Audi tidak menyangka Jika suami yang ia anggap sangatlah sempurna dalam segala hal ternyata lelaki yang tidak tahu diri yang bermain manis ketika ia melakukan sebuah pengkhianatan besar. Setelah Audi memastikan suaminya sudah berangkat ke perusahaan Ia pun langsung menghubungi seseorang yang berada di perusahaannya.
"Apa! semua laporan keuangan dipegang Pak Yusuf? "tanya Audi dengan terkejut" Iya Nyonya. Dan itu sudah berlangsung selama 1 tahun ini, " Ucap orang itu yang ternyata adalah Direktur keuangan." Baiklah, aku hanya minta salinannya kau kirimkan padaku tapi ingat rahasiakan ini dari bapak, "ucap Audi pada direktur itu. Setelah mengatakan itu Audi langsung mematikan ponselnya dan menggenggamnya dengan begitu erat. ia tidak tahu sejauh mana suaminya melangkah dan berapa lama suaminya telah menghianatinya. Audi berharap hanya dirinyalah yang ditipu oleh suaminya tapi Audi berharap bahwa suaminya masih memiliki hati tidak menipu perusahaan. Setelah memastikan hatinya mulai tenang Audi langsung mengambil kontak mobilnya dan langsung keluar dari pekarangan rumahnya ia ingin tahu siapa Syifa dan apakah Syifa tahu bahwa Yusuf sudah berkeluarga atau tidak.Dengan berusaha mengumpulkan keberaniannya, Audi kini sudah sampai di Gang yang mana tadi malam Syifa turun.Di sisi lain Yusuf sudah sampai di perusahaannya, Ia tetap menjadi sorotan bagi karyawan wanita, selain memiliki wajah yang tampan Yusuf juga terkenal dengan sangat ramah. Apalagi beberapa hari ini Yusuf terlihat begitu bahagia dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya." Selamat pagi Tuan Yusuf""Selamat pagi Tuan Yusuf"Sapa beberapa karyawan wanita pada Yusuf, Yusuf hanya membalas sapaan mereka dengan senyuman dan itu sudah cukup membuat mereka meleleh, mereka semua menyangka bahwa rumah tangga Yusuf dan Audi sangatlah bahagia mereka tidak pernah diterpar dengan isu miring, bahkan Yusuf selalu tampak begitu mencintai sang istri. Yusuf tidak pernah terlihat marah, ia selalu ramah pada semua orang dan dia dijuluki dengan sosok laki-laki yang begitu sempurna. Beberapa saat kemudian Yusuf pun sampai di ruangannya yang mana asistennya sudah menunggunya dari tadi."Apa ada masalah? " tanya Yusuf Seraya duduk di kursi kebesarannya."Dalam waktu satu bulan ini anda akan melalui dua agenda besar, dan keduanya sama-sama berisiko bagi anda, "ucap asisten Yusuf yang bernama Amir" Katakan yang jelas, Apa maksud dari ucapanmu, "ucap Yusuf Seraya membuka berkas yang sudah tersedia di depannya."Sebelum acara itu terjadi anda akan terbang ke Jepang untuk melakukan kerjasama dengan tuan J, yang mana Anda harus membawa wanita itu ke sana dan itu sangat beresiko bagi anda baik dalam bisnis ataupun kehidupan anda, karena yang saya tahu Tuan J sama sekali tidak menyukai sebuah penghianatan dan anda membawa wanita itu maka anda akan memperlihatkan bahwa anda sudah mengkhianati Nona Audi, "ucap sang asisten yang mana itu berhasil membuat Yusuf termangu, seketika Yusuf sangat menyadari apa yang ia putuskan sangatlah berisiko namun Yusuf juga tidak berdaya ketika Syifa ingin ikut dengannya ke negara Jepang." Apakah tidak ada jalan lain sekiranya tuan J tidak mengetahui keberadaan Syifa di dekatku? " tanya Yusuf Seraya menatap ke arah Amir" Ada, Tuan. Namun tetap berisiko karena tuan J adalah orang yang tidak mudah dikelabui, sekecil apapun urusan anda beliau pasti akan