SEBELUM BACA KLIK, SUBSCRIBE DAN SUMBANGKAN GEMS YA KAK. TERIMA KASIH Maya membuka mata, dia meringis saat merasakan pusing di kepalanya. Mencoba mengerakan kepala namun matanya menatap tepat wajah suaminya.Sempat terkejut namun dia tak lagi bergerak. Hanya menatap wajah pria yang tengah terlelap memeluk tubuhnya. Tangannya terulur hendak menyentuh wajah Fandy, namun urung saat ingat apa yang telah terjadi selama ini."Apa begitu istimewa dirimu Mas? Hingga membuat banyak wanita yang ingin memilikimu."Maya menatap bibir tipis tapi berisi itu, hidung mancung, bulu mata yang lentik dan kulit putih bersih. Mungkin itu yang menjadi daya tarik suaminya selain harta dan kedudukannya."Huk ...."Maya menutup mulutnya lalu berlari menuju ke kamar mandi. Tiba-tiba perutnya terasa mual, membuatnya ingin muntah.Fandy terbangun dan segera berlari mengejar istrinya ke kamar mandi. Maya segera menepis tangan Fandy yang memijit tengkuknya."Menjauh dariku."Maya mendorong Fandy keluar dari kamar
SEBELUM BACA KLIK, SUBSCRIBE DAN SUMBANGKAN GEMS YA KAK. TERIMA KASIH Dreet ...dreet ...dreet ....Baru selesai bicara, suara panggilan di ponselnya membuat Fandy ragu. Apalagi saat melihat siapa yang menghubunginya. Maya melihat wajah suaminya yang terlihat bingung."Pergilah, aku bisa jaga diri. Anggap aku belajar menghadapi masa depan, agar tak tergantung padamu Mas."Fandy menarik napas lalu bergegas pergi keluar. Maya hanya bisa menatap punggung sang suami yang menghilang di balik pintu kamar. Sakit namun dia mencoba tenang, agar tak membuat perutnya semakin mual.Dia meraih teh yang masih terasa hangat. Mungkin waktu dia terlelap sang ibu menyiapkan di atas meja, setelah itu dia kembali merebahkan dirinya.Tok ...tok ....tok ....Pintu di ketuk dari luar, tak lama Fandy datang membawa semangkuk bubur yang masih mengeluarkan asap."Ibu memasak bubur jadi aku membawanya untukmu. Sebelum minum obat, sebaiknya makan dulu, sini aku suapi buka mulutmu."Maya terlihat bingung karena F
SEBELUM BACA KLIK, SUBSCRIBE DAN SUMBANGKAN GEMS YA KAK. TERIMA KASIH "Sudah-sudah, kalau bisa di bicarakan maka bicarakan. Bapak rasa ini hanya salah paham, jadi tak perlu ada perceraian. Dan kau May, coba bersikap dewasa jangan sedikit-sedikit merajuk lalu minta cerai. Sedangkan kau Fan, coba berpikir sebelum melakukan sesuatu, pada intinya kalian harus berpikir sebelum bertindak."Maya dan Fandy diam tak membalas ucapan bapak Maya, kalau Fandy tersenyum senang, Maya justru terlihat kesal."Mau kemana yang? Aku temani ya?""Mau buang air besar, mau ikut juga?"Maya berucap dengan nada kesal. Sialnya lagi dia semakin di buat kesal, saat mendengar jawaban suaminya "Ayo kalau begitu."Plak ....Maya memukul tangan Fandy yang menarik tangannya menuju ke kamar mandi. Bapak dan ibu Maya hanya mengelengkan kepala, saat melihat anak dan menantu mereka bertingkah seperti anak kecil."Tak tau malu sama sekali, kalian seperti anak kecil tapi lihat Shanum, dia begitu dewasa di tengah konflik
