berada di belakang tembok pembatas antara lift dan jalan.
"Apakah itu suamimu?" tanya Shiren.Deg!
Betapa terkejutnya Audy ketika melihat sang suami merangkul wanita lain. Wanita cantik yang juga berhijab sama seperti dirinya.
Audy tidak menjawab. Ia menutup mulutnya karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Seketika, air matanya berjatuhan dengan deras.
"Terimakasih ya, Mas. Kau selalu ada untukku, Aku akan berusaha menjadi apa yang kau inginkan, aku mencintaimu," ucap wanita itu dengan manja pada Yusuf."Kau selalu menjadi yang terbaik, Syifa." Ucapan itu disertai dengan kecupan hangat di kening wanita itu. Mereka seolah pasangan Sah."Benar, dia suamimu. Kalau begitu mereka harus di beri pelajaran, Audy. Kau banyak berkorban untuknya, bahkan kau meninggalkan agamamu demi dirinya.""Tidak, Shiren. Jangan gegabah. Aku pindah agama bukan karena mas Yusuf, tapi karena keyakinanku, insyaallah Allah, Tuhanku akan melindungiku dan menjagaku, terimakasih banyak.""Aku mohon... Rahasiakan ini dari keluargaku, aku akan mengatasi semua ini sendiri, ya?" pinta Audy.
Shireen menatap Audy tak percaya. "Kamu....""Kamu luar biasa!"Setelah cukup berbincang-bincang, Audy pun menyadari kepergian mobil Yusuf dengan wanita yang bernama Syifa tadi.Lekas, dia izin dari Shireen dan mengikutinya. Ia tahu ini salah, tapi ia juga ingin tahu sejauh mana hubungan keduanya. Apakah wanita itu punya keluarga? Apakah wanita itu tahu kalau Yusuf sudah beristri? Apakah orang tuanya tahu jika wanita itu memiliki hubungan dengan laki-laki yang sudah beristri? Semua pertanyaan seolah membuat kepala Audy ingin meledak.CIT!Mobil Audy berhenti ketika melihat mobil Yusuf berhenti di sebuah gang. Wanita cantik itu turun dan mencium punggung tangan Yusuf. "Apakah hubungan kalian sudah sejauh itu, Mas? Apa karena aku belum hamil? Apa karena aku sakit seperti ini? Sejak kapan mas? Kenapa kau tega lakuin ini padaku?" gumam Audy seraya terus menatap kedua manusia itu. Terlihat mobil Yusuf melaju, Audy-pun mengikutinya. Namun Audy berhenti di gang tempat Yusuf berhenti. Ia menoleh kearah gang tersebut, terlihat wanita
Audi tidak menyangka Jika suami yang ia anggap sangatlah sempurna dalam segala hal ternyata lelaki yang tidak tahu diri yang bermain manis ketika ia melakukan sebuah pengkhianatan besar. Setelah Audi memastikan suaminya sudah berangkat ke perusahaan Ia pun langsung menghubungi seseorang yang berada di perusahaannya."Apa! semua laporan keuangan dipegang Pak Yusuf? "tanya Audi dengan terkejut" Iya Nyonya. Dan itu sudah berlangsung selama 1 tahun ini, " Ucap orang itu yang ternyata adalah Direktur keuangan." Baiklah, aku hanya minta salinannya kau kirimkan padaku tapi ingat rahasiakan ini dari bapak, "ucap Audi pada direktur itu. Setelah mengatakan itu Audi langsung mematikan ponselnya dan menggenggamnya dengan begitu erat. ia tidak tahu sejauh mana suaminya melangkah dan berapa lama suaminya telah menghianatinya. Audi berharap hanya dirinyalah yang ditipu oleh suaminya tapi Audi berharap bahwa suaminya masih memiliki hati tidak menipu perusahaan. Setelah memastikan hatinya mulai tena
Audy awalnya bingung untuk menemui Syifa, ia tidak tahu harus mencari alasan bagaimana. Jika Syifa tahu kalau Yusuf memiliki istri, otomatis Syifa juga tahu akan wajah Audy. ''Aku harus bagaimana?''Tanya Audy seraya melihat kearah gerbang kampus, namun Tuhan memberinya jalan ... Tanpa sengaja Audy melihat sosok yang ia kenal, dia adalah sahabat dari kakaknya. ''Bukankah itu kak Rey?'' gumam Audy, lalu iapun segera keluar dari mobilnya dan tdak lupa ia membawa niqab yang sudah ia siapkan. ''Assalamualikum, kak Rey,'' sapa Audy yang membuat Rey langsung menatap kearah Audy. Sejenak Rey terdiam, ia menatap wanita cantik yang ada di hadapannya saat ini. ''Kamu Audy, kan?'' taya Rey tak percaya ''Ah, waalaikum salam,'' jawab Rey yang memang bukanlah islam, namun ia masih menjawab salam Audy ''Alhamduillah kakak masih ingat denganku, kakak ada acara di kampus ini?'' Tanya Audy dengan gugup ''Ya, kami ada pertemuan nanti, kebetulan kampus ini ada dalam naungan perusahaanku, kau ada ke