mengetahui apalagi ketika anda menjadi berbisnis dengannya, namun di sini Saya tidak ingin membuat keputusan pada anda semua ada di tangan anda, Kontrak ini adalah harapan Anda selama 1 tahun ini, jangan sampai Anda kehilangan kontrak besar ini hanya karena keegoisan Nona Syifa." Lalu apa yang harus aku lakukan, Syifa sudah banyak mengalami luka hatinya karena ulahku dan hari ini aku ingin menebus semua kesalahanku itu, "ucap Yusuf Seraya menunjukkan wajahnya" Tapi dengan cara ini anda akan menyakiti Nona Audi, wanita yang telah rela memperjuangkan cintanya demi anda, wanita yang telah rela mengorbankan semuanya demi anda jika saya bisa memberi saran untuk anda, pilih salah satu dari mereka dan lepaskan salah satunya itu akan lebih baik, "ucap Amir" Apakah kau memberi perintah padaku? "tanya Yusuf Seraya menatap sinis pada Amir" Saya tidak berani melakukan itu pada Anda tuan, karena anda adalah atasan saya, tapi saya di sini sebagai asisten anda ingin memberikan yang terbaik untuk anda apalagi selama 2 tahun ini anda telah berjuang besar dalam perusahaan ini jangan sampai semua perjuangan Anda hilang hanya karena kesalahan Anda yang satu ini, mungkin Jika anda jujur pada Nona Audi atau melepaskan Nona Audi, Mungkin Nona Audi akan memberikan gono gini pada anda tapi jika penghianatan ini sampai tercium maka bersiaplah anda akan kehilangan semuanya, karena Nona Audi bukanlah dari keluarga biasa yang bisa anda kibuli selamanya, anda sudah tahu pasti, Bagaimana watak Nona Audi, mungkin saat ini anda berhasil telah membawanya dalam agama anda, dalam bimbingan Anda, tapi percayalah! kecerdasan Nona Audi tidak bisa anda remehkan dan satu lagi feeling seorang istri itu sangatlah kuat, Jangan sampai Nona Audin merasa curiga pada anda, "ucap Amir." Ini adalah undangan dari tuan J, " Ucap Amir seraya menyerahkan sebuah undangan besar yang di khususkan untuk Yusuf.Sejenak Yusuf terdiam dalam undangan sudah tertera nama Audi di dalamnya, namun desakan Syifa untuk membawanya ke negara Jepang membuat pikirannya kacau. seketika Yusuf langsung memiliki rencana yang menurutnya sangatlah bagus, Tuan J tidak pernah melihat wajah Audi, mungkin nanti Yusuf akan membawa Syifa namun dengan nama Audi, dengan cadar yang bisa menutupi wajahnya itu tidak mungkin membuat Tuan Ji akan curiga.Di sisi lain, Audy sudah melangkah memasuki gang itu, ada beberapa rumah berjejer, namun disana terlihat begitu sepi. Rumah besar berlantai satu yang menjadi pusat perhatian Audy saat ini, dan itu adalah posisi di mana Audy melihat Syifa untuk terakhir kalinya semalam."Maaf, Bu. Apakah benar disini rumah mbak Syifa? " Tanya Audy pada seorang ibu yang sedang menyapu."Oh, Nak Syifa. Itu rumahnya yang besar itu, sayangnya Nak Syifa sudah jalan mengajar di kampus Firma, " ucap wanita itu."Ah, begitu ya, Bu. Tidak apa-apa, boleh saya bertanya, Bu? " tanya Audy ragu."Tanya saja, Nak. Ah silahkan duduk, maaf belum selesai nyapu, " Ucap ibu itu."Seharusnya aku yang bilang maaf, Karena sudah mengganggu Ibu, saya ingin tahu tentang Mbak Syifa, Mmm... Saya adiknya mas Yusuf, sa.... ""Owalah adiknya mas Yusuf, Toh. Pantes cantik dan baik sama seperti kakaknya, " ucap Ibu itu dengan bahagia, di sini Audy bisa menyimpulkan bahwa banyak yang sudah mengenali Yusuf."Kakakmu itu sangat baik, semoga kau juga mendapatkan calon suami seperti kakakmu itu, " ucap Ibu."Yusuf sangat