Yusuf tersenyum mendengar apa yang Audy katakan. Benar apa yang Audy katakan, nanti waktu baik akan terlewati jika dirinya menunda keberangkatannya.
Di sisi lain, kini Syifa sudah di hias menjadi pengantin yang cantik. Dengan kebaya putih dengan hijab senada, banyak yang merasa kagum akan kecantikan itu. "Kenapa di siri dulu, Bu? Kenapa gak langsung ke KUA saja? " tanya teman arisan ibunya Syifa. "Menantuku ini sangat sibuk, Bu. Maklum dia adalah pembisnis yang namanya kini makin terkenal. Beberapa hari ini ia ada kerja sama dengan perusahaan Jepang. Karena tidak ingin meninggalkan Syifa dia ingin membawa Syifa kesana. Dan, karena itulah mereka harus nikah siri agar tidak berdosa, Bu, " ucap Ibunya Syifa yang semakin membuat semua teman-teman arisannya kagum akan sosok Yusuf. "Ya, emang seharusnya di ikat dulu kalau menantu idaman, Bu. Maklumlah, sekarang banyak pelakor berkeliaran, Hati-hati bu, sampaikan ke Syifa, jaga baik-baik suaminya, " ucap ibu-ibu yang lain, yang membuat wajah ibunya Syifa berubah. Namun setelah itu, Ibunya Syifa kembali tersenyum. "Kalian nikmati dulu hidangannya. Aku ingin melihat putriku dulu," ucap Ibunya Syifa mengalihkan pembahasan tentang pelakor. Entah kenapa ibunya Syifa tidak suka dengan satu kata itu. Beberapa tamu yang tak lain hanyalah teman arisan ibunya Syifa dan temannya Syifa pun datang, berserta para tetangga di dekat area perumahan Syifa yang hadir. Tidak ada satupun dari pihak Yusuf yang datang kecuali orang tua Yusuf. Hanya mereka berdua yang datang. Orang tua Yusuf pun sama herannya, kenapa Audi makan setuju di poligami. Tak bisa di pungkiri, orang tua Yusuf masih ragu dengan apa yang anaknya lakukan. Namun, melihat kebahagiaan dj wajah Yusuf, membuat mereka melupakan bagaimana mereka dulunya hidup. Tidak butuh waktu yang lama, mobil Yusuf tiba, tentu itu menjadi pusat perhatian semua tamu undangan. Termasuk orang tuanya Yusuf yang tiba terlebih dahulu. Jantung mereka berdetak dengan begitu cepat. Apalagi ketika melihat pintu mobil putranya itu terbuka. Menampilkan Audy yang begitu cantik, bahkan jauh lebih cantik dari Syifa. Bersamaan dengan itu Syifa keluafvdark ruang rias, namun kedatangannya malah tidak di perhatikan oleh para tamu, kininyanb menjadi pusat perhatian para tamu adalah Audy yang melangkah masuk kedalam rumah Syifa dengan begitu elegan dan lembut. 'Wah, dia adik iparnya Syifa. Cantik sekali ya," ucap tetangga Syifa yang kemaren menjadi pemberi informasi untuk Audy. Tentu Audy tersenyum ramah padanya. "Cantikan adiknya, ya. Tapi masak mau nikah sama adiknya, tapi cocok juga sih dengan Syifa, dia juga gak kalah cantik, " ucap yang lain. "Audy, kau...? " ucap Ibunya Yusuf ketika mendekati Audy. "Assalamu'alaikum, Ibu, Ayah. Bagaimana kabar kalian? Aku harap kalian sehat, ya... " Ucap Audy seraya tersenyum, namun kali ini senyuman menantunya itu terlihat menyeramkan. "Mas, udah ayo. Pengantin mu sudah menunggu, " ucap Audy membuat mereka semua heran dengan apa yang Audy katakan. Yusuf dengan perasaan bahagia kini melangkah menuju ke tempat akad. Dimana disana Syifa sudah duduk di hadapan penghulu. "Ayo pak, kita bisa memulainya, aku sebagai istri sah dari Pak Yusuf sudah memberikan ijin untuk Mas Yusuf menikah lagi dengan Nona Syifa, daripada mereka selalu berbuat Zina, mending saya nikahkan mereka, " ucap Audy dengan senyuman yang membuat semua orang sangat terkejut. "Hah, kau istri