SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Aku tak berhutang apapun Bu, memberimu seorang penerus sudah cukup untuk membayar apa yang aku dapat dari kalian. Aku permisi sudah waktunya aku pergi dari sini."Papa Fandy berusaha mengejar istrinya, tapi ucapan sang ibu membuatnya mengurungkan niat mengejar wanita yang sudah bertahun menemaninya."Kejarlah, maka kau tak akan pernah melihat ibumu lagi, termasuk jasadnya."Pria itu lemas mendengar ucapan ibunya. Dia memalingkan muka agar tak melihat istrinya pergi, sepertinya dia memilih untuk membebaskan sang istri. Agar tak lagi hidup susah, apalagi menghadapi hutang yang menumpuk."Pergilah bersama Fandy. Hidup bahagia bersama anak dan cucu kita, katakan pada Maya, papa minta maaf atas semua yang telah terjadi."Papa Fandy segera memberitanda pada istrinya, untuk pergi menyusul anak lelakinya. Tanpa dia tau bahwa sang istri justru lebih merasa malu pada menantu yang telah dia sakiti, wanita itu memilih menjauh d
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Kau tak pernah ikut rugi Bu Sari. Jadi jangan bersikap kejam pada orang lain, aku akan menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi tadi. Ayo Ma, kita per ...."Belum lagi selesai Maya bicara. Mama Fandy sudah jatuh tak sadarkan diri, dibantu banyak orang Maya membawa wanita itu ke rumah sakit."Tetap di sini, jika terjadi sesuatu padanya. Aku tak akan mengampuni mu."Anwar hanya menunduk setelah mendengar ucapan Maya. Dia hanya bisa melihat wanita itu pergi, membawa pekerja barunya.****"Apa Dok? Dehidrasi dan kelaparan."Maya berkata seolah tak percaya. Mama mertuanya bisa mengalami kelaparan, lalu dimana suami dan anaknya berada saat ini."Baik Dok, tolong rawat mertua saya. Titip beliau sebentar karena saya ada urusan sebentar."Setelah menitipkan mama mertuanya. Maya memacu mobilnya menuju ke kantor Fandy, dia ingin memberi pria itu pelajaran karena mengabaikan mamanya."Selamat siang, bisa beritahu saya dimana Pak
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Kalian berdua keluar dari cafe ini. Aku tak mau memiliki pegawai tak punya hati seperti kalian."Maya bergitu murka setelah melihat rekaman CCTV. Disitu jelas siapa pelaku yang membuat mama Fandy hampir jatuh, hingga membuat piring yang dia bawa pecah semua.Dia juga melihat bagaimana Anwar menampar mertuanya, tanpa memberi kesempatan untuk bicara."Aku tak terima atas perlakuan pegawaimu. Dia harus bertanggungjawab, atas kekerasan pada mamaku."Maya memijit keningnya, saat melihat Fandy datang dengan penuh amarah. Mamanya pasti sudah memberitahu apa yang terjadi tadi."Terserah mu saja Mas. Aku tak akan ikut campur, ini memang kesalahan mereka berdua, silakan kalau mau melaporkan mereka. Asal tau saja aku sudah memecat keduanya, dengan pemecatan itu saja sudah cukup membuat susah, karena mulai bulan depan tak akan ada uang pemasukan untuk menghidupi keluarganya." Fandy menarik na