setia pada Syifa, bahkan Yusuf masih datang pada Syifa setelah Syifa pergi selama 4tahun, Ibunya Syifa mengira jika Yusuf akan sama seperti dulu, nyatanya ... Sekarang Yusuf telah menjadi laki-laki yang sukses, bahkan kakakmu sudah merenovasi rumah Syifa menjadi besar seperti itu," ucap Ibu itu yang membuat dada Audy sesak."Jadi, Mas Yusuf sudah pacaran selama itu, Ya Bu? Ah mas Yusuf tidak pernah cerita padaku, Bu. Maklum saya baru pulang dari kuliah, "ucap Audy menahan sesak yang mungkin saja bisa meledak nantinya."Mungkin Yusuf mau buat kejutan untukmu, Satu bulan lagi acara pernikahan Kakakmu, tiga hari yang lalu orang tuamu datang kemari untuk meresmikan hubungan Yusuf dan Syifa, " ucap wanita itu."Menikah? Sebulan lagi? orang tuaku kemari? " tanya Audy tidak percaya.'Ya Allah, apa ini... ' bathin Syifa."Ah, iya aku tahu semalam Mama dan Papa udah bicara, hanya saja aku penasaran, jadi aku pulang dari Singapura langsung kemari, ternyata mbak Syifa gak ada, Oh ya Bu, aku harap ibu merahasiakan semua ini, karena aku akan memberikan kejutan untuk mereka di acara pernikahan mereka, Bu. aku harap ibu mau kerja sama denganku, " Ucap Audy."Tentu, Nak Syifa anak yang baik, tentu ibu mau membantumu untuk memberi kejutan padanya," ucap Wanita itu."Baiklah, Bu. Terimakasih ya, Bu. Ini sedikit uang untuk ibu, aku akan ke kampus dan ingin tahu bidadari pilihan Mas Yusuf, " ucap Audy seraya berusaha tersenyum, namun matanya tidak bisa lagi di bohongi, Air mata itu sekarang ingin berlomba keluar dan mengalir. Namun Audy menahan dan segera pergi, Wanita itu berulang kali mengucapkan Terima untuk Audy."Sama-sama anak yang baik, Allah bersama kalian, Kakak dan adik sama-sama dermawan disini, " Ucap ibu itu seraya terus melihat kepergian Audy..Andy langsung masuk kedalam mobilnya, ia menumpahkan air matanya."Ya, Allah. Mengapa sesak begini, Ya Allah. Kenapa mas Yusuf tega melakukan ini padaku, Kenapa kamu tega, Mas.... Kenapa? " ucap Audy dengan isak tangis yang sudah ia tumpahkan."Jika kau punya kekasin kenapa menjalin kasih denganku! Kenapa mas... Kenapa? " Tanya Audy dalam isak tangisnya""Baiklah, Mas. Aku akan ikuti jalan ceritamu, kau akan menikah bukan, baiklah... Aku akan lihat, apakah Syifa tahu jika kau sudah beristri atau tidak, Jika ia tahu maka kalian berdua yang akan mendapatkan balasannya, jika tidak, aku akan memaafkan Syifa, Mas... aku yang akan menikahkan kalian, kita lihat saja siapa yang akan menyesal, " ucap Audy seraya mengusap air matanya.Audy pun menuju ke kampus, tempat Syifa mengajar. Wanita cantik itu terlihat begitu sembab, namun ia tetap harus menyelidiki semua ini.******"Iya, Sayang. Mas akan segera kesana dan kita akan makan bersama, " ucap Yusuf"Kita akan kedatangan tamu juga, Mas. Dia donatur di kampus tempatku mengajar, " ucap Syifa dengan girang."Tapi bagaimana jika ada yang mengenaliku, maksudku.... ""Kamu jangan cemas, mereka semua setia kawan, Mas. Dan beberapa dari temanku juga tidak ada yang kenal dengan istrimu, jadi aman, " Ucap Syifa dari balik teleponnya."Baiklah, kalau begitu nanti aku akan berangkat jam 11 dari kantor, " ucap Yusuf."Baiklah, sayangku. Aku akan menunggumu, " ucap Syifa dengan ceria.Audy awalnya bingung untuk menemui Syifa, ia tidak tahu harus mencari alasan bagaimana. Jika Syifa tahu kalau Yusuf memiliki istri, otomatis Syifa juga tahu akan wajah Audy. ''Aku harus