SEBELUM BACA KLIK, SUBSCRIBE DAN SUMBANGKAN GEMS YA KAK. TERIMA KASIH "Ayo turun, kita temui Laila agar kau tak terus cemburu dan curiga terus."Fandy membuka pintu mobil. Dengan malas Maya keluar, lalu mengikuti Fandy yang terus mengengam tangannya."Mas Fandy sudah data...Ng."Sarah terkejut karena melihat Fandy datang bersama istrinya. Wanita itu menatap Maya, namun tak lama matanya kembali fokus menatap Fandy."Mau menjenguk Laila? Dia pasti senang karena sudah lama kau tak menjengguknya.""Memang kapan aku pernah menjengguknya? Aku rasa sejak aku hubungi, kau tau pasti aku tak pernah melihat wanita itu."Fandy menatap Sarah yang terlihat serba salah. Maya tersenyum melihat wajah gugup wanita yang memintanya meninggalkan suaminya."Maksudku, kau kan tak pernah menjengguknya. Jadi sekarang dia pasti senang melihat penolongnya, ayo aku antar ke kamar Laila."Sarah berjalan di sisi Fandy, sedangkan Maya mencoba memisahkan diri. Melihat itu Fandy segera memeluk pinggang istrinya tanp
Bug ...plak ....Maya terkejut saat Darma tiba-tiba datang dan langsung memukul suaminya. Wanita itu terlihat santai saat kedua pria itu saling pukul, hingga akhirnya Darma terbaring di tanah dalam keadaan setengah pingsan.Beberapa tetangga dan pak RT berdatangan. Fandy menyeka darah di wajahnya, pak RT segera membantu Darma bangun."Ada apa ini? Kenapa kalian bertingkah seperti anak kecil. Sudah seperti preman saja kalian berdua, sekarang jelaskan ada masalah apa?"Kedua pria itu belum ada yang menjawab. Hingga tiba-tiba Dewi datang dan langsung menuding Maya sebagai penyebabnya."Hai ...perempuan sundal. Harusnya kau tanya pada pria tak berotak ini, kenapa datang dan langsung memukul mas Fandy. Kalau aku penyebabnya, lalu apa gunanya kau mengangkang di bawahnya? Kalau dia masih menggejarku. Layani dia dengan baik jangan menyibuk mengejar suamiku."Plak ...."Turunkan jarimu atau aku patahkan, sekarang tanya pada pria pemuas nafsumu itu. Mau apa dia datang seperti penjahat."Dewi te
mendengar ucapan Darma. Matanya menatap jijik pada mantan suaminya."Kau punya otak kan Dar? Setidaknya gunakan sedikit saja. Bagaimana bisa kau minta aku kembali padamu. Setelah kau bawa wanita ke rumah kita, menikahinya lalu menceraikan aku, sekarang dengan tanpa malunya kau mengajakku rujuk."Kali ini semua orang menatap pada Darma. Mereka mulai terlihat geram pada pria itu."Aku sudah menyesal May, tolong beri aku kesempatan sekali lagi."Plak ...."Maya!"Fandy berteriak karena Maya menampar wajah Darma lagi. Pria itu tak mau istrinya terkena masalah nantinya."Menyesal kepala otakmu itu. Bagaimana kau menyesal? Kalau semalam saja kau masih mengauli wanita yang bukan istrimu. Bukan begitu Mbak Dewi? Bahkan rintihan menjijikan kalian membuat mual pembantu kalian."Maya menunjukkan rekaman yang dia dapatkan dari pembantu Dewi. Pembantu yang sudah muak dengan tingkah majikannya."Pak RT dan warga terlihat geram, melihat Vidio mesum antara Dewi dan Darma.""Ini tak boleh terjadi pak
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Maya menatap suaminya yang beberapa hari ini terlihat sibuk. Dia sudah memutuskan untuk kembali pulang, untuk menyaksikan hukuman untuk Fandy. Pria itu terus melakukan kesalahan hanya karena kebaikan hatinya.Kebaikan yang tak dia pikirkan masak-masak, sebelum memberikan pada orang lain. Kini kebaikan itu menjadi bumerang baginya dan juga istrinya."Minumlah, agar tubuhmu hangat. Makanan sudah aku siapkan di meja, Mas bisa makan atau mandi dulu. Aku mau tidur duluan, capek."Maya berjalan menuju ke kamar. Membaringkan tubuhnya yang mulai terasa pegal-pegal, Karena masalah yang semakin rumit, Shanum terpaksa di bawa kakek-neneknya. Mereka memberi ruang untuk Fandy dan Maya menghadapi masalah mereka.Kriet ....Maya mendengar suara pintu di buka, tak lama terdengar gemericik air dari kamar mandi, dia tau pasti Fandy sedang mandi. Maya menghela napas saat merasakan pelukan di pinggangnya, lalu Fandy meletakkan kepalanya