Melihat Yusuf pergi, Syifa langsung berlari mengejarnya. ''Mas ... Tunggu! Syifa terus mengejar Yusuf hingga ke dekat mobil. ''Mas, tunggu! kamu gak bisa ninggalin aku seperti ini,'' ucap Syifa seraya mengatur nafasnya ''Syifa, mas mohon ... untuk saat ini kamu jangan egois, sekarang Audy pasti sangat marah, mas harus mengejar dia dan menjelaskan hubungan kita,'' ucap Yusuf masih sempat menenangkan Syifa. ''Aku ikut!'' Permintaan itu tentu membuat Yusuf sangat terkejut, bagaimana jadinya nanti jika Syifa ikut menemui Audy, bukankah Audy akan bertambah marah dengannya, atau bahkan Audy bisa menendangnya keluar dari rumahnya saat ini.''Syifa, plis ... untuk saat ini, jangan bersikap ke kanak-kanakan. kamu mau semuanya hancur?" tanya Yusuf membuat Syifa berfikir ulang. ''Kamu kembalilah sekarang, aku akan pergi,'' ucap Yusuf masih sempatnya mencium kening Syifa dengan wajah yang sudah babak belur, sedangkan Audy sudah sampai di depan rumahnya. Air matanya terus mengalir, ia langsun
Syifa pulang dengan perasaan marah, kesal, kecewa, sedih, semuanya bercampur menjadi satu, apalagi Yusuf dari tadi tidak bisa di hubungi. ''Mas, kamu sudah pernah kecewain aku, jangan sampai aku kecewa lagi padamu, mas?'' gumam Syifa seraya membawa mobilnya menuju ke kediamannya, Syifa sangat bahagia ketika melihat gambar Yusuf di sosial media, dengan perubahan Yusuf yang sangat drastis, tentu membuat benih-benih cinta yang dulu lenyap kini tumbuh kembali, namun Syifa menelan pil pahit ketika ia mengetahui jika Yusuf sudah menikah dengan wanita lain. ''Syifa, rebut hati Yusuf, siapa tahu dia bisa mengubah kehidupan kita, Nak!'' pinta sang ibu saat itu. ''Tapi mas Yusuf sudah beristri, Ibu. Bagaimana mungkin Syifa hadir lagi dalam kehidupannya?'' tanya Syifa seraya terus menatap gambar Yusuf yang semakin tampan dan gagah. ''Dia milikmu, kamu adalah cinta pertamanya, istrinya yang telah mengambilnya darimu, Syifa ... Nabi saja bisa berisitri 4, lalu apa salahnya jika Yusuf memiliki
Terlihat jelas kebahagiaan di wajah Yusuf, ia bahkan tidak memperdulikan bagaimana perasaan Audy saat ini. Audy yang baru saja selesai sholat isyak tanpa berjamaah dengan sang suami hanya bisa meminta untuk kekuatan sementara waktu. "Aku tahu ya Allah... Kau yang telah menyatukan kami, dan Engkau jugalah yang akan memisahkan kami. Aku hanya minta, berikan yang terbaik buatku, jika perpisahan ini adalah jalan yang terbaik, maka lancarkan semua usahaku untuk menyatukan mas Yusuf dengan cinta pertamanya, agar mereka tidak selalu berbuat dosa tapi jika takdirku memang harus berbagi hati, maka berikan aku kekuatan untuk menghadapi kenyataan, " Setelah menuangkan semua keluhannya, Audy pun membuka mukena dan melipatnya. Di sisi lain, Yusuf kini merasakan semua keinginannya berjalan dengan lancar. "Ya Allah, kau memudahkan jalanku untuk bersatu dengan orang yang aku cintai serta yang aku sakiti dulu, aku berjanji akan berlaku adil dengan mereka, " ucap Yusuf, seketika ia mengingat akan