pertama Yusuf? " Tanya tetangga Syifa. "Alhamdulillah, iya, Bu. Salam kenal ya, Bu. Dan, terimakasih, " ucap Audy. Tentu hal itu membuat semua orang mencemooh akan apa yang Syifa lakukan. Bagaimana bisa Syifa menjalin hubungan dengan suami orang, dan dengan bangganya selalu keluar bareng. "Mas, apa ini kenapa... Kenapa seperti ini? " tanya Syifa dengan mantan yang berkaca-kaca. "Nona Syifa, aktingnya nanti saja ya, biar kalian sah dulu, apa aku urungkan niatku untuk mengijinkan kalian menikah? " tanya Audi yang membuat Yusuf dan Syifa cemas. "Pak, silahkan lanjutkan, " ucap Audy. Yusuf hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya dia benar-benar tidak tahu jika Audi akan melakukan ini. Yusuf tidak menyangka jika Audi bisa mempermalukan dirinya di depan umum seperti ini. Namun... ingin mengelak pun Yusuf sudah tidak bisa. Ia pun harus menanggung malu atas kunjungan para tamu undangan begitupun dengan kedua orang tua mereka, khususnya para teman arisan ibunya Syifa."Pantas saja tadi dia langsung terdiam, Ternyata dia tidak suka ketika aku membahas masalah pelakor, "ucap temannya ibunya Syifa, yang dibenarkan oleh teman-teman yang lainnya Audi seolah tersenyum dengan semua gunjingan para tamu undangan untuk Yusuf dan Syifa, ini tidak seberapa dengan rasa sakit yang ia rasakan selama ini. Audi sudah cukup menjadi orang bodoh yang selalu dibohongi oleh Yusuf dengan berdalih lembur di perusahaan dan ada kepentingan di luar kota. Namun ternyata waktu yang Yusuf luangkan hanyalah untuk pelakor yang berkedok mantan kekasih yang tak ingin ia sakiti dua kali. Sudah terlanjur malu, akhirnya Yusuf pun mengulurkan tangannya pada Pak penghulu. Pak penghulu pun menuntun Yusuf untuk mengucapkan akad pernikahan pada Syifa sehingga para saksi mengatakan kata sah untuk pasangan suami istri itu. Tidak banyak yang mengucapkan kata Alhamdulillah untuk pasangan pengantin baru itu, namun mereka banyak yang mengelus dada dan bersimpati pada Audi yang kini juga duduk di sisi Yusuf, namun terdengar jelas ketika Audi mengucapkan kata Alhamdulillah ketika kata sah diucapkan. "Mas aku ada hadiah untukmu dan Nona Syifa. Bukankah kalian ingin ke Jepang, aku akan berikan itu untuk kalian, Pak Paloh, bawa masuk, Pak, " ucap Audy yang sangat membuat Yusuf terkejut. Pak Paloh adalah orang kepercayaan kakaknya Audy, tapi kenapa ia berada di sini? Batin Yusuf. Terlihat sosok laki-laki kekar, dengan jembut dan kumis yang tidak begitu tebal masuk dengan menyeret sebuah koper besar dan juga amplop coklat di tangannya, perasaan Yusuf pun semakin tidak karuan, ia tidak tahu akan semua ya sudah disiapkan oleh Audi. Iya benar-benar terberdaya dengan kebahagiaan sesaat sehingga Ia melupakan betapa sakitnya hati istri pertamanya itu. "Buat mas Yusuf, ini adalah pakaian yang kau bawa saat pertama kali kita menikah, aku sudah mengemasnya dengan rapi, tidak tertinggal satupun. Dan, ini adalah dua tiket ke Jepang untuk kalian bulan madu, bukankah aku sudah sangat baik?""Tapi ini bukan untuk pertemuanmu dengan Mister J, untuk pertemuan itu, biar aku yang handle, aku ingin kalian menikmati bulan madu kalian. Dan ini adalah semua tagihan yang sudah kau keluarkan untuk Nona Syifa, termasuk biaya rehap rumahnya yang besar ini, dan ini untuk biaya pembelian sawah yang kau berikan pada mertuamu, tapi kau lupa, kau menggunakan uang perusahaan, Mas. Jadi kau tetap harus membayarnya," lanjut Audy.