bagaimana?''Tanya Audy seraya melihat kearah gerbang kampus, namun Tuhan memberinya jalan ... Tanpa sengaja Audy melihat sosok yang ia kenal, dia adalah sahabat dari kakaknya. ''Bukankah itu kak Rey?'' gumam Audy, lalu iapun segera keluar dari mobilnya dan tdak lupa ia membawa niqab yang sudah ia siapkan. ''Assalamualikum, kak Rey,'' sapa Audy yang membuat Rey langsung menatap kearah Audy. Sejenak Rey terdiam, ia menatap wanita cantik yang ada di hadapannya saat ini. ''Kamu Audy, kan?'' taya Rey tak percaya ''Ah, waalaikum salam,'' jawab Rey yang memang bukanlah islam, namun ia masih menjawab salam Audy ''Alhamduillah kakak masih ingat denganku, kakak ada acara di kampus ini?'' Tanya Audy dengan gugup ''Ya, kami ada pertemuan nanti, kebetulan kampus ini ada dalam naungan perusahaanku, kau ada ke
Melihat Yusuf pergi, Syifa langsung berlari mengejarnya. ''Mas ... Tunggu! Syifa terus mengejar Yusuf hingga ke dekat mobil. ''Mas, tunggu! kamu gak bisa ninggalin aku seperti ini,'' ucap Syifa seraya mengatur nafasnya ''Syifa, mas mohon ... untuk saat ini kamu jangan egois, sekarang Audy pasti sangat marah, mas harus mengejar dia dan menjelaskan hubungan kita,'' ucap Yusuf masih sempat menenangkan Syifa. ''Aku ikut!'' Permintaan itu tentu membuat Yusuf sangat terkejut, bagaimana jadinya nanti jika Syifa ikut menemui Audy, bukankah Audy akan bertambah marah dengannya, atau bahkan Audy bisa menendangnya keluar dari rumahnya saat ini.''Syifa, plis ... untuk saat ini, jangan bersikap ke kanak-kanakan. kamu mau semuanya hancur?" tanya Yusuf membuat Syifa berfikir ulang. ''Kamu kembalilah sekarang, aku akan pergi,'' ucap Yusuf masih sempatnya mencium kening Syifa dengan wajah yang sudah babak belur, sedangkan Audy sudah sampai di depan rumahnya. Air matanya terus mengalir, ia langsun
Syifa pulang dengan perasaan marah, kesal, kecewa, sedih, semuanya bercampur menjadi satu, apalagi Yusuf dari tadi tidak bisa di hubungi. ''Mas, kamu sudah pernah kecewain aku, jangan sampai aku kecewa lagi padamu, mas?'' gumam Syifa seraya membawa mobilnya menuju ke kediamannya, Syifa sangat bahagia ketika melihat gambar Yusuf di sosial media, dengan perubahan Yusuf yang sangat drastis, tentu membuat benih-benih cinta yang dulu lenyap kini tumbuh kembali, namun Syifa menelan pil pahit ketika ia mengetahui jika Yusuf sudah menikah dengan wanita lain. ''Syifa, rebut hati Yusuf, siapa tahu dia bisa mengubah kehidupan kita, Nak!'' pinta sang ibu saat itu. ''Tapi mas Yusuf sudah beristri, Ibu. Bagaimana mungkin Syifa hadir lagi dalam kehidupannya?'' tanya Syifa seraya terus menatap gambar Yusuf yang semakin tampan dan gagah. ''Dia milikmu, kamu adalah cinta pertamanya, istrinya yang telah mengambilnya darimu, Syifa ... Nabi saja bisa berisitri 4, lalu apa salahnya jika Yusuf memiliki
Terlihat jelas kebahagiaan di wajah Yusuf, ia bahkan tidak memperdulikan bagaimana perasaan Audy saat ini. Audy yang baru saja selesai sholat isyak tanpa berjamaah dengan sang suami hanya bisa meminta untuk kekuatan sementara waktu. "Aku tahu ya Allah... Kau yang telah menyatukan kami, dan Engkau jugalah yang akan memisahkan kami. Aku hanya minta, berikan yang terbaik buatku, jika perpisahan ini adalah jalan yang terbaik, maka lancarkan semua usahaku untuk menyatukan mas Yusuf dengan cinta pertamanya, agar mereka tidak selalu berbuat dosa tapi jika takdirku memang harus berbagi hati, maka berikan aku kekuatan untuk menghadapi kenyataan, " Setelah menuangkan semua keluhannya, Audy pun membuka mukena dan melipatnya. Di sisi lain, Yusuf kini merasakan semua keinginannya berjalan dengan lancar. "Ya Allah, kau memudahkan jalanku untuk bersatu dengan orang yang aku cintai serta yang aku sakiti dulu, aku berjanji akan berlaku adil dengan mereka, " ucap Yusuf, seketika ia mengingat akan
