"Sesuai permintaan mu, mulai sekarang Karin akan tinggal di sini, karena ini rumah ku. Kau tak ada hak untuk protes."Aku tersenyum menatap mas Darma dan wanita yang baru saja dia nikahi, karena paksaan ku dan warga setelah dia tertangkap berbuat mesum. Wanita itu tanpa malu memeluk lengan pria yang masih menjadi suamiku."Satu lagi, tolong keluarkan semua barang-barang mu dari kamar utama. Aku dan mas Darma yang pantas menempatinya, sedangkan kau bisa pindah di kamar belakang, tempat pembantu."Aku terkejut mendengar ucapan wanita itu lalu beralih pada mas Darma yang terlihat resah."Jangan begitu Dek, biarkan dia di kamar tamu. Aku tak mau tetangga memandang jelek padamu."Mas Darma menyentuh dagu istri mudanya. Aku hanya tersenyum sinis, dia pikir aku akan cemburu ...tidak akan pernah."Kau memang pria baik Mas. Meski punya istri tak tau diri, tetap saja kau melindunginya."Aku semakin melebarkan senyuman, karena kata-kata manis istri kedua mas Darma. Dia belum tau sifat asli mas D
"Jangan meminta padaku, karena itu tak akan pernah terjadi. Dia istri baru mu jadi dia yang bertugas merawat rumah dan dirimu bukan aku, kecuali dia mau keluar dan meninggalkan rumah ini. Jadi kau bisa cari istri baru yang bisa melayani suaminya."Aku segera bicara panjang, sebelum mas Darma bicara menuruti permintaan istri mudanya. Pria itu hanya terdiam karena aku tak menuruti permintaan pelakor."Kau hanya menumpang di sini, jadi tugasmu untuk membayar tempat tinggal gratis ini. Jangan lupa ini rumah suamiku sedangkan kau hanya mantan istri."Aku geram mendengar wanita ini bicara. Dia sama seperti mas Darma, tak tau malu."Hai, mau kau bawa kemana dia?"Mas Darma berteriak, karena aku menarik tangan istri mudanya menuju keluar. Setelah itu melemparnya hingga tersungkur di tanah."Dengar pelacur, kau hanya istri yang di nikahi siri karena ketangkap berzinah. Jangan mencoba melawan aku yang masih istri sah suamimu, ingat sampai masa Iddah berakhir, saat itulah kau bisa berhak penuh s
Aku mengacungkan gunting yang tadi aku gunakan untuk memotong rambutnya. Dengan takut dia melangkah mengambil sapu."Bagus, itulah gunanya wanita di rumah ini. Jangan kau pikir bisa enak-enakan saja."Aku meninggalkan kedua manusia itu. Aku biarkan mas Darma memeluk istri mudanya, yang kepalanya terlihat berantakan."Sudah jangan menangis lagi nanti kita ke salon. Rambutmu pasti bisa di rapikan."Aku hampir tertawa mendengar janji manis mas Darma. Dia pikir ke salon tak pakai uang, untuk makan saja dia kesulitan, mau mengunakan tabungan rahasianya? Sudah habis hanya tersisa seratus ribu.****"Jadi ini rumah suami barumu? Lumayan besar, bahkan lebih besar dari punya suami lamamu. Kau sudah pastikan rumah ini atas nama Darma kan? Jangan sampai tertipu lagi. Melayani siang dan malam, hasilnya semua harta di rampas istri sahnya.Aku terkejut saat mendengar pembicaraan Karin dengan ibunya. Jadi wanita itu pernah menikah dengan suami orang. Kenapa dia tak jera? Jika sudah pernah di kerjai
Aku menatap ke arah pintu kamar. Entah siapa yang mengetuk dari luar, tak mungkin perempuan itu mana berani dia.Kriet ...Aku membuka pintu dan terkejut melihat ibu mertua, dia berdiri dengan tangan terlipat di dada. Aku terkejut karena tak mengira, akhirnya dia berani datang kemari setelah kejadian pengerebekan itu."Kau memang keterlaluan, bisa-bisanya mendekam dan makan enak di dalam kamar. Apa kau tak tau dia juga istri Darma?"Wanita itu menunjuk ke arah menantu barunya. Membuatku muak, melihat senyum menjijikan istri muda mas Darma."Memangnya ibu berharap aku melakukan apa? Memberinya kebebasan di rumah ini sudah aku lakukan. Soal makanan, untuk apa berbagi dengannya, karena bukan suaminya yang beli. Jadi tolong tidak usah banyak bicara, maaf aku mau makan lagi."Aku menutup pintu dengan sangat keras, tak perduli meski wanita itu berteriak. Dia pikir masih bisa berbuat sesukanya seperti dulu."Dasar kurangajar, baguslah sebentar lagi dia keluar dari rumah ini. Sudah tak cantik