Wanita itu tersenyum, tetapi mampu membuat siapapun merinding."Dan, ini adalah surat gugatan cerai dariku."
Tubuh Yusuf lemas rak bertulang. Bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri terasa begitu berat."Audy, menantuku sayang, apa maksudnya ini, Nak?" tanya Ibunya Yusuf seraya mendekati Audy dan hendak menyentuh lengan Audy. Namun Audy melangkah satu langkah membuat ibu Yusuf kecewa dan sedih."Sayang, ada apa sayang? Kau lagi bercanda kan?" Kini, Yusuf yang bertanya."Audy, ayah tahu, kalau anak ayah salah telah melukai perasaanmu, tapi Allah tidak suka dengan perceraian, Nak, " ucap ayahnya Yusuf.Sungguh Audy ingin tertawa mendengar ucapan dari orang tiga yang begitu Audy cintai dan Audy hormati dulu. Namun semua rasa itu seolah mati di telan oleh pengkhianatan mereka.Gunjingan dari para tamu semakin riuh dan Audy menikmati momen itu dengan baik. Ibu Syifa berusa menahan amarahnya, apalagii ketika mendengar apa yang Audy katakan. "Syifa, apa maksud dari ucapan istrinya Yusuf? " tanya Ibunya Syifa dengan mengecilkan suaranya. Syifa yang sudah mengerti dengan apa yang Audy maksud hanya bi
Sementara itu, Yusuf berusaha mengejar Audy untuk mencari tahu alasan di balik surat gugatan cerai tersebut. Dia berharap bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik dan menemukan jalan keluar yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat. "Audy plis... Angkat panggilannya mas sayang, mas mohon sayang. Bukankah kau sudah mengatakan akan menerima pernikahan kedua mas ini? Kenapa sekarang kau memberikan kejutan ini, sayang, " gumam Yusuf seraya terus mengejar mobil Audy dan Pak Paloh. Dalam keadaan yang sulit ini, Yusuf dan Syifa harus menghadapi kenyataan bahwa pilihan mereka telah membawa konsekuensi yang tidak mereka duga. Mereka harus belajar dari kesalahan mereka dan berusaha memperbaiki hubungan mereka, baik dengan Audy maupun dengan para undangan yang hadir di pernikahan mereka.Tanpa Yusuf sadari mereka sudah masuk ke dalam halaman rumah Audy. "Audy, sayang.... Tunggu, mas ingin bicara, " ucap Yusuf yang hendak ingin meraih tangan Audy, namun Pak Paloh segera menepis tangan Yusuf
"Yusuf, apakah kamu baik-baik saja, Nak?" tanya ibunya dengan cemas."Mas, mengapa kamu malah pergi dan mengejar dia? Bukankah akan lebih baik jika dia meminta cerai darimu, sehingga kamu bisa menikahi aku secara sah, baik agama maupun negara, Mas," ucap Syifa. Wajah Yusuf terlihat begitu lesu, ia duduk tanpa menjawab pertanyaan mereka semua. Apalagi wajah ibu Syifa yang mulai terlihat tidak nyaman. ***Audy menatap seluruh ruangan yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan Yusuf. Sungguh sangat sakit untuk tetap tinggal di rumah yang penuh dengan kenangan indah, namun nyatanya malah membuat hatinya hancur.Tiba-tiba, dering ponselnya membuat Audy sadar dan segera menghapus air matanya yang tanpa ia sadari sudah mengalir deras.Audy terkejut melihat nama yang tertera di panggilan itu."Kakak..." seru Audy, dengan segera ia langsung mengangkat panggilan itu. "Assalamu'alaikum, kak. " "Waalaikumsalam, Audy. Turunlah! Kakak ada di bawah sekarang, " ucap sosok yang Audy panggil kak
