SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Anita masih terlihat ragu. Tak ada cara lain selain mengeluarkan airmata sedih, dan itu berhasil wanita lembut itu keluar membawa sebuah kertas. Tak lama dia kembali menunjukkan tanda-tangan suamiku."Aku takut May. Bagaimana kalau Fandy tau? Dia pasti akan menuntut aku, karena berbohong padanya."Aku mengengam tangan Anita dan memastikan kalau itu tak akan terjadi. Aku segera menyimpan kertas persetujuan kuret itu, setelah keluar nanti baru akan aku musnahkan."Aku sudah bisa pulang atau perlu menginap? Sehari atau dua hari bolehlah An."Anita mengelengkan kepala. Dia pasti masih takut dengan apa yang aku minta tadi, tapi hanya itu satu-satunya cara agar Mas Fandy mau bercerai, aku sudah tak tahan lagi dengan semua masalah ini."Sehari saja cukup, besok sore kau bisa pulang. Aku akan berikan resep vitamin untuk kau minum, ingat jaga kandungan mu."Aku mengengam tangan Anita dan mengucapkan terimakasih padanya. Semog
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Jadi kau teman Mas Bima? Teman atau selingkuhannya?"Maya menatap wanita yang duduk di depannya dengan angkuh. Dia belum tau wanita ini ada hubungan apa dengan Bima, karena temannya itu belum memperkenalkan wanita ini."Teman, aku teman SMA pak Bima. Kalau boleh tau kau siapa? Ada hubungan apa dengan pak Bima?"Wanita itu tertawa sembari menatap sinis kearah Maya. Sorot matanya penuh kebencian membuat Maya sedikit heran."Aku Lisa, tunangan Mas Bima, jadi aku minta jauhi dia jangan mencoba mengodanya. Aku tau kau akan segera menjadi seorang janda, tapi jangan harap bisa mengatal dengan calon suamiku.""Memangnya siapa yang mengatal dengan tunanganmu? Rasanya kau tak buta untuk melihat. Aku jauh lebih tampan dari tunanganmu itu, jadi aku pastikan istriku yang cantik ini tak akan tergoda dengan pria mana pun selain aku."Maya mendelik, saat mendengar ucapan Fandy yang begitu percaya diri. Sedangkan Lisa justru tertawa
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Apa yang kau lakukan Fandy!?"Fandy melepaskan bibirnya dari bibir Maya, lalu mengusap bibir istrinya, tanpa menatap sang nenek yang terlihat murka. "Memang apa yang aku lakukan? Apa salah mencium istriku sendiri? Bahkan menyetubuhinya tak ada yang melarang. Jadi berhenti membuatku muak dengan menyodorkan wanita tak tau malu ini, wanita yang terus mengejar meski tau pria ini sudah beristri."Fandy tak perduli meski neneknya terlihat memegang dada. Dengan sinis dia meminta Hera mengantar wanita tua itu pulang."Aku sudah pernah tertipu tapi tidak lagi. Jadi bawa dia pulang, jika terjadi sesuatu maka kau yang akan aku salahkan."Fandy kembali menarik tangan Maya. Wanita itu memegangi perutnya yang terasa keram, karena tarik kan Fandy begitu keras."Lepaskan aku Mas, lepaskan aku!"Maya berteriak sembari menghempaskan tangan Fandy. Dia harus menghindar dari pria itu, jika tidak semua kebohongannya akan terungkap."Jan
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Tidak usah pergi ke pengadilan agama, tarik gugatan cerai itu. Kalau kau berkeras kau akan menyesal."Maya terlihat menarik napas panjang, sejak semalam Fandy terus memintanya untuk mencabut gugatannya. Pria itu tak mau tau sama sekali alasan sang istri."Itu bukan sebuah masalah Yank. Kau hanya perlu percaya padaku, hanya itu tak ada yang lain. Apa begitu sulit mempercayai suamimu sendiri," ujar Fandy."Bukan karena aku tak percaya Mas, tapi karena terlalu percaya makanya aku mengambil keputusan ini. Kita bisa memiliki hidup yang jauh lebih baik dari ini.""Lebih baik dari segi mana? Kita terpisah begitu juga dengan anak kita. Jangan egois pikirkan Shanum juga, perasaannya akan terluka karena kita tak serumah."Fandy semakin kehabisan kesabaran, melihat Maya yang begitu keras mengiginkan perceraian. Sedangkan dia terus memohon agar istrinya bertahan."Jauh lebih baik mas. Aku tak akan lagi mencurigaimu, Bukankan it