Yusuf tersenyum mendengar apa yang Audy katakan. Benar apa yang Audy katakan, nanti waktu baik akan terlewati jika dirinya menunda keberangkatannya. Di sisi lain, kini Syifa sudah di hias menjadi pengantin yang cantik. Dengan kebaya putih dengan hijab senada, banyak yang merasa kagum akan kecantikan itu. "Kenapa di siri dulu, Bu? Kenapa gak langsung ke KUA saja? " tanya teman arisan ibunya Syifa. "Menantuku ini sangat sibuk, Bu. Maklum dia adalah pembisnis yang namanya kini makin terkenal. Beberapa hari ini ia ada kerja sama dengan perusahaan Jepang. Karena tidak ingin meninggalkan Syifa dia ingin membawa Syifa kesana. Dan, karena itulah mereka harus nikah siri agar tidak berdosa, Bu, " ucap Ibunya Syifa yang semakin membuat semua teman-teman arisannya kagum akan sosok Yusuf. "Ya, emang seharusnya di ikat dulu kalau menantu idaman, Bu. Maklumlah, sekarang banyak pelakor berkeliaran, Hati-hati bu, sampaikan ke Syifa, jaga baik-baik suaminya, " ucap ibu-ibu yang lain, yang membuat w
Tubuh Yusuf lemas rak bertulang. Bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri terasa begitu berat."Audy, menantuku sayang, apa maksudnya ini, Nak?" tanya Ibunya Yusuf seraya mendekati Audy dan hendak menyentuh lengan Audy. Namun Audy melangkah satu langkah membuat ibu Yusuf kecewa dan sedih."Sayang, ada apa sayang? Kau lagi bercanda kan?" Kini, Yusuf yang bertanya."Audy, ayah tahu, kalau anak ayah salah telah melukai perasaanmu, tapi Allah tidak suka dengan perceraian, Nak, " ucap ayahnya Yusuf.Sungguh Audy ingin tertawa mendengar ucapan dari orang tiga yang begitu Audy cintai dan Audy hormati dulu. Namun semua rasa itu seolah mati di telan oleh pengkhianatan mereka.Gunjingan dari para tamu semakin riuh dan Audy menikmati momen itu dengan baik. Ibu Syifa berusa menahan amarahnya, apalagii ketika mendengar apa yang Audy katakan. "Syifa, apa maksud dari ucapan istrinya Yusuf? " tanya Ibunya Syifa dengan mengecilkan suaranya. Syifa yang sudah mengerti dengan apa yang Audy maksud hanya bi
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Setelah perjalanan panjang dan penuh lika-liku, Audy berdiri di balik tirai kamar pengantin, mengenakan gaun putih yang sederhana namun begitu elegan. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar, memantulkan kilau lembut dari gaun yang ia kenakan. Rambutnya yang tertutup hijab dengan sanggul rapi, dengan hiasan bunga melati yang memberikan aroma manis. Ia memandang cermin di depannya, menatap sosoknya yang hari ini akan menjadi seorang istri—istri dari Reyhan, pria yang telah berhasil menyembuhkan hatinya dan memberikan makna baru dalam hidupnya.Di ruangan yang berbeda, Reyhan berdiri tegap mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan sarung sutra. Di sekelilingnya, beberapa kerabat dan teman dekat menemaninya, menunggu momen sakral yang sebentar lagi akan tiba. Wajahnya tampak tenang, namun matanya menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa. Hari ini, ia akan mengucapkan ijab qobul, dan dengan itu, ia akan memulai babak baru bersama wanita yang ia cint
Audy melangkah mundur, menahan keinginannya untuk segera pergi dari ruangan itu. Kata-kata Yusuf membuatnya terhenti."Apakah kau melakukan semua ini untuk menghindariku?" tanya Yusuf, tatapannya penuh tanya dan rasa penasaran yang tampak jelas.Audy menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab. Kata-kata Yusuf membuatnya kembali menengok ke masa lalu yang berusaha ia tinggalkan. Ia mengarahkan pandangannya ke arah Yusuf yang masih terbaring lemah di ranjang."Tidak, Mas," jawab Audy, suaranya terdengar mantap. "Ini sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Kita sudah berakhir hampir setahun yang lalu. Dan selama itu, aku sudah tidak lagi memiliki perasaan apa pun. Aku tidak mengatakan kalau aku sudah sepenuhnya melupakanmu, tapi..." Audy berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Jujur, rasa cinta yang dulu aku miliki telah terkikis oleh pengkhianatanmu."Yusuf tampak menelan ludah, seolah kata-kata Audy barusan menohok hatinya."Jadi, jika kau berpikir