Yusuf tampak enggan menjawab pertanyaan yang diajukan Syifa dan ibunya, bahkan Yusuf tampak merenung memikirkan apakah apa yang adiknya katakan itu benar."Yusuf, kenapa kau hanya diam?! Jangan bilang apa yang mereka katakan itu benar, Yusuf?!" tanya ibunya mendesak."Bisakah kalian diam, tidak! Apakah kalian tidak berpikir, saat ini bukanlah itu yang harus kalian pertanyakan?" ujar Yusuf dengan lantang, membuat Syifa dan yang lainnya terperanjat kaget.Yusuf kemudian mendesis, "Apa kalian tidak memikirkan bagaimana kita bisa menghadapi situasi ini, bukan hanya fokus pada apakah apa yang dikatakan benar atau tidak? Kita perlu mencari solusi, bukan sibuk menyalahkan atau mencari siapa yang benar dan siapa yang salah." Ucapannya tersebut membuat ruangan terdiam, semua orang tampak merenung mencerna apa yang baru saja Yusuf katakan. "Audy saat ini benar-benar marah, dan semuanya tidak akan baik-baik saja," ucap Yusuf dengan berusaha tetap tenang."Yusuf, mungkin Ayah dan Ibu akan menemu
"Syifa, bisakah kau tidak berbicara terus? Aku sedang mengalami kesulitan tapi kau malah berkata-kata tanpa henti layaknya burung beo. Sebagai wanita yang sholehah, seharusnya kau bisa memahami keadaan suamimu," ujar Yusuf dengan rasa kesal, terdengar bagai letupan emosi dalam suaranya, kepada istri keduanya, Syifa.Syifa merasa tersinggung oleh kata-kata Yusuf yang menuduhnya tidak mengerti atau menghargai keadaannya. "Bukan begitu, Mas. Aku merasa terluka ketika adikmu mengatakan bahwa semua biaya keluargamu ditanggung oleh Audy. Terdengar seolah-olah kau tidak memiliki tanggung jawab terhadap keluarga kita," seru Syifa sambil duduk di samping Yusuf, yang kini memijat pelipisnya mencoba menghilangkan rasa sakit akibat begitu banyak beban yang ia pikirkan. Keduanya merasa tegang dan emosi meluap-luap dalam pergulatan perasaan yang saling bertentangan. "Setelah kau pergi, aku merasa sangat hancur. Audy datang dan memberikan aku harapan baru. Dia begitu baik, bahkan pada keluargaku j
Audy tidak tahu mengapa malam ini ia sangat gelisah, apalagi melihat suaminya yang belum pulang di jam seperti ini. "Ya Allah, Mas. Dimana kamu? Kenapa aku hubungi malah gak aktif? Reno bilang kalau kau sudah pulang dari tadi sore, ini sudah jam 10 malam, Mas?" gumam Audy seraya terus memandang pintu dan jam secara bergantian. Ia mondar-mandir di ruang tamu, entah kenapa... Jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Tiba-tiba ada pesan masuk, sehingga mengalihkan perhatian Audy. (Apa kau menunggu suamimu? Kalau iya... Maka datanglah ke hotel Paramita, dia sedang bersama wanita di kamar 102 ) Pesan itu sontak membuat Audy sangat terkejut. "Astaghfirullahalazim, Apa maksudnya ini? " Audy bermonolog dengan dirinya sendiri. Antara ingin percaya dan tidak. Kini perasaan Audy sedang berperang. Ia sangat mempercayai suaminya. Baginya ... suaminya adalah laki-laki yang sempurna. Ia tidak pernah menuntut apapun dari Audy. Namun... membaca pesan itu, tentu membuat degup jantung Audy tidak
"Kamu luar biasa!"Setelah cukup berbincang-bincang, Audy pun menyadari kepergian mobil Yusuf dengan wanita yang bernama Syifa tadi.Lekas, dia izin dari Shireen dan mengikutinya. Ia tahu ini salah, tapi ia juga ingin tahu sejauh mana hubungan keduanya. Apakah wanita itu punya keluarga? Apakah wanita itu tahu kalau Yusuf sudah beristri? Apakah orang tuanya tahu jika wanita itu memiliki hubungan dengan laki-laki yang sudah beristri? Semua pertanyaan seolah membuat kepala Audy ingin meledak.CIT!Mobil Audy berhenti ketika melihat mobil Yusuf berhenti di sebuah gang. Wanita cantik itu turun dan mencium punggung tangan Yusuf. "Apakah hubungan kalian sudah sejauh itu, Mas? Apa karena aku belum hamil? Apa karena aku sakit seperti ini? Sejak kapan mas? Kenapa kau tega lakuin ini padaku?" gumam Audy seraya terus menatap kedua manusia itu. Terlihat mobil Yusuf melaju, Audy-pun mengikutinya. Namun Audy berhenti di gang tempat Yusuf berhenti. Ia menoleh kearah gang tersebut, terlihat wanita