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Sebenarnya saya tak punya hubungan apa-apa dengan Laila. Benar saya membawa wanita itu selama dua Minggu, tapi tidak untuk tinggal di kontrakan untuk jadi pasangan kumpul kebo, tapi hanya sekedar membantu wanita itu. Dia depresi dan nyaris bunuh diri kalau tidak segera di tolong. Saya membawanya ke rumah sakit jiwa milik paman saya dan meminta Sarah untuk merawatnya, sayang wanita itu punya niat jahat hingga rela melemparkan fitnah keji.Tapi tak perlu mencemaskan nama baik lingkungan kita. Saya pastikan semua akan baik-baik saja, dua atau tiga hari lagi pihak kepolisian akan mencari mereka, yang terlibat dalam fitnah keji pada saya. Semua bukti dan saksi sudah lengkap. Tinggal menunggu tindakan dari pihak kepolisian, paman saya juga sudah bersiap untuk menghancurkan dokter Sarah, yang berani mencemarkan nama baik saya.""Tolong jangan lakukan ini Mas! Ampuni aku karena ikut memfitnah mu."Semua orang terkejut saa
"Kalian penipu, untuk menguasai harta ibu kalian sengaja bilang bangkrut. Kalian ingin menguasai hak Aina putriku."Siti berteriak, membuat semua orang yang datang ke acara tujuh hari nenek Fandy terkejut. Mereka tak menyangka kalau wanita itu tidak memiliki sopan-santun. Membuat Hardi muak."Cukup! Hak apa yang kau maksudkan, Siti. Aina bahkan bukan darah dagingku, dia anak harammu dengan pria lain. Apa kau mau semua orang tau siapa ayah Aina? Sudah siap di hancurkan istri dan keluarga pria itu?"Siti terkejut dia tak menyangka Hardi akan semarah itu. Selama ini tak ada yang tau soal Aina selain Hardi dan orangtua Fandy, tapi sekarang Hardi siap membuka aibnya."Bagaimana?"Siti gemetar dia hanya bisa menatap Hardi tanpa berani untuk bicara. Dia tak siap berhadapan dengan keluarga kekasihnya, apalagi tanpa perlindungan Hardi."Sebaiknya kau pergi daripada hanya membuat omong kosong. Demi harta kau tak sadar sedang berada di mana, selama ini kau sudah enak hidup dari belaskasihan kami
"Ini gak mungkin, pasti akal-akalan kalian kan. Jangan mentang-mentang ibu tinggal bersama kalian lalu kalian berusaha menguasai hartanya."Sari terlihat marah saat pengacara keluarga datang sesuai permintaan Sari. Malas ribut orangtua Fandy menuruti permintaannya."Awalnya aku tak mau melibatkan kalian. Sayangnya kau terlalu serakah Sari, apa boleh buat segera kosongkan rumah yang kalian tempati, karena itu termasuk harta ibu yang di gadaikan. Bahkan rumah ini sudah bukan milik ibu lagi, hutang dan kesombongan membuat semuanya hilang."Kali ini Maya dan Fandy tak berani bersuara. Mereka lebih memilih untuk mendengarkan para orangtua yang bicara, agar tak terjadi keributan yang lebih panjang."Bagaimana Har? Apa kau siap bicara pada wanita ini? Wanita yang tak sadar siapa dirinya. Hanya mantan tapi masih merasa berkuasa, aku rasa sudah waktunya kau buang dia, daripada menyusahkan mu terus-menerus."Maya dan Fandy terkejut begitu juga dengan Sari. Wanita itu tak menyangka akan mendapat