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Kau pikir bisa seenakmu pergi begitu saja. Setelah anakku jatuh miskin, kau mau menyelamatkan diri sendiri, dasar perempuan tak tau malu. Sekarang serahkan semua yang kau curi dari anakku."Mama Fandy terlihat shock berat, saat ibu mertuanya datang ke kontrakan dan memaki dirinya. Sebagai warga baru, tentu saja para tetangga mulai ikut menghinanya."Dia istri atau simpanan? Bisa-bisanya meninggalkan suami yang jatuh miskin. Wanita seperti ini pasti akan menjadi pelakor, ingin hidup senang meski numpang, kita harus hati-hati menjaga suami kalau begini."Mama Fandy berusaha menutup kupingnya. Dia tak tahan mendengar penghinaan itu, dengan perasaan hancur dia berusaha melarikan diri, dengan cara masuk ke rumah dan menguncinya.Dia tak menyangka ibu mertuanya tega melakukan itu padanya. Mengambil semua pemberian sang suami yang sedikit dia bawa, tapi tak membuat ibu suaminya ikhlas.Berhari-har
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Kau sudah terlambat Fan. Saat kau seharusnya berjuang, kau memilih menghindar, karena itu kami tak bisa memberimu kesempatan lagi kali ini. Biarkan anak ibu bahagia jangan membuatnya bersedih lagi."Maya menarik tangan ibunya, agar tidak berdebat lagi. Dia tak mau membuat mama mertuanya semakin kepikiran masalah anak dan menantunya.*****"Beri aku kesempatan sekali lagi. Kali ini aku tak akan berbuat bodoh lagi."Sejak kejadian di rumah sakit itu. Fandy sudah bertekad, untuk kembali merebut cinta anak dan istrinya. "Sudah tak ada kesempatan lagi Mas. Aku sudah tak kuat, menghadapi masalah kita yang tak pernah selesai. Pergilah, aku harus mengantar anak-anak sekolah, lalu bekerja mengais rejeki. Demi masa depan kedua anakku.""Kalau begitu, mari kembali bersamaku. Hidup sebagai istri ku lagi, biar suamimu ini yang bekerja mencari nafkah."Maya tertawa, hingga tanpa sadar airma
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Bisakah kau berpikir dulu sebelum bertindak? Lihat sekarang aku mencemaskan Shanum. Bagaimana kalau dia pulang naik angkutan umum? Hanya karena tak mau dekat denganmu."Fandy tak menjawab. Pria itu terdiam sembari menelungkupkan kepalanya di setir mobil, dia tak menyangka anaknya akan terluka separah itu."Kau, bisakah kalau bicara di kotrol sedikit. Aku tau kau marah, tapi bisa kan lihat kondisi anak kita, ucapanmu benar-benar melukai Shanum."Brak ....Fandy terkejut saat Maya keluar dari dalam mobil, lalu menutup pintu dengan sangat keras. Tak lama dia membuka pintu di samping Fandy, kemudian menarik pria itu dengan kasar."Keluar!"Setelah mengeluarkan Fandy, lalu Maya masuk dan duduk di balik kemudi. Tanpa banyak bicara dia meninggalkan pria itu di tepi jalan, emosinya naik setelah mendengar ucapan Fandy tadi."Dasar tak berotak. Apa dia pikir aku senang melihat Shanum terluka seperti itu? Bisa-bisanya dia meny
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Wanita ini? Apa yang kau ketahui tentang dia? Tak ada Fir. Kau bahkan menyebut anak kandungku dengan sebutan haram, sedangkan mereka terlahir dalam pernikahan kami yang sah. Kau juga bilang wanita ini jalang karena merebut aku darimu, bagaimana bisa dia merebut darimu? Sedangkan aku masih miliknya dan akan tetap menjadi miliknya."Fandy menunjuk wajah Fira. Tentu saja itu sangat menyakitkan bagi wanita itu, hal yang tak pernah dia pikirkan adalah, Fandy akan membencinya sedemikian rupa."Mohon maaf sebelumnya karena cafe belum buka sepenuhnya. Bisakah kalian bicarakan masalah kalian di tempat lain, soal perbuatan kalian tadi, aku tak akan memperpanjang masalah ini. Tapi jika kalian masih berani berulah,aku tak hanya menghubungi pria ini tapi langsung ke polisi."Maya menunjukkan layar ponselnya yang masih terhubung dengan ponsel Fandy. Fira dan kedua temannya terlihat geram, karena baru sadar