Audi tidak menyangka Jika suami yang ia anggap sangatlah sempurna dalam segala hal ternyata lelaki yang tidak tahu diri yang bermain manis ketika ia melakukan sebuah pengkhianatan besar. Setelah Audi memastikan suaminya sudah berangkat ke perusahaan Ia pun langsung menghubungi seseorang yang berada di perusahaannya."Apa! semua laporan keuangan dipegang Pak Yusuf? "tanya Audi dengan terkejut" Iya Nyonya. Dan itu sudah berlangsung selama 1 tahun ini, " Ucap orang itu yang ternyata adalah Direktur keuangan." Baiklah, aku hanya minta salinannya kau kirimkan padaku tapi ingat rahasiakan ini dari bapak, "ucap Audi pada direktur itu. Setelah mengatakan itu Audi langsung mematikan ponselnya dan menggenggamnya dengan begitu erat. ia tidak tahu sejauh mana suaminya melangkah dan berapa lama suaminya telah menghianatinya. Audi berharap hanya dirinyalah yang ditipu oleh suaminya tapi Audi berharap bahwa suaminya masih memiliki hati tidak menipu perusahaan. Setelah memastikan hatinya mulai tena
"Syifa, bisakah kau tidak berbicara terus? Aku sedang mengalami kesulitan tapi kau malah berkata-kata tanpa henti layaknya burung beo. Sebagai wanita yang sholehah, seharusnya kau bisa memahami keadaan suamimu," ujar Yusuf dengan rasa kesal, terdengar bagai letupan emosi dalam suaranya, kepada istri keduanya, Syifa.Syifa merasa tersinggung oleh kata-kata Yusuf yang menuduhnya tidak mengerti atau menghargai keadaannya. "Bukan begitu, Mas. Aku merasa terluka ketika adikmu mengatakan bahwa semua biaya keluargamu ditanggung oleh Audy. Terdengar seolah-olah kau tidak memiliki tanggung jawab terhadap keluarga kita," seru Syifa sambil duduk di samping Yusuf, yang kini memijat pelipisnya mencoba menghilangkan rasa sakit akibat begitu banyak beban yang ia pikirkan. Keduanya merasa tegang dan emosi meluap-luap dalam pergulatan perasaan yang saling bertentangan. "Setelah kau pergi, aku merasa sangat hancur. Audy datang dan memberikan aku harapan baru. Dia begitu baik, bahkan pada keluargaku j
Yusuf tampak enggan menjawab pertanyaan yang diajukan Syifa dan ibunya, bahkan Yusuf tampak merenung memikirkan apakah apa yang adiknya katakan itu benar."Yusuf, kenapa kau hanya diam?! Jangan bilang apa yang mereka katakan itu benar, Yusuf?!" tanya ibunya mendesak."Bisakah kalian diam, tidak! Apakah kalian tidak berpikir, saat ini bukanlah itu yang harus kalian pertanyakan?" ujar Yusuf dengan lantang, membuat Syifa dan yang lainnya terperanjat kaget.Yusuf kemudian mendesis, "Apa kalian tidak memikirkan bagaimana kita bisa menghadapi situasi ini, bukan hanya fokus pada apakah apa yang dikatakan benar atau tidak? Kita perlu mencari solusi, bukan sibuk menyalahkan atau mencari siapa yang benar dan siapa yang salah." Ucapannya tersebut membuat ruangan terdiam, semua orang tampak merenung mencerna apa yang baru saja Yusuf katakan. "Audy saat ini benar-benar marah, dan semuanya tidak akan baik-baik saja," ucap Yusuf dengan berusaha tetap tenang."Yusuf, mungkin Ayah dan Ibu akan menemu