"Setelah ibu meninggal akhirnya kalian datang juga. Begitu inginnya kalian mendapat warisan ibu."Baru saja masuk ke rumah, belum juga mendudukan bokong ke kursi. Susah terdengar ucapan pedas seorang wanita."Maksud Tante Sari apa ya? Kenapa bicara soal warisan? Saat nenek belum genap tiga hari meninggal."Fandy yang terkejut langsung menatap istri adik papanya. Mereka memang tak dekat, bahkan saat dia dan Maya menikah tak ada keluarga papanya yang datang. Sepertinya dia tau sebabnya."Heran saja, sejak ibu sakit tak ada kalian datang menjenguk tapi begitu dia meninggal cepat sekali datang pasti menginginkan harta warisan kan? Sudahlah aku bisa menebaknya dengan mudah."Fandy terlihat mengepalkan tangan, tentu dia emosi mendengar tuduhan Tantenya. Namun tidak dengan Maya, wanita itu terlihat santai sekali membuat Fandy heran dan juga bingung."Sayangnya Tante salah besar. Kami berdua tak membutuhkan warisan dari siapapun, asal tau aja kami berdua sudah memiliki dua perusahaan besar un
Fandy dan Maya duduk menghadap gundukan tanah merah yang masih basah. Di sana terbaring seorang wanita yang pernah merusak pernikahan mereka, wanita yang hingga akhir hayatnya tak sempat meminta maaf pada Fandy Maya."Sudah siang, kita pulang sekarang. Papa dan mama ingin bicara dengan kita."Fandy menautkan jari tangan pada tangan sang istri. Dia tau Maya masih belum bisa percaya pada kedua orangtuanya, setelah mereka sempat melakukan kesalahan pada wanita itu."Berapa lama kita di sini, Mas? Apa bisa aku pulang duluan? Rasanya tak nyaman berada di sini apalagi ada Hera."Maya terlihat tak nyaman tapi Fandy juga tak mungkin membawa istrinya pulang sekarang. Apa kata orang kalau mereka pulang, mereka saja datang setelah tiga hari kematian sang nenek. Jadi gak pantas kalau langsung pergi."Tenang ada aku bersamamu. Lagipula mama dan papa kan sudah meminta maaf, apa salahnya kita beri mereka kesempàtan, jangan sampai kejadian yang di alami nenek terjadi pada orangtua ku juga.""Apa kau
Kedua pasangan itu berciuman dengan panas. Mereka bahkan lupa berada di mana saat itu, Sandoro benar-benar bahagia, saat gadis yang dia cintai membalas perasaannya. Sandoro menarik tangan gadis yang baru satu jam yang lalu menerima cintanya. Mereka duduk di kursi ruangan Maya, posisi duduk mengangkang kekasihnya, membuat milik lelaki itu semakin tegang. Apalagi wanita itu justru duduk di pangkuannya, jelas membuat miliknya semakin membesar."Ah ....Pak milikmu menusuk milikku."Gadis itu terkejut hingga melepaskan ciuman di bibir kekasih barunya. Pria itu tersenyum dan meremas pantatnya."Mau buka celana dalammu? Agar dia bisa benar-benar masuk dan membuatmu merasakan nikmatnya."Gadis itu mengerjabkan matanya. Seperti berpikir antara takut dan ingin merasakan, benda besar yang menusuk miliknya. Perlahan dia bangun dari pangkuan Sandoro, menatap mata kekasihnya lalu membelai wajah pria yang tengah memejamkan mata itu, dia tau Sandoro tengah berusaha menetralkan panas di tubuhnya."Maa
"Hai ...mau kemana kau?"Sandoro dan bapak Maya terkejut, saat melihat Fandy berdiri menuju pintu kamar yang di tempati istrinya."Aku rela menerima rasa sakit yang di berikan istriku, tapi aku tak bisa tetap diam saat dia merasakan sakit, karena apa yang dia pikirkan apalagi semua itu tidak benar."Fandy membuka pintu dan menemukan sorot mata dingin dan penuh rasa kecewa. Perlahan dia mendekat dan bersiap, seandainya sang istri kembali menyerangnya."Kau bisa memukul atau menamparku jika itu membuatmu lega, Yank. Aku memang bodoh, hingga tanpa sadar terus membuatmu terluka dan kecewa. Hanya saja kau harus tau, aku mencintaimu tak ada wanita lain yang bisa menggantikan cinta itu. Lagipula apa yang kau pikirkan? Hingga jatuh pingsan sebelum Sandoro bicara. Apa mungkin itu bawaan bayi kita, yang sudah berkembang di rahimmu? Mungkin dia juga ikutan marah, karena mamanya berpikir papanya melakukan kesalahan lagi."Maya terlihat bingung dengan apa yang suaminya bilang. Mata wanita itu ber