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Semua dalam kendali Fandy, hingga membuat Maya tak berdaya. Namun semua berubah saat pria itu merengangkan kaki istrinya dan bersiap menghujamkan senjatanya.Fandy terpaku saat Maya tertawa sekaligus menangis. Membuat senjatanya tiba-tiba lumpuh begitu saja."Aku bisa menyelamatkan diri. Saat nenek dan Hera menyuruh orang memperkosaku, tapi kali ini lihatlah, kau seperti pria itu saat berusaha menelanjangi aku."Fandy terkejut hingga buru-buru meninggalkan tubuh Maya. Wanita itu meraih pakaiannya dan pergi meninggalkan Fandy, yang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang berantakan.Pria itu menangis, ketika mengetahui satu lagi kejahatan neneknya. Sebagai seorang pria dan seorang suami dia merasa gagal melindungi istrinya, dia mengingat satu lagi ucapan Maya yang dia lupakan. "Mereka berusaha menghabisi Shanum dan Baihaqi" Fandy berlari mengejar Maya tanpa memperbaiki keadaannya, tentu saja hal
"Kalian penipu, untuk menguasai harta ibu kalian sengaja bilang bangkrut. Kalian ingin menguasai hak Aina putriku."Siti berteriak, membuat semua orang yang datang ke acara tujuh hari nenek Fandy terkejut. Mereka tak menyangka kalau wanita itu tidak memiliki sopan-santun. Membuat Hardi muak."Cukup! Hak apa yang kau maksudkan, Siti. Aina bahkan bukan darah dagingku, dia anak harammu dengan pria lain. Apa kau mau semua orang tau siapa ayah Aina? Sudah siap di hancurkan istri dan keluarga pria itu?"Siti terkejut dia tak menyangka Hardi akan semarah itu. Selama ini tak ada yang tau soal Aina selain Hardi dan orangtua Fandy, tapi sekarang Hardi siap membuka aibnya."Bagaimana?"Siti gemetar dia hanya bisa menatap Hardi tanpa berani untuk bicara. Dia tak siap berhadapan dengan keluarga kekasihnya, apalagi tanpa perlindungan Hardi."Sebaiknya kau pergi daripada hanya membuat omong kosong. Demi harta kau tak sadar sedang berada di mana, selama ini kau sudah enak hidup dari belaskasihan kami
"Ini gak mungkin, pasti akal-akalan kalian kan. Jangan mentang-mentang ibu tinggal bersama kalian lalu kalian berusaha menguasai hartanya."Sari terlihat marah saat pengacara keluarga datang sesuai permintaan Sari. Malas ribut orangtua Fandy menuruti permintaannya."Awalnya aku tak mau melibatkan kalian. Sayangnya kau terlalu serakah Sari, apa boleh buat segera kosongkan rumah yang kalian tempati, karena itu termasuk harta ibu yang di gadaikan. Bahkan rumah ini sudah bukan milik ibu lagi, hutang dan kesombongan membuat semuanya hilang."Kali ini Maya dan Fandy tak berani bersuara. Mereka lebih memilih untuk mendengarkan para orangtua yang bicara, agar tak terjadi keributan yang lebih panjang."Bagaimana Har? Apa kau siap bicara pada wanita ini? Wanita yang tak sadar siapa dirinya. Hanya mantan tapi masih merasa berkuasa, aku rasa sudah waktunya kau buang dia, daripada menyusahkan mu terus-menerus."Maya dan Fandy terkejut begitu juga dengan Sari. Wanita itu tak menyangka akan mendapat