Yusuf tersenyum mendengar apa yang Audy katakan. Benar apa yang Audy katakan, nanti waktu baik akan terlewati jika dirinya menunda keberangkatannya. Di sisi lain, kini Syifa sudah di hias menjadi pengantin yang cantik. Dengan kebaya putih dengan hijab senada, banyak yang merasa kagum akan kecantikan itu. "Kenapa di siri dulu, Bu? Kenapa gak langsung ke KUA saja? " tanya teman arisan ibunya Syifa. "Menantuku ini sangat sibuk, Bu. Maklum dia adalah pembisnis yang namanya kini makin terkenal. Beberapa hari ini ia ada kerja sama dengan perusahaan Jepang. Karena tidak ingin meninggalkan Syifa dia ingin membawa Syifa kesana. Dan, karena itulah mereka harus nikah siri agar tidak berdosa, Bu, " ucap Ibunya Syifa yang semakin membuat semua teman-teman arisannya kagum akan sosok Yusuf. "Ya, emang seharusnya di ikat dulu kalau menantu idaman, Bu. Maklumlah, sekarang banyak pelakor berkeliaran, Hati-hati bu, sampaikan ke Syifa, jaga baik-baik suaminya, " ucap ibu-ibu yang lain, yang membuat w
Tubuh Yusuf lemas rak bertulang. Bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri terasa begitu berat."Audy, menantuku sayang, apa maksudnya ini, Nak?" tanya Ibunya Yusuf seraya mendekati Audy dan hendak menyentuh lengan Audy. Namun Audy melangkah satu langkah membuat ibu Yusuf kecewa dan sedih."Sayang, ada apa sayang? Kau lagi bercanda kan?" Kini, Yusuf yang bertanya."Audy, ayah tahu, kalau anak ayah salah telah melukai perasaanmu, tapi Allah tidak suka dengan perceraian, Nak, " ucap ayahnya Yusuf.Sungguh Audy ingin tertawa mendengar ucapan dari orang tiga yang begitu Audy cintai dan Audy hormati dulu. Namun semua rasa itu seolah mati di telan oleh pengkhianatan mereka.Gunjingan dari para tamu semakin riuh dan Audy menikmati momen itu dengan baik. Ibu Syifa berusa menahan amarahnya, apalagii ketika mendengar apa yang Audy katakan. "Syifa, apa maksud dari ucapan istrinya Yusuf? " tanya Ibunya Syifa dengan mengecilkan suaranya. Syifa yang sudah mengerti dengan apa yang Audy maksud hanya bi
Sementara itu, Yusuf berusaha mengejar Audy untuk mencari tahu alasan di balik surat gugatan cerai tersebut. Dia berharap bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik dan menemukan jalan keluar yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat. "Audy plis... Angkat panggilannya mas sayang, mas mohon sayang. Bukankah kau sudah mengatakan akan menerima pernikahan kedua mas ini? Kenapa sekarang kau memberikan kejutan ini, sayang, " gumam Yusuf seraya terus mengejar mobil Audy dan Pak Paloh. Dalam keadaan yang sulit ini, Yusuf dan Syifa harus menghadapi kenyataan bahwa pilihan mereka telah membawa konsekuensi yang tidak mereka duga. Mereka harus belajar dari kesalahan mereka dan berusaha memperbaiki hubungan mereka, baik dengan Audy maupun dengan para undangan yang hadir di pernikahan mereka.Tanpa Yusuf sadari mereka sudah masuk ke dalam halaman rumah Audy. "Audy, sayang.... Tunggu, mas ingin bicara, " ucap Yusuf yang hendak ingin meraih tangan Audy, namun Pak Paloh segera menepis tangan Yusuf