Ibunya Yusuf Mendatangi Rumah Audy"Assalamu'alaikum," terdengar suara lembut namun tegas dari luar pintu. Itu suara ibunya Yusuf, yang datang ke kediaman Audy. Pelayan rumah Audy yang membuka pintu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Wanita yang berdiri di depan pintu adalah mantan ibu mertua majikannya, sosok yang sudah lama tak pernah datang ke rumah ini setelah perceraian Audy dengan Yusuf."Wa'alaikumsalam, Nyonya. Silakan masuk," ujar sang pelayan sambil menunduk hormat dan mempersilakan tamunya masuk ke ruang tamu.Ibunya Yusuf melangkah masuk dengan langkah pelan namun anggun. Duduk di ruang tamu yang dulu sering ia kunjungi saat Audy dan Yusuf masih bersama, wajahnya terlihat sendu, seolah menyimpan beban di hatinya.Pelayan rumah segera pergi memanggil Audy. "Nyonya, ibu dari Tuan Yusuf datang berkunjung," lapornya dengan hati-hati.Audy, yang sedang bersantai di kamar, segera bangkit. Ia meraih hijab instan yang tergantung di sisi ranjangnya, mengenakannya dengan cepat
Belum Audy memberikan jawaban, papanya Audy mendekat "Kau tahu, Dy," suara Papa memecah lamunannya, "Papa dan Mama sudah mengenal Rey cukup lama. Dia bukan hanya sahabat kakakmu, tapi juga bagian dari keluarga kita. Kalau kami boleh jujur, Rey adalah laki-laki yang tepat untukmu."Audy mengalihkan pandangannya, sedikit menunduk dengan arah pembicaraan ini. "Papa, Mama... aku tahu Kak Rey baik. Tapi, ini bukan masalah sederhana. Aku... aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya.""Sayang," Mama Audy menimpali dengan lembut, "kami tidak ingin memaksa. Kami hanya ingin kau tahu, setelah apa yang terjadi dengan Yusuf, kami khawatir kau tidak akan menemukan seseorang yang bisa mencintaimu seperti Rey. Dia sudah membuktikan keseriusannya, dan Mama yakin dia tidak akan mengecewakanmu."Audy terdiam. Perasaan hangat dan aman yang selalu Rey berikan memang tidak bisa disangkal, tapi luka dari pernikahan sebelumnya masih membekas dalam hatinya. Mencintai seseorang bukan hanya soal keseriusan, t
"Kenapa kau merahasiakan ini dariku, Rey?" tanya Andre dengan nada datar. Sorot matanya tajam, menyelidik.Rey terlihat gugup, menarik napas panjang. "Aku... kurang percaya diri, Ndre," jawabnya pelan. "Apalagi dengan perasaan yang kumiliki untuk Audy. Semakin lama kupendam, semakin aku merasa tertekan. Semakin aku ingin gila."Andre terdiam, mendengarkan dengan saksama. Tak pernah terlintas bahwa Rey, sahabatnya sejak mereka kuliah, bisa memiliki perasaan semacam itu pada adiknya, Audy."Aku mencoba menepisnya," lanjut Rey, suaranya bergetar. "Tapi perasaan ini justru semakin kuat. Aku akhirnya berdamai dengan diriku sendiri. Dan, Ndre, aku ingin menghalalkan adikmu. Aku ingin dia menjadi istriku."Andre diam sejenak, mencerna perkataan Rey. Sahabat terbaiknya, orang yang ia percayai selama ini, ingin menikahi Audy. Tapi masih ada sesuatu yang lebih penting untuk ditanyakan."Perasaanmu pada Audy... sebenarnya aku sudah mencurigainya," ucap Andre, memecah keheningan. "Tapi yang jadi
