SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.
Semua dalam kendali Fandy, hingga membuat Maya tak berdaya. Namun semua berubah saat pria itu merengangkan kaki istrinya dan bersiap menghujamkan senjatanya.Fandy terpaku saat Maya tertawa sekaligus menangis. Membuat senjatanya tiba-tiba lumpuh begitu saja."Aku bisa menyelamatkan diri. Saat nenek dan Hera menyuruh orang memperkosaku, tapi kali ini lihatlah, kau seperti pria itu saat berusaha menelanjangi aku."Fandy terkejut hingga buru-buru meninggalkan tubuh Maya. Wanita itu meraih pakaiannya dan pergi meninggalkan Fandy, yang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang berantakan.Pria itu menangis, ketika mengetahui satu lagi kejahatan neneknya. Sebagai seorang pria dan seorang suami dia merasa gagal melindungi istrinya, dia mengingat satu lagi ucapan Maya yang dia lupakan. "Mereka berusaha menghabisi Shanum dan Baihaqi" Fandy berlari mengejar Maya tanpa memperbaiki keadaannya, tentu saja halSUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.."Memangnya kenapa Nek? Sudah cukup aku bersabar selama ini. Kau menyalahkan orang lain atas semua yang terjadi, sedangkan penyebab semua itu terjadi adalah karena dirimu sendiri. Mulai sekarang hidup atau matimu aku tak akan perduli lagi.""Kau."Bruk ....Sekali lagi ketiga orang itu terkejut, saat tiba-tiba nenek Fandy jatuh tak sadarkan diri. Fandy yang belum jauh melangkah segera memanggil perawat, setelah itu dia meninggalkan rumah sakit. Tanpa dia ketahui sang nenek masih bisa melihatnya, sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya.****"Papa akan membawa nenek ke kampung. Disini sudah tak ada yang bisa di harapkan, perusahaan sudah hancur dan nyaris bangkrut. Papa serahkan perusahaan itu pada mertuamu, berikan serah-terima perusahaan ini padanya."Aku menolaknya Gun. Enak sekali kau menyerahkan beban itu padaku. 45% saham perusahaan memang milikku tapi kau tak amanah, hingg
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Fandy tak percaya, kalau neneknya bisa berbuat seperti itu pada seorang gadis. Gadis yang akhirnya menjadi orang sejahat Hera."Awalnya dia tak sejahat itu, tapi bujukan dan rayuan membuat angannya terlalu tinggi. Kau pikir darimana kami yang miskin dan yatim-piatu ini, mengetahui kehidupanmu dan Maya di kota besar ini, kalau tidak dari orang yang dekat denganmu."Fandy jadi teringat pada Maya. Dulu istrinya itu pernah bertanya, darimana Hera mengetahui begitu detail tentang mereka. Kini Fandy paham semua itu dari neneknya."Maafkan ibu Om, Seno. Lihatlah tak hanya Hera, dia juga sudah mendapat hukumannya. Kejahatannya tak hanya pada adikmu, tapi juga pada istri dan menantu Om sendiri.""Maya, apa yang terjadi padanya? Dimana dia Sekarang?"Semua orang kini menatap kearah Seno. Fandy bahkan mengerutkan keningnya, saat melihat reaksi Seno yang terlihat sangat berlebihan."Maya baik-b
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Posisimu sekarang tak lebih seperti Irvan Mas. Jika kedua anakku nyaman pada salah satu diantara kalian, aku akan menerima jika di minta untuk menjadi seorang istri, Irvan sudah bersedia menunggu sampai aku menerima lamarannya."Fandy melotot saat maya mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah. Saat di buka terlihat sebuah cincin berlian yang sangat indah, kini Fandy tau apa benda yang setiap hari di pandangi istrinya."Simpan itu dan kau lihat saja ini. Aku akan buktikan kalau bisa mengambil lagi cinta dan kasih sayang anak-anak kita," ucap Fandy."Silakan lakukan apa saja Mas, tapi sebelum itu bisa jauhkan wajahmu dari hadapanku. Urus juga perusahaan mu jangan sampai hancur juga, seperti perusahaan ini sebelumnya."Maya mendorong wajah Fandy agar menjauh, tapi pria itu terlihat keras kepala. Hingga akhirnya dengan pasrah Maya menerima lumatan di bibirnya, Fandy semakin menundukkan kepala,