"Yusuf, apakah kamu baik-baik saja, Nak?" tanya ibunya dengan cemas."Mas, mengapa kamu malah pergi dan mengejar dia? Bukankah akan lebih baik jika dia meminta cerai darimu, sehingga kamu bisa menikahi aku secara sah, baik agama maupun negara, Mas," ucap Syifa. Wajah Yusuf terlihat begitu lesu, ia duduk tanpa menjawab pertanyaan mereka semua. Apalagi wajah ibu Syifa yang mulai terlihat tidak nyaman. ***Audy menatap seluruh ruangan yang penuh dengan kenangan antara dirinya dan Yusuf. Sungguh sangat sakit untuk tetap tinggal di rumah yang penuh dengan kenangan indah, namun nyatanya malah membuat hatinya hancur.Tiba-tiba, dering ponselnya membuat Audy sadar dan segera menghapus air matanya yang tanpa ia sadari sudah mengalir deras.Audy terkejut melihat nama yang tertera di panggilan itu."Kakak..." seru Audy, dengan segera ia langsung mengangkat panggilan itu. "Assalamu'alaikum, kak. " "Waalaikumsalam, Audy. Turunlah! Kakak ada di bawah sekarang, " ucap sosok yang Audy panggil kak
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Setelah perjalanan panjang dan penuh lika-liku, Audy berdiri di balik tirai kamar pengantin, mengenakan gaun putih yang sederhana namun begitu elegan. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar, memantulkan kilau lembut dari gaun yang ia kenakan. Rambutnya yang tertutup hijab dengan sanggul rapi, dengan hiasan bunga melati yang memberikan aroma manis. Ia memandang cermin di depannya, menatap sosoknya yang hari ini akan menjadi seorang istri—istri dari Reyhan, pria yang telah berhasil menyembuhkan hatinya dan memberikan makna baru dalam hidupnya.Di ruangan yang berbeda, Reyhan berdiri tegap mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan sarung sutra. Di sekelilingnya, beberapa kerabat dan teman dekat menemaninya, menunggu momen sakral yang sebentar lagi akan tiba. Wajahnya tampak tenang, namun matanya menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa. Hari ini, ia akan mengucapkan ijab qobul, dan dengan itu, ia akan memulai babak baru bersama wanita yang ia cint
Audy melangkah mundur, menahan keinginannya untuk segera pergi dari ruangan itu. Kata-kata Yusuf membuatnya terhenti."Apakah kau melakukan semua ini untuk menghindariku?" tanya Yusuf, tatapannya penuh tanya dan rasa penasaran yang tampak jelas.Audy menarik napas dalam, berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab. Kata-kata Yusuf membuatnya kembali menengok ke masa lalu yang berusaha ia tinggalkan. Ia mengarahkan pandangannya ke arah Yusuf yang masih terbaring lemah di ranjang."Tidak, Mas," jawab Audy, suaranya terdengar mantap. "Ini sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Kita sudah berakhir hampir setahun yang lalu. Dan selama itu, aku sudah tidak lagi memiliki perasaan apa pun. Aku tidak mengatakan kalau aku sudah sepenuhnya melupakanmu, tapi..." Audy berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Jujur, rasa cinta yang dulu aku miliki telah terkikis oleh pengkhianatanmu."Yusuf tampak menelan ludah, seolah kata-kata Audy barusan menohok hatinya."Jadi, jika kau berpikir