“Apa yang harus aku lakukan, Bu?” keluh Yusuf seraya menundukkan wajahnya di meja makan. Suaranya lirih, namun terbungkus kemarahan yang tak dapat disembunyikan. “Setiap hari hanya pertengkaran yang aku hadapi bersama Syifa. Rasanya kesabaranku sudah di ambang batas.”Ibunya Yusuf memandang Yusuf dengan tatapan iba, sementara Diana, adik perempuannya, yang duduk di ujung meja, malah menyeringai seolah menunggu saat ini tiba.“Kakak sendiri yang memilih dia,” sindir Diana tanpa belas kasihan. “Dan sekarang menyesal? Malah menghina Kak Audi dulu, padahal lihat sekarang, MasyaAllah... makin cantik dan anggun. Selama ini, apa pernah kita dengar Kak Audi marah atau ribut-ribut seperti ini?”Yusuf mendesah, berat, kepalanya terasa makin pusing. Dia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Namanya akan selalu dibandingkan dengan Audi—mantan istrinya yang sempurna di mata keluarganya.“Diana, sudah. Jangan memperkeruh keadaan,” tegur sang ibu dengan suara tegas. “Kakakmu lagi pusing menghadapi masa
Melihat Yusuf sudah berlalu dengan langkah cepat, Syifa mengejar Yusuf. "Mas, kita masih harus bicara, Mas. Kau selalu begini jika bicara denganku. Apakah tidak bisa kau bersikap tidak egois? " ucap Syifa membuat langkah Yusuf berhenti. "Kau bilang aku egois? Apakah kau tidak salah? " Tanya Yusuf yang masih berusaha menahan emosinya. "Kau yang egois, Syifa. Kau sangat egois, " Syifa mendengus dengan nada sinis. "Kau yang egois, Mas. Kau nggak pernah benar-benar memikirkan perasaanku. Kau tahu aku terbiasa hidup dengan kemewahan, tapi kau malah menyuruhku untuk berhemat. Seharusnya kau bekerja lebih keras, cari pekerjaan yang lebih baik!"Yusuf menatap Syifa dengan mata penuh kekecewaan. "Aku bekerja setiap hari untukmu, untuk kita. Tapi sepertinya tidak ada yang cukup bagimu. Aku lelah, Syifa. Aku benar-benar lelah."Syifa hanya menatapnya dengan wajah keras. "Kalau begitu, biarkan aku yang urus semuanya. Cari jalan lain kalau kau tak mampu, atau... mungkin memang waktunya kita pik
Pembangunan di sekitar danau kini mulai menunjukkan hasil yang nyata. Area yang sebelumnya terbengkalai perlahan berubah menjadi ruang publik yang ramai dikunjungi warga. Tempat penjual kaki lima yang dulunya berjualan tanpa tempat teduh kini mendapatkan area baru yang dilengkapi atap untuk melindungi mereka dari hujan dan terik matahari. Banyak warga yang bersyukur pembangunan ini kembali dilanjutkan setelah tertunda sekian lama.Namun, yang paling mengejutkan adalah Reyhan, yang kini diam-diam memberikan bantuan untuk anak-anak asuhan Audy. Audy, yang sibuk dengan pekerjaannya, baru mengetahui ini ketika ia berkunjung ke panti asuhan.“Assalamu’alaikum, anak-anak,” sapa Audy ketika ia memasuki panti asuhan yang tampak cerah dan hangat.“Wa’alaikum salam, Kak Audy!” serempak anak-anak menjawab dengan ceria. Salah satu anak kemudian berkata, “Kak Reyhan baru saja pergi, Kak.”Audy tertegun, mendengar nama itu disebut. “Kak Reyhan? Reyhan sering ke sini?” tanyanya heran.“Iya, Kak. Kak
"Assalamu'alaikum, Audy..." ucap seseorang yang baru saja membuka pintu ruangan kerja Audy dengan senyum lebar."Wa'alaikumsalam, Shireen..." jawab Audy, terlihat terkejut dengan kedatangan sahabat lamanya yang sudah sekian lama tak bertemu."Hai, bagaimana kabarmu? Selamat ya atas perceraiannya!" ucap Shireen sambil memeluk erat tubuh Audy."Alhamdulillah, aku sangat sehat. Tapi kau ke mana saja selama ini? Sudah lama sekali tidak bertemu," tanya Audy penasaran sambil melepas pelukan.Shireen tersenyum. "Ah, biasa... Kau tahu sendiri, kan, anak papa dan mama cuma aku satu-satunya. Jadi, mau tak mau, aku harus siap jadi kaki tangan mereka mengurus bisnis keluarga," jawabnya, sedikit berkelakar.Audy mengangguk, memahami betul posisi Shireen yang selalu disibukkan dengan tanggung jawab besar di keluarga. "Aku bisa membayangkan betapa sibuknya. Tapi tetap saja, aku tak menyangka kau bisa langsung datang ke sini tanpa kabar terlebih dahulu," ujar Audy sambil tertawa kecil."Aku memang se