"Setelah ibu meninggal akhirnya kalian datang juga. Begitu inginnya kalian mendapat warisan ibu."Baru saja masuk ke rumah, belum juga mendudukan bokong ke kursi. Susah terdengar ucapan pedas seorang wanita."Maksud Tante Sari apa ya? Kenapa bicara soal warisan? Saat nenek belum genap tiga hari meninggal."Fandy yang terkejut langsung menatap istri adik papanya. Mereka memang tak dekat, bahkan saat dia dan Maya menikah tak ada keluarga papanya yang datang. Sepertinya dia tau sebabnya."Heran saja, sejak ibu sakit tak ada kalian datang menjenguk tapi begitu dia meninggal cepat sekali datang pasti menginginkan harta warisan kan? Sudahlah aku bisa menebaknya dengan mudah."Fandy terlihat mengepalkan tangan, tentu dia emosi mendengar tuduhan Tantenya. Namun tidak dengan Maya, wanita itu terlihat santai sekali membuat Fandy heran dan juga bingung."Sayangnya Tante salah besar. Kami berdua tak membutuhkan warisan dari siapapun, asal tau aja kami berdua sudah memiliki dua perusahaan besar un
Fandy dan Maya duduk menghadap gundukan tanah merah yang masih basah. Di sana terbaring seorang wanita yang pernah merusak pernikahan mereka, wanita yang hingga akhir hayatnya tak sempat meminta maaf pada Fandy Maya."Sudah siang, kita pulang sekarang. Papa dan mama ingin bicara dengan kita."Fandy menautkan jari tangan pada tangan sang istri. Dia tau Maya masih belum bisa percaya pada kedua orangtuanya, setelah mereka sempat melakukan kesalahan pada wanita itu."Berapa lama kita di sini, Mas? Apa bisa aku pulang duluan? Rasanya tak nyaman berada di sini apalagi ada Hera."Maya terlihat tak nyaman tapi Fandy juga tak mungkin membawa istrinya pulang sekarang. Apa kata orang kalau mereka pulang, mereka saja datang setelah tiga hari kematian sang nenek. Jadi gak pantas kalau langsung pergi."Tenang ada aku bersamamu. Lagipula mama dan papa kan sudah meminta maaf, apa salahnya kita beri mereka kesempàtan, jangan sampai kejadian yang di alami nenek terjadi pada orangtua ku juga.""Apa kau
Kedua pasangan itu berciuman dengan panas. Mereka bahkan lupa berada di mana saat itu, Sandoro benar-benar bahagia, saat gadis yang dia cintai membalas perasaannya. Sandoro menarik tangan gadis yang baru satu jam yang lalu menerima cintanya. Mereka duduk di kursi ruangan Maya, posisi duduk mengangkang kekasihnya, membuat milik lelaki itu semakin tegang. Apalagi wanita itu justru duduk di pangkuannya, jelas membuat miliknya semakin membesar."Ah ....Pak milikmu menusuk milikku."Gadis itu terkejut hingga melepaskan ciuman di bibir kekasih barunya. Pria itu tersenyum dan meremas pantatnya."Mau buka celana dalammu? Agar dia bisa benar-benar masuk dan membuatmu merasakan nikmatnya."Gadis itu mengerjabkan matanya. Seperti berpikir antara takut dan ingin merasakan, benda besar yang menusuk miliknya. Perlahan dia bangun dari pangkuan Sandoro, menatap mata kekasihnya lalu membelai wajah pria yang tengah memejamkan mata itu, dia tau Sandoro tengah berusaha menetralkan panas di tubuhnya."Maa
"Hai ...mau kemana kau?"Sandoro dan bapak Maya terkejut, saat melihat Fandy berdiri menuju pintu kamar yang di tempati istrinya."Aku rela menerima rasa sakit yang di berikan istriku, tapi aku tak bisa tetap diam saat dia merasakan sakit, karena apa yang dia pikirkan apalagi semua itu tidak benar."Fandy membuka pintu dan menemukan sorot mata dingin dan penuh rasa kecewa. Perlahan dia mendekat dan bersiap, seandainya sang istri kembali menyerangnya."Kau bisa memukul atau menamparku jika itu membuatmu lega, Yank. Aku memang bodoh, hingga tanpa sadar terus membuatmu terluka dan kecewa. Hanya saja kau harus tau, aku mencintaimu tak ada wanita lain yang bisa menggantikan cinta itu. Lagipula apa yang kau pikirkan? Hingga jatuh pingsan sebelum Sandoro bicara. Apa mungkin itu bawaan bayi kita, yang sudah berkembang di rahimmu? Mungkin dia juga ikutan marah, karena mamanya berpikir papanya melakukan kesalahan lagi."Maya terlihat bingung dengan apa yang suaminya bilang. Mata wanita itu ber