Ibunya Yusuf Mendatangi Rumah Audy"Assalamu'alaikum," terdengar suara lembut namun tegas dari luar pintu. Itu suara ibunya Yusuf, yang datang ke kediaman Audy. Pelayan rumah Audy yang membuka pintu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Wanita yang berdiri di depan pintu adalah mantan ibu mertua majikannya, sosok yang sudah lama tak pernah datang ke rumah ini setelah perceraian Audy dengan Yusuf."Wa'alaikumsalam, Nyonya. Silakan masuk," ujar sang pelayan sambil menunduk hormat dan mempersilakan tamunya masuk ke ruang tamu.Ibunya Yusuf melangkah masuk dengan langkah pelan namun anggun. Duduk di ruang tamu yang dulu sering ia kunjungi saat Audy dan Yusuf masih bersama, wajahnya terlihat sendu, seolah menyimpan beban di hatinya.Pelayan rumah segera pergi memanggil Audy. "Nyonya, ibu dari Tuan Yusuf datang berkunjung," lapornya dengan hati-hati.Audy, yang sedang bersantai di kamar, segera bangkit. Ia meraih hijab instan yang tergantung di sisi ranjangnya, mengenakannya dengan cepat
Belum Audy memberikan jawaban, papanya Audy mendekat "Kau tahu, Dy," suara Papa memecah lamunannya, "Papa dan Mama sudah mengenal Rey cukup lama. Dia bukan hanya sahabat kakakmu, tapi juga bagian dari keluarga kita. Kalau kami boleh jujur, Rey adalah laki-laki yang tepat untukmu."Audy mengalihkan pandangannya, sedikit menunduk dengan arah pembicaraan ini. "Papa, Mama... aku tahu Kak Rey baik. Tapi, ini bukan masalah sederhana. Aku... aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya.""Sayang," Mama Audy menimpali dengan lembut, "kami tidak ingin memaksa. Kami hanya ingin kau tahu, setelah apa yang terjadi dengan Yusuf, kami khawatir kau tidak akan menemukan seseorang yang bisa mencintaimu seperti Rey. Dia sudah membuktikan keseriusannya, dan Mama yakin dia tidak akan mengecewakanmu."Audy terdiam. Perasaan hangat dan aman yang selalu Rey berikan memang tidak bisa disangkal, tapi luka dari pernikahan sebelumnya masih membekas dalam hatinya. Mencintai seseorang bukan hanya soal keseriusan, t
"Kenapa kau merahasiakan ini dariku, Rey?" tanya Andre dengan nada datar. Sorot matanya tajam, menyelidik.Rey terlihat gugup, menarik napas panjang. "Aku... kurang percaya diri, Ndre," jawabnya pelan. "Apalagi dengan perasaan yang kumiliki untuk Audy. Semakin lama kupendam, semakin aku merasa tertekan. Semakin aku ingin gila."Andre terdiam, mendengarkan dengan saksama. Tak pernah terlintas bahwa Rey, sahabatnya sejak mereka kuliah, bisa memiliki perasaan semacam itu pada adiknya, Audy."Aku mencoba menepisnya," lanjut Rey, suaranya bergetar. "Tapi perasaan ini justru semakin kuat. Aku akhirnya berdamai dengan diriku sendiri. Dan, Ndre, aku ingin menghalalkan adikmu. Aku ingin dia menjadi istriku."Andre diam sejenak, mencerna perkataan Rey. Sahabat terbaiknya, orang yang ia percayai selama ini, ingin menikahi Audy. Tapi masih ada sesuatu yang lebih penting untuk ditanyakan."Perasaanmu pada Audy... sebenarnya aku sudah mencurigainya," ucap Andre, memecah keheningan. "Tapi yang jadi
“Apa yang harus aku lakukan, Bu?” keluh Yusuf seraya menundukkan wajahnya di meja makan. Suaranya lirih, namun terbungkus kemarahan yang tak dapat disembunyikan. “Setiap hari hanya pertengkaran yang aku hadapi bersama Syifa. Rasanya kesabaranku sudah di ambang batas.”Ibunya Yusuf memandang Yusuf dengan tatapan iba, sementara Diana, adik perempuannya, yang duduk di ujung meja, malah menyeringai seolah menunggu saat ini tiba.“Kakak sendiri yang memilih dia,” sindir Diana tanpa belas kasihan. “Dan sekarang menyesal? Malah menghina Kak Audi dulu, padahal lihat sekarang, MasyaAllah... makin cantik dan anggun. Selama ini, apa pernah kita dengar Kak Audi marah atau ribut-ribut seperti ini?”Yusuf mendesah, berat, kepalanya terasa makin pusing. Dia tahu ke mana arah pembicaraan ini. Namanya akan selalu dibandingkan dengan Audi—mantan istrinya yang sempurna di mata keluarganya.“Diana, sudah. Jangan memperkeruh keadaan,” tegur sang ibu dengan suara tegas. “Kakakmu lagi pusing menghadapi masa