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Flashback on :"Mama, bisa menerima om Ivan. Dia baik dan menyayangi kami berdua, mama juga bisa menjadi mama Lili karena dia ingin menjadi keluarga kita."Maya menatap tak percaya, kalau kedua anaknya telah memilih Ivan untuk menjadi ayah mereka. Sedangkan hatinya tak bisa berpaling dari Fandy, yang masih sah sebagai suaminya."Sayang kemarilah, duduk di dekat mama. Ada yang harus kalian dengar dan pikirkan, Papa sebenarnya sangat menyayangi kalian berdua, saat papa pergi waktu itu karena ada hal yang hanya orang dewasa yang tau. Papa juga sedih berpisah dengan kita, jadi jangan menghukum papa lagi, bagaimana kalau kalian beri papa kesempatan. Habiskan waktu bersama papa dan lihat apa dia sebaik om Ivan atau lebih baik lagi.""Tidak mau, Shanum mau om Ivan saja. Shanum bukan anak papa Fandy jadi Shanum tak mau bersamanya, seperti kata nenek buyut pada mama waktu itu, jadi Shanum tak m
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Tunggu dulu, lalu adegan panas tadi bagaimana? Apa tak bisa di kira sebagai satu poin tambahan untuk kau pilih aku Yank?"Fandy membujuk istrinya, namun Maya justru meninggalkan dirinya di tengah lapangan bola."Anggap itu kesalahan seperti katamu tadi "KHILAF" khilaf kok sampai dua kali keluar," ucap Maya lagi."Eh."Fandy mengejar istrinya, setelah mendengar kata-kata wanita itu. Fandy tertawa karena Maya sadar kalau Fandy dua kali melepaskan gairahnya di rahim istrinya."Karena itu bukan khilaf, tapi aku memang mengiginkan mu Yank. Merindukan mu seperti orang gila, begitu kau datang menghampiri, ya aku tak sia-sia kan kesempatan yang datang."Maya mendesah kesal mendengar ucapan Fandy. Dia melangkah menuju mobil Fandy, tapi pria itu justru menuju ke mobilnya.Dia semakin heran saat mobil Fandy justru pergi meninggalkan pemiliknya, yang kini duduk manis di balik kemudi mobiln
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Maya yang ingin berlari ke kamar mandi terjatuh, karena kakinya masih gemetar setelah merasakan kenikmatan luar biasa tadi. Fandy mengejar dan memeriksa kaki istrinya, dia tak ingin wanita itu terluka."Kenapa bisa jatuh Yank?""Ka ...kakiku masih gemetar," ujarnya pelan."Gemetar?"Fandy bertanya dengan bingung, membuat Maya semakin tersipu malu. Fandy tertawa lalu mengangkat tubuh istrinya, sebelum melangkah dia bertanya, mau ke kamar mandi atau kembali ke ranjang."Kamar mandi."Maya berkata dengan cepat. Dia hanya ingin membersihkan tubuhnya yang lengket, karena cairan keringat bercampur dengan cairan kenikmatan mereka berdua. "Turunkan aku di sini."Fandy mengelengkan kepala membuat Maya menarik rambut suaminya. Kemudian berkata dengan nada keras."Turunkan."Maya menegaskan ucapannya. Membuat Fandy mau tak mau menuruti permintaan istrinya.Brak ....Ma