Maya mengeliat merasakan sakit di kepalanya. Rasa pusing membuatnya tak sadar apa yang sudah terjadi padanya, perlahan dia terdiam saat otaknya mulai menginggat apa yang sudah terjadi."Sayang, syukurlah kau sudah sadar."Plak ...brak ...."Pergi! Aku tak mau melihatmu lagi!"Maya berteriak setelah menampar suaminya. Dia mulai membanting barang-barang yang ada di meja, pikiran dalam kepala membuatnya marah. Raut wajah Sandoro dan tatapan pria itu membuatnya menerka, apa yang sudah di lakukan Fandy."Sialan kau Mas. Percuma aku beri kau kesempatan berulang kali, ternyata kau membuatku seperti perempuan bodoh. Keluar, aku akan menggugat ke pengadilan agama kita bercerai!""Cukup Maya!"Maya tersentak saat mendengar teriakan bapaknya dari depan pintu. Wanita itu menangis histeris, karena mengira semua orang membodohinya termasuk orangtuanya."Bapak tenang dulu, sayang tenang dan dengarkan aku.""Tidak! Semua sudah jelas. Jadi pergi kalian semua, aku tak mau mendengar atau melihat kalian
"Kau yakin wanita itu ada di tempat yang kau katakan? Bersama pak Cakra Kusuma juga."Maya menatap Sandoro, untuk memastikan kalau laporan pria itu tak salah."Yakin, aku sudah memastikannya langsung dengan sekretaris pak Cakra. Wanita itu ingin menawarkan kerjasama dengan pak Cakra."Maya mengelengkan kepala sembari menatap Sandoro. Dia heran, bagaimana pria itu bisa mendapat informasi secepat itu."Rayuan ku tak pernah gagal May. Kau mau membuktikannya?"Plak ....Maya memukul bahu Sandoro. Pria itu memang suruhan Maya tapi dia bukan pegawai Maya, jadi dia masih bisa bicara dengan santai pada wanita itu."Masih ada satu lagi kejutanku untukmu May. Kau pasti suka, tak perlu mengeluarkan tenaga untuk memberi wanita itu pelajaran, cukup dengan Vidio ini."Sandoro mengirim sebuah Vidio ke nomor Maya. Wanita itu membukanya dan terkejut, dengan wajah merah dia menatap Sandoro."Sial kau, kenapa tak mengingatkan aku soal Vidio mesum ini?"Maya mengusap wajahnya dia jadi malu pada Sandoro k
"Seorang janda yang melanjutkan usaha suaminya. Sayang isi otaknya tak terlalu bagus, jadi perusahaan tak berjalan baik justru mendekati bangkrut. Irvan menjanjikan suntikan dana dengan syarat membantu Fira menjebak suamimu."Maya mengepalkan tangan ternyata dugaannya benar. Ada yang aneh dengan wanita yang ingin bekerjasama dengan Fandy."Bagus kalau begitu terus awasi dia. Aku sendiri yang akan memberinya pelajaran, kalau dia tak boleh macam-macam dengan milikku."Sandoro adalah orang yang diminta Maya mengawasi wanita yang memasukkan obat perangsang dalam minuman Fandy. Pria itu begitu cekatan, hingga dalam waktu singkat sudah meletakkan informasi yang dia minta di atas meja kerjanya."Ngomong-ngomong, bagaimana kabar suamimu? Aku dengar dia membenturkan kepala, agar tak menyentuh wanita itu."Maya menarik napas saat mendengar pertanyaan Sandoro. Bicara soal Fandy, Maya belum menemui suaminya lagi sejak semalam. Dia masih kesal dengan kebodohan suaminya."Yah begitulah. Dia masih d