Maya mengeliat merasakan sakit di kepalanya. Rasa pusing membuatnya tak sadar apa yang sudah terjadi padanya, perlahan dia terdiam saat otaknya mulai menginggat apa yang sudah terjadi."Sayang, syukurlah kau sudah sadar."Plak ...brak ...."Pergi! Aku tak mau melihatmu lagi!"Maya berteriak setelah menampar suaminya. Dia mulai membanting barang-barang yang ada di meja, pikiran dalam kepala membuatnya marah. Raut wajah Sandoro dan tatapan pria itu membuatnya menerka, apa yang sudah di lakukan Fandy."Sialan kau Mas. Percuma aku beri kau kesempatan berulang kali, ternyata kau membuatku seperti perempuan bodoh. Keluar, aku akan menggugat ke pengadilan agama kita bercerai!""Cukup Maya!"Maya tersentak saat mendengar teriakan bapaknya dari depan pintu. Wanita itu menangis histeris, karena mengira semua orang membodohinya termasuk orangtuanya."Bapak tenang dulu, sayang tenang dan dengarkan aku.""Tidak! Semua sudah jelas. Jadi pergi kalian semua, aku tak mau mendengar atau melihat kalian
"Kau yakin wanita itu ada di tempat yang kau katakan? Bersama pak Cakra Kusuma juga."Maya menatap Sandoro, untuk memastikan kalau laporan pria itu tak salah."Yakin, aku sudah memastikannya langsung dengan sekretaris pak Cakra. Wanita itu ingin menawarkan kerjasama dengan pak Cakra."Maya mengelengkan kepala sembari menatap Sandoro. Dia heran, bagaimana pria itu bisa mendapat informasi secepat itu."Rayuan ku tak pernah gagal May. Kau mau membuktikannya?"Plak ....Maya memukul bahu Sandoro. Pria itu memang suruhan Maya tapi dia bukan pegawai Maya, jadi dia masih bisa bicara dengan santai pada wanita itu."Masih ada satu lagi kejutanku untukmu May. Kau pasti suka, tak perlu mengeluarkan tenaga untuk memberi wanita itu pelajaran, cukup dengan Vidio ini."Sandoro mengirim sebuah Vidio ke nomor Maya. Wanita itu membukanya dan terkejut, dengan wajah merah dia menatap Sandoro."Sial kau, kenapa tak mengingatkan aku soal Vidio mesum ini?"Maya mengusap wajahnya dia jadi malu pada Sandoro k
"Seorang janda yang melanjutkan usaha suaminya. Sayang isi otaknya tak terlalu bagus, jadi perusahaan tak berjalan baik justru mendekati bangkrut. Irvan menjanjikan suntikan dana dengan syarat membantu Fira menjebak suamimu."Maya mengepalkan tangan ternyata dugaannya benar. Ada yang aneh dengan wanita yang ingin bekerjasama dengan Fandy."Bagus kalau begitu terus awasi dia. Aku sendiri yang akan memberinya pelajaran, kalau dia tak boleh macam-macam dengan milikku."Sandoro adalah orang yang diminta Maya mengawasi wanita yang memasukkan obat perangsang dalam minuman Fandy. Pria itu begitu cekatan, hingga dalam waktu singkat sudah meletakkan informasi yang dia minta di atas meja kerjanya."Ngomong-ngomong, bagaimana kabar suamimu? Aku dengar dia membenturkan kepala, agar tak menyentuh wanita itu."Maya menarik napas saat mendengar pertanyaan Sandoro. Bicara soal Fandy, Maya belum menemui suaminya lagi sejak semalam. Dia masih kesal dengan kebodohan suaminya."Yah begitulah. Dia masih d