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Kau sangat mengairahkan Yank, aku tak bisa berhenti menikmatinya. Sungguh aku sangat mengiginkan dirimu.""Ah."Maya mengigit bibir bawahnya, membuat Fandy semakin bergairah. Pinggul pria itu terus bergerak maju-mundur, membuat Maya meremas lengan suaminya."Yah begitu aku menyukainya, lebih keras lagi Yank. Ah ...nikmat sekali milikmu menembus rahimku."Maya terdengar berisik namun Fandy menyukainya. Perasaan dulu tak berisik seperti ini, mungkin karena lama tak tersentuh membuat Maya berekspresi berlebihan. Namun Fandy sangat menyukainya, tanpa Maya sadari suara beirsiknya justru membuat gairah Fandy semakin berkobar."Nunging Yank, aku akan menugangimu dari belakang."Tanpa membantah Maya mengikuti permintaan Fandy. Kini Maya menikmati permainan suaminya yang semakin liar, meremas dadanya sembari terus menghujam ke dalam liang yang semakin basah dan berkedut geli."Hampir sa
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Yank, mau tidur atau mandi?"Maya sampai tertidur bersandar di dada Fandy. Tentu setelah memuaskan pria itu lagi, karena tak ada suara Fandy membasuh dan menyabuni tubuh istrinya. Bukannya bangun Maya justru semakin pulas, setelah bersih Fandy kembali mengendong wanita itu kembali ke tempat tidur."Yank, bangun yuk. Aku sudah membuatkan makanan untukmu."Maya mengucek matanya, dia mulai sadar dan kebingungan karena sudah berada di tempat tidur lagi. Fandy duduk di sampingnya, dengan nampan berisi nasi goreng dan telur dadar, tak lupa lemon tea hangatnya."Cuma satu? Kamu tak makan?""Bagi dua, kalau kurang masih ada di dapur. Buka mulutmu biar aku suapi."Tanpa membantah Maya membuka mulutnya. Saat sedang mengunyah Fandy terus menatapnya dengan penuh cinta, tentu saja membuat Maya semakin risih."Jangan terus memandang seperti itu. Aku sungguh lapar dan lelah kau pasti akan mem
"Kalian penipu, untuk menguasai harta ibu kalian sengaja bilang bangkrut. Kalian ingin menguasai hak Aina putriku."Siti berteriak, membuat semua orang yang datang ke acara tujuh hari nenek Fandy terkejut. Mereka tak menyangka kalau wanita itu tidak memiliki sopan-santun. Membuat Hardi muak."Cukup! Hak apa yang kau maksudkan, Siti. Aina bahkan bukan darah dagingku, dia anak harammu dengan pria lain. Apa kau mau semua orang tau siapa ayah Aina? Sudah siap di hancurkan istri dan keluarga pria itu?"Siti terkejut dia tak menyangka Hardi akan semarah itu. Selama ini tak ada yang tau soal Aina selain Hardi dan orangtua Fandy, tapi sekarang Hardi siap membuka aibnya."Bagaimana?"Siti gemetar dia hanya bisa menatap Hardi tanpa berani untuk bicara. Dia tak siap berhadapan dengan keluarga kekasihnya, apalagi tanpa perlindungan Hardi."Sebaiknya kau pergi daripada hanya membuat omong kosong. Demi harta kau tak sadar sedang berada di mana, selama ini kau sudah enak hidup dari belaskasihan kami
"Ini gak mungkin, pasti akal-akalan kalian kan. Jangan mentang-mentang ibu tinggal bersama kalian lalu kalian berusaha menguasai hartanya."Sari terlihat marah saat pengacara keluarga datang sesuai permintaan Sari. Malas ribut orangtua Fandy menuruti permintaannya."Awalnya aku tak mau melibatkan kalian. Sayangnya kau terlalu serakah Sari, apa boleh buat segera kosongkan rumah yang kalian tempati, karena itu termasuk harta ibu yang di gadaikan. Bahkan rumah ini sudah bukan milik ibu lagi, hutang dan kesombongan membuat semuanya hilang."Kali ini Maya dan Fandy tak berani bersuara. Mereka lebih memilih untuk mendengarkan para orangtua yang bicara, agar tak terjadi keributan yang lebih panjang."Bagaimana Har? Apa kau siap bicara pada wanita ini? Wanita yang tak sadar siapa dirinya. Hanya mantan tapi masih merasa berkuasa, aku rasa sudah waktunya kau buang dia, daripada menyusahkan mu terus-menerus."Maya dan Fandy terkejut begitu juga dengan Sari. Wanita itu tak menyangka akan mendapat