"Oya ...mas tenang saja aku akan pergi setelah waktunya tiba. Sebelum itu terjadi, apa mas sudah siap? Membayar semua hutang keluargamu termasuk uang kuliah Dista. Jika sudah aku akan pergi meski masa Iddah belum selesai."Aku meninggalkan mas Darma yang terlihat pucat-pasi. Sedang ibu dan istri mudanya, terlihat mengomel tanpa suara."Aku mau pergi ke pengadilan agama. Untuk melanjutkan sidang pertama, tapi ingat jika ada yang masuk ke kamarku maka dia akan menyesal."Aku berjalan dengan santai, di luar rumah sudah ada mobil dan sopir bapak menunggu. Hari ini memang sidang pertama, pengacara bapak minta untuk datang. Selanjutnya biar dia yang mengurusnya."Sombong sekali mantan istrimu, baru juga bisa sewa mobil, lagaknya seperti orang kaya."Aku tersenyum mendengar ucapan ibu setelah itu aku menutup pintu dan meminta sopir segera menuju ke pengadilan agama."Kalian boleh bicara sesukanya, tapi nanti setelah tau siapa bapak Semoga kalian tak terkena serangan jantung."Aku berkata dal
Aku menoleh ke arah pintu, karena lonceng kecil menunjukkan kalau ada yang masuk."Selamat siang dan selamat datang, silahkan ...."Aku tak melanjutkan ucapan, karena yang datang mas Darma dan istri barunya, tak ketinggalan ibunya juga ikut."Jadi benar yang kau katakan Dar, dia kerja jadi pegawai toko. Pantas bisa sombong menguggat cerai, kita lihat saja sampai kapan dia betah di sini?"Calon mantan mertua, terlihat menatap baju-baju yang baru aku letakan di gantungan. Terlihat matanya berbinar, namun tak lama redup saat melihat bandrol harga."Kerja di tempat ini berapa sih gajinya? Sampai berani minta cerai segala. Ingat Darma jangan mau, kalau nanti dia minta balikan, lihat saja baju begini harganya sampai tiga ratusan. Percaya deh sebentar lagi pasti bangkrut, apalagi ada si pembawa sial."Mendengar keributan itu Reni hendak menghampiri, tapi aku segera memberi tanda untuk tidak ikut campur."Ibu tidak usah takut, aku juga tak sudi balikan dengannya. Ayo kita pergi belanja di tem
"Akhirnya kau bisa segera keluar dari rumah suamiku. Sebagai janda kau jangan bermimpi untuk kembali pada mas Darma, dia tak akan kembali padamu lagi, jadi jangan mencoba mengodanya."Aku hampir tertawa mendengar ucapan istri muda mas Darma. Dia lupa kalau aku yang mengugat cerai, jadi mana mungkin masih berharap untuk rujuk kembali."Kau tenang saja sayang. Meski dia berlutut sekalipun, aku tak akan sudi kembali padanya. Bagiku dia hanya sampah karena telah menghina suaminya."Mas Darma tersenyum sinis dia begitu bangga dengan menghinaku. Sepertinya dia sudah tak sabar untuk mendapat kejutan dariku."Tenang saja mas hanya menunggu masa iddahku berakhir. Setelah itu aku tunjukan padamu, apa itu sampah yang sesungguhnya. Sebelum itu terjadi, apa kau tak berniat meresmikan pernikahanmu dengan wanita itu? Lihat perutnya semakin buncit. Apa tak takut anak itu tak mendapatkan identitas yang sebenarnya?"Mas Darma dan gundiknya terkejut. Mungkin mereka tak menyangka, aku tau kalau gundik su
"Kau, kalau mengidam minta pada pria itu. Pria yang begitu gigih kau rebut dari ku, kalau berharga tak masalah, ini tak berguna pun kau mau juga."Aku meninggalkan mereka sembari tertawa seperti Mak Lampir. Memang enak melihat mantan istri lebih bahagia setelah berpisah."Dasar mandul tak tau diri. Lihat saja setelah masa iddahnya berakhir, maka penderitaannya akan di mulai."Mas Darma terlihat geram. Dia keluar dari rumah dalam keadaan marah, istrinya masih memeluk lengannya dengan erat."Wanita bodoh memangnya kenyang dengan glendotan begitu."Ucapku pelan, heran saja sebenarnya apa yang dia lihat pada mas Darma. Apa rumah dan mobilnya begitu mengiurkan, sedangkan cicilan masih sangat lama.Atau ada tujuan lain yang belum aku ketahui? Apa perlu aku selidiki juga? Sama seperti kandungan pelakor itu."Malas ah, biar saja mampus sekalian pria bodoh itu."Aku berucap kesal karena pusing memikirkan keanehan wanita kedua mas Darma."Maya!"Aku terkejut mendengar teriakan ibu mantan mertua