"Yusuf, apakah kamu baik-baik saja, Nak?" tanya ibunya dengan cemas."Mas, mengapa kamu malah pergi dan mengejar dia? Bukankah akan lebih baik jika dia meminta cerai darimu, sehingga kamu bisa menikahi aku secara sah, baik agama maupun negara, Mas," ucap Syifa. Wajah Yusuf terlihat begitu lesu, ia duduk tanpa menjawab pertanyaan mereka semua. Apalagi wajah ibu Syifa yang mulai terlihat tidak nyaman. ***Audy menatap seluruh ruangan yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan Yusuf. Sungguh sangat sakit untuk tetap tinggal di rumah yang penuh dengan kenangan indah, namun nyatanya malah membuat hatinya hancur.Tiba-tiba, dering ponselnya membuat Audy sadar dan segera menghapus air matanya yang tanpa ia sadari sudah mengalir deras.Audy terkejut melihat nama yang tertera di panggilan itu."Kakak..." seru Audy, dengan segera ia langsung mengangkat panggilan itu. "Assalamu'alaikum, kak. " "Waalaikumsalam, Audy. Turunlah! Kakak ada di bawah sekarang, " ucap sosok yang Audy panggil kak
Sementara itu, Yusuf berusaha mengejar Audy untuk mencari tahu alasan di balik surat gugatan cerai tersebut. Dia berharap bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik dan menemukan jalan keluar yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat. "Audy plis... Angkat panggilannya mas sayang, mas mohon sayang. Bukankah kau sudah mengatakan akan menerima pernikahan kedua mas ini? Kenapa sekarang kau memberikan kejutan ini, sayang, " gumam Yusuf seraya terus mengejar mobil Audy dan Pak Paloh. Dalam keadaan yang sulit ini, Yusuf dan Syifa harus menghadapi kenyataan bahwa pilihan mereka telah membawa konsekuensi yang tidak mereka duga. Mereka harus belajar dari kesalahan mereka dan berusaha memperbaiki hubungan mereka, baik dengan Audy maupun dengan para undangan yang hadir di pernikahan mereka.Tanpa Yusuf sadari mereka sudah masuk ke dalam halaman rumah Audy. "Audy, sayang.... Tunggu, mas ingin bicara, " ucap Yusuf yang hendak ingin meraih tangan Audy, namun Pak Paloh segera menepis tangan Yusuf
Tubuh Yusuf lemas rak bertulang. Bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri terasa begitu berat."Audy, menantuku sayang, apa maksudnya ini, Nak?" tanya Ibunya Yusuf seraya mendekati Audy dan hendak menyentuh lengan Audy. Namun Audy melangkah satu langkah membuat ibu Yusuf kecewa dan sedih."Sayang, ada apa sayang? Kau lagi bercanda kan?" Kini, Yusuf yang bertanya."Audy, ayah tahu, kalau anak ayah salah telah melukai perasaanmu, tapi Allah tidak suka dengan perceraian, Nak, " ucap ayahnya Yusuf.Sungguh Audy ingin tertawa mendengar ucapan dari orang tiga yang begitu Audy cintai dan Audy hormati dulu. Namun semua rasa itu seolah mati di telan oleh pengkhianatan mereka.Gunjingan dari para tamu semakin riuh dan Audy menikmati momen itu dengan baik. Ibu Syifa berusa menahan amarahnya, apalagii ketika mendengar apa yang Audy katakan. "Syifa, apa maksud dari ucapan istrinya Yusuf? " tanya Ibunya Syifa dengan mengecilkan suaranya. Syifa yang sudah mengerti dengan apa yang Audy maksud hanya bi
Yusuf tersenyum mendengar apa yang Audy katakan. Benar apa yang Audy katakan, nanti waktu baik akan terlewati jika dirinya menunda keberangkatannya. Di sisi lain, kini Syifa sudah di hias menjadi pengantin yang cantik. Dengan kebaya putih dengan hijab senada, banyak yang merasa kagum akan kecantikan itu. "Kenapa di siri dulu, Bu? Kenapa gak langsung ke KUA saja? " tanya teman arisan ibunya Syifa. "Menantuku ini sangat sibuk, Bu. Maklum dia adalah pembisnis yang namanya kini makin terkenal. Beberapa hari ini ia ada kerja sama dengan perusahaan Jepang. Karena tidak ingin meninggalkan Syifa dia ingin membawa Syifa kesana. Dan, karena itulah mereka harus nikah siri agar tidak berdosa, Bu, " ucap Ibunya Syifa yang semakin membuat semua teman-teman arisannya kagum akan sosok Yusuf. "Ya, emang seharusnya di ikat dulu kalau menantu idaman, Bu. Maklumlah, sekarang banyak pelakor berkeliaran, Hati-hati bu, sampaikan ke Syifa, jaga baik-baik suaminya, " ucap ibu-ibu yang lain, yang membuat w