"Setelah ibu meninggal akhirnya kalian datang juga. Begitu inginnya kalian mendapat warisan ibu."Baru saja masuk ke rumah, belum juga mendudukan bokong ke kursi. Susah terdengar ucapan pedas seorang wanita."Maksud Tante Sari apa ya? Kenapa bicara soal warisan? Saat nenek belum genap tiga hari meninggal."Fandy yang terkejut langsung menatap istri adik papanya. Mereka memang tak dekat, bahkan saat dia dan Maya menikah tak ada keluarga papanya yang datang. Sepertinya dia tau sebabnya."Heran saja, sejak ibu sakit tak ada kalian datang menjenguk tapi begitu dia meninggal cepat sekali datang pasti menginginkan harta warisan kan? Sudahlah aku bisa menebaknya dengan mudah."Fandy terlihat mengepalkan tangan, tentu dia emosi mendengar tuduhan Tantenya. Namun tidak dengan Maya, wanita itu terlihat santai sekali membuat Fandy heran dan juga bingung."Sayangnya Tante salah besar. Kami berdua tak membutuhkan warisan dari siapapun, asal tau aja kami berdua sudah memiliki dua perusahaan besar un
Fandy dan Maya duduk menghadap gundukan tanah merah yang masih basah. Di sana terbaring seorang wanita yang pernah merusak pernikahan mereka, wanita yang hingga akhir hayatnya tak sempat meminta maaf pada Fandy Maya."Sudah siang, kita pulang sekarang. Papa dan mama ingin bicara dengan kita."Fandy menautkan jari tangan pada tangan sang istri. Dia tau Maya masih belum bisa percaya pada kedua orangtuanya, setelah mereka sempat melakukan kesalahan pada wanita itu."Berapa lama kita di sini, Mas? Apa bisa aku pulang duluan? Rasanya tak nyaman berada di sini apalagi ada Hera."Maya terlihat tak nyaman tapi Fandy juga tak mungkin membawa istrinya pulang sekarang. Apa kata orang kalau mereka pulang, mereka saja datang setelah tiga hari kematian sang nenek. Jadi gak pantas kalau langsung pergi."Tenang ada aku bersamamu. Lagipula mama dan papa kan sudah meminta maaf, apa salahnya kita beri mereka kesempàtan, jangan sampai kejadian yang di alami nenek terjadi pada orangtua ku juga.""Apa kau
Kedua pasangan itu berciuman dengan panas. Mereka bahkan lupa berada di mana saat itu, Sandoro benar-benar bahagia, saat gadis yang dia cintai membalas perasaannya. Sandoro menarik tangan gadis yang baru satu jam yang lalu menerima cintanya. Mereka duduk di kursi ruangan Maya, posisi duduk mengangkang kekasihnya, membuat milik lelaki itu semakin tegang. Apalagi wanita itu justru duduk di pangkuannya, jelas membuat miliknya semakin membesar."Ah ....Pak milikmu menusuk milikku."Gadis itu terkejut hingga melepaskan ciuman di bibir kekasih barunya. Pria itu tersenyum dan meremas pantatnya."Mau buka celana dalammu? Agar dia bisa benar-benar masuk dan membuatmu merasakan nikmatnya."Gadis itu mengerjabkan matanya. Seperti berpikir antara takut dan ingin merasakan, benda besar yang menusuk miliknya. Perlahan dia bangun dari pangkuan Sandoro, menatap mata kekasihnya lalu membelai wajah pria yang tengah memejamkan mata itu, dia tau Sandoro tengah berusaha menetralkan panas di tubuhnya."Maa