Melihat Yusuf sudah berlalu dengan langkah cepat, Syifa mengejar Yusuf. "Mas, kita masih harus bicara, Mas. Kau selalu begini jika bicara denganku. Apakah tidak bisa kau bersikap tidak egois? " ucap Syifa membuat langkah Yusuf berhenti. "Kau bilang aku egois? Apakah kau tidak salah? " Tanya Yusuf yang masih berusaha menahan emosinya. "Kau yang egois, Syifa. Kau sangat egois, " Syifa mendengus dengan nada sinis. "Kau yang egois, Mas. Kau nggak pernah benar-benar memikirkan perasaanku. Kau tahu aku terbiasa hidup dengan kemewahan, tapi kau malah menyuruhku untuk berhemat. Seharusnya kau bekerja lebih keras, cari pekerjaan yang lebih baik!"Yusuf menatap Syifa dengan mata penuh kekecewaan. "Aku bekerja setiap hari untukmu, untuk kita. Tapi sepertinya tidak ada yang cukup bagimu. Aku lelah, Syifa. Aku benar-benar lelah."Syifa hanya menatapnya dengan wajah keras. "Kalau begitu, biarkan aku yang urus semuanya. Cari jalan lain kalau kau tak mampu, atau... mungkin memang waktunya kita pik
Pembangunan di sekitar danau kini mulai menunjukkan hasil yang nyata. Area yang sebelumnya terbengkalai perlahan berubah menjadi ruang publik yang ramai dikunjungi warga. Tempat penjual kaki lima yang dulunya berjualan tanpa tempat teduh kini mendapatkan area baru yang dilengkapi atap untuk melindungi mereka dari hujan dan terik matahari. Banyak warga yang bersyukur pembangunan ini kembali dilanjutkan setelah tertunda sekian lama.Namun, yang paling mengejutkan adalah Reyhan, yang kini diam-diam memberikan bantuan untuk anak-anak asuhan Audy. Audy, yang sibuk dengan pekerjaannya, baru mengetahui ini ketika ia berkunjung ke panti asuhan.“Assalamu’alaikum, anak-anak,” sapa Audy ketika ia memasuki panti asuhan yang tampak cerah dan hangat.“Wa’alaikum salam, Kak Audy!” serempak anak-anak menjawab dengan ceria. Salah satu anak kemudian berkata, “Kak Reyhan baru saja pergi, Kak.”Audy tertegun, mendengar nama itu disebut. “Kak Reyhan? Reyhan sering ke sini?” tanyanya heran.“Iya, Kak. Kak
"Assalamu'alaikum, Audy..." ucap seseorang yang baru saja membuka pintu ruangan kerja Audy dengan senyum lebar."Wa'alaikumsalam, Shireen..." jawab Audy, terlihat terkejut dengan kedatangan sahabat lamanya yang sudah sekian lama tak bertemu."Hai, bagaimana kabarmu? Selamat ya atas perceraiannya!" ucap Shireen sambil memeluk erat tubuh Audy."Alhamdulillah, aku sangat sehat. Tapi kau ke mana saja selama ini? Sudah lama sekali tidak bertemu," tanya Audy penasaran sambil melepas pelukan.Shireen tersenyum. "Ah, biasa... Kau tahu sendiri, kan, anak papa dan mama cuma aku satu-satunya. Jadi, mau tak mau, aku harus siap jadi kaki tangan mereka mengurus bisnis keluarga," jawabnya, sedikit berkelakar.Audy mengangguk, memahami betul posisi Shireen yang selalu disibukkan dengan tanggung jawab besar di keluarga. "Aku bisa membayangkan betapa sibuknya. Tapi tetap saja, aku tak menyangka kau bisa langsung datang ke sini tanpa kabar terlebih dahulu," ujar Audy sambil tertawa kecil."Aku memang se