Terlihat jelas kebahagiaan di wajah Yusuf, ia bahkan tidak memperdulikan bagaimana perasaan Audy saat ini. Audy yang baru saja selesai sholat isyak tanpa berjamaah dengan sang suami hanya bisa meminta untuk kekuatan sementara waktu. "Aku tahu ya Allah... Kau yang telah menyatukan kami, dan Engkau jugalah yang akan memisahkan kami. Aku hanya minta, berikan yang terbaik buatku, jika perpisahan ini adalah jalan yang terbaik, maka lancarkan semua usahaku untuk menyatukan mas Yusuf dengan cinta pertamanya, agar mereka tidak selalu berbuat dosa tapi jika takdirku memang harus berbagi hati, maka berikan aku kekuatan untuk menghadapi kenyataan, " Setelah menuangkan semua keluhannya, Audy pun membuka mukena dan melipatnya. Di sisi lain, Yusuf kini merasakan semua keinginannya berjalan dengan lancar. "Ya Allah, kau memudahkan jalanku untuk bersatu dengan orang yang aku cintai serta yang aku sakiti dulu, aku berjanji akan berlaku adil dengan mereka, " ucap Yusuf, seketika ia mengingat akan
Syifa pulang dengan perasaan marah, kesal, kecewa, sedih, semuanya bercampur menjadi satu, apalagi Yusuf dari tadi tidak bisa di hubungi. ''Mas, kamu sudah pernah kecewain aku, jangan sampai aku kecewa lagi padamu, mas?'' gumam Syifa seraya membawa mobilnya menuju ke kediamannya, Syifa sangat bahagia ketika melihat gambar Yusuf di sosial media, dengan perubahan Yusuf yang sangat drastis, tentu membuat benih-benih cinta yang dulu lenyap kini tumbuh kembali, namun Syifa menelan pil pahit ketika ia mengetahui jika Yusuf sudah menikah dengan wanita lain. ''Syifa, rebut hati Yusuf, siapa tahu dia bisa mengubah kehidupan kita, Nak!'' pinta sang ibu saat itu. ''Tapi mas Yusuf sudah beristri, Ibu. Bagaimana mungkin Syifa hadir lagi dalam kehidupannya?'' tanya Syifa seraya terus menatap gambar Yusuf yang semakin tampan dan gagah. ''Dia milikmu, kamu adalah cinta pertamanya, istrinya yang telah mengambilnya darimu, Syifa ... Nabi saja bisa berisitri 4, lalu apa salahnya jika Yusuf memiliki
Melihat Yusuf pergi, Syifa langsung berlari mengejarnya. ''Mas ... Tunggu! Syifa terus mengejar Yusuf hingga ke dekat mobil. ''Mas, tunggu! kamu gak bisa ninggalin aku seperti ini,'' ucap Syifa seraya mengatur nafasnya ''Syifa, mas mohon ... untuk saat ini kamu jangan egois, sekarang Audy pasti sangat marah, mas harus mengejar dia dan menjelaskan hubungan kita,'' ucap Yusuf masih sempat menenangkan Syifa. ''Aku ikut!'' Permintaan itu tentu membuat Yusuf sangat terkejut, bagaimana jadinya nanti jika Syifa ikut menemui Audy, bukankah Audy akan bertambah marah dengannya, atau bahkan Audy bisa menendangnya keluar dari rumahnya saat ini.''Syifa, plis ... untuk saat ini, jangan bersikap ke kanak-kanakan. kamu mau semuanya hancur?" tanya Yusuf membuat Syifa berfikir ulang. ''Kamu kembalilah sekarang, aku akan pergi,'' ucap Yusuf masih sempatnya mencium kening Syifa dengan wajah yang sudah babak belur, sedangkan Audy sudah sampai di depan rumahnya. Air matanya terus mengalir, ia langsun