"Hai ...mau kemana kau?"Sandoro dan bapak Maya terkejut, saat melihat Fandy berdiri menuju pintu kamar yang di tempati istrinya."Aku rela menerima rasa sakit yang di berikan istriku, tapi aku tak bisa tetap diam saat dia merasakan sakit, karena apa yang dia pikirkan apalagi semua itu tidak benar."Fandy membuka pintu dan menemukan sorot mata dingin dan penuh rasa kecewa. Perlahan dia mendekat dan bersiap, seandainya sang istri kembali menyerangnya."Kau bisa memukul atau menamparku jika itu membuatmu lega, Yank. Aku memang bodoh, hingga tanpa sadar terus membuatmu terluka dan kecewa. Hanya saja kau harus tau, aku mencintaimu tak ada wanita lain yang bisa menggantikan cinta itu. Lagipula apa yang kau pikirkan? Hingga jatuh pingsan sebelum Sandoro bicara. Apa mungkin itu bawaan bayi kita, yang sudah berkembang di rahimmu? Mungkin dia juga ikutan marah, karena mamanya berpikir papanya melakukan kesalahan lagi."Maya terlihat bingung dengan apa yang suaminya bilang. Mata wanita itu ber
Maya mengeliat merasakan sakit di kepalanya. Rasa pusing membuatnya tak sadar apa yang sudah terjadi padanya, perlahan dia terdiam saat otaknya mulai menginggat apa yang sudah terjadi."Sayang, syukurlah kau sudah sadar."Plak ...brak ...."Pergi! Aku tak mau melihatmu lagi!"Maya berteriak setelah menampar suaminya. Dia mulai membanting barang-barang yang ada di meja, pikiran dalam kepala membuatnya marah. Raut wajah Sandoro dan tatapan pria itu membuatnya menerka, apa yang sudah di lakukan Fandy."Sialan kau Mas. Percuma aku beri kau kesempatan berulang kali, ternyata kau membuatku seperti perempuan bodoh. Keluar, aku akan menggugat ke pengadilan agama kita bercerai!""Cukup Maya!"Maya tersentak saat mendengar teriakan bapaknya dari depan pintu. Wanita itu menangis histeris, karena mengira semua orang membodohinya termasuk orangtuanya."Bapak tenang dulu, sayang tenang dan dengarkan aku.""Tidak! Semua sudah jelas. Jadi pergi kalian semua, aku tak mau mendengar atau melihat kalian
"Kau yakin wanita itu ada di tempat yang kau katakan? Bersama pak Cakra Kusuma juga."Maya menatap Sandoro, untuk memastikan kalau laporan pria itu tak salah."Yakin, aku sudah memastikannya langsung dengan sekretaris pak Cakra. Wanita itu ingin menawarkan kerjasama dengan pak Cakra."Maya mengelengkan kepala sembari menatap Sandoro. Dia heran, bagaimana pria itu bisa mendapat informasi secepat itu."Rayuan ku tak pernah gagal May. Kau mau membuktikannya?"Plak ....Maya memukul bahu Sandoro. Pria itu memang suruhan Maya tapi dia bukan pegawai Maya, jadi dia masih bisa bicara dengan santai pada wanita itu."Masih ada satu lagi kejutanku untukmu May. Kau pasti suka, tak perlu mengeluarkan tenaga untuk memberi wanita itu pelajaran, cukup dengan Vidio ini."Sandoro mengirim sebuah Vidio ke nomor Maya. Wanita itu membukanya dan terkejut, dengan wajah merah dia menatap Sandoro."Sial kau, kenapa tak mengingatkan aku soal Vidio mesum ini?"Maya mengusap wajahnya dia jadi malu pada Sandoro k
"Seorang janda yang melanjutkan usaha suaminya. Sayang isi otaknya tak terlalu bagus, jadi perusahaan tak berjalan baik justru mendekati bangkrut. Irvan menjanjikan suntikan dana dengan syarat membantu Fira menjebak suamimu."Maya mengepalkan tangan ternyata dugaannya benar. Ada yang aneh dengan wanita yang ingin bekerjasama dengan Fandy."Bagus kalau begitu terus awasi dia. Aku sendiri yang akan memberinya pelajaran, kalau dia tak boleh macam-macam dengan milikku."Sandoro adalah orang yang diminta Maya mengawasi wanita yang memasukkan obat perangsang dalam minuman Fandy. Pria itu begitu cekatan, hingga dalam waktu singkat sudah meletakkan informasi yang dia minta di atas meja kerjanya."Ngomong-ngomong, bagaimana kabar suamimu? Aku dengar dia membenturkan kepala, agar tak menyentuh wanita itu."Maya menarik napas saat mendengar pertanyaan Sandoro. Bicara soal Fandy, Maya belum menemui suaminya lagi sejak semalam. Dia masih kesal dengan kebodohan suaminya."Yah begitulah. Dia masih d