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Nenek begitu ingin menikahkan mas Fandy dengan Hera kan? Baiklah semoga nenek puas. Aku akan melepaskan mas Fandy, terserah cerai hidup ataupun cerai mati."Maya melangkah tertatih. Kakinya terasa lemas hingga membuatnya nyaris jatuh, bapak dan ibunya segera berlari untuk membantu Maya, untuk sesaat mereka melirik orangtua Fandy. Namun mereka tak ada yang memperdulikan menantunya. "Kita pulang saja, disini kita tak dibutuhkan lagi. Bapak dan ibu akan mendampingimu Nak, cerai atau tidak kami tak akan meninggalkanmu."Ketiga orang itu melangkah pergi. Mereka berpapasan dengan Hera yang tak menatap pada mereka, saat melirik gadis itu memeluk mama Fandy dengan erat. Mertua Maya menangis di pelukan Hera."Sudah jangan melihat kebelakang lagi, kita maju terus kedepan. Besarkan anakmu meski tanpa ayahnya, ada bapak dan ibu bersamamu."Maya dan orangtuanya pergi tanpa menoleh kebelakang lagi. Meski gelisah tapi Maya mencob
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Maya berjalan menuju ke arah papa dan mama Fandy. Dia menyalami kedua orang yang masih menjadi mertuanya."Apa kabar Ma, Pa? Sudah sebulan kalian tak melihat cucu kalian. Ternyata sedang sibuk dengan acara penting rupanya, selamat ya semoga cepat mendapat cucu penganti, permisi."Maya meninggalkan kedua mertuanya, mereka terlihat gugup tapi dia sudah tak perduli lagi."Maya berhenti, kau tak bisa berbuat seperti ini padaku. Berhenti Maya!"Maya terus berjalan tanpa memperdulikan Fandy. Dia meletakkan belanjaannya dan meminta maaf pada kasir, terburu-buru dia meninggalkan toko lalu berjalan cepat menuju lift.Saat berada di lift dia melihat Fandy berusaha mengejarnya. Pria itu menagis dan memohon, hingga terjatuh karena Hera menarik kursi rodanya, Maya ingin menekan lift agar tak tertutup. Namun matanya menatap kedua orangtua Fandy datang menolong, jarinya tak jadi menekan tombol hingga lift itu tertutup dan segera me
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Fandy membuka pintu lalu meminta Maya turun. Setelah mengunci mobil dia mengangkat tubuh istrinya, pria itu memasang wajah datar, tanpa perduli saat Maya melingkarkan tangan di lehernya."Maya, apa yang terjadi?"Anita terlihat panik saat melihat Fandy mengangkat tubuh Maya. Wanita itu melihat lutut sahabatnya yang terluka, dia segera meminta perawat membawa Maya ke ruangan untuk di periksa."Kau dokter kandungan, jangan mengurusi istriku. Saat ini aku ingin kau jujur, apa benar Maya keguguran waktu itu?"Anita terlihat bingung lalu menatap Maya dan Fandy bergantian. Fandy menarik napas panjang, berusaha menahan emosinya. Maya mengengam tangan suaminya, namun pria itu menepis dengan kasar."Jika kau ingin aku bisa menggugurkannya. Jadi tak perlu marah-marah pada dokter Anita.""Maya! Diam."Maya dan Anita bergidik ngeri, saat melihat Fandy meninju dinding rumah sakit. Maya menarik tangan Anita agar mengikutinya masuk
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Auw ...sakit. apaan sih main tepuk jidat aja?"Maya kesal karena Fandy menepuk jidatnya dengan cukup kuat. Membuatnya sedikit kesakitan."Masih berani membantah, kau bohong padaku. Apa itu bukan main-main namanya, sudah pergi mandi sana, kau bilang sejak siang belum makan berarti belum mandi juga kan? Atau mau aku mandikan juga?""Tidak! Aku bisa mandi sendiri. Jaga si Joni jangan cari-cari lobang, kalau mau cari lobang yang lain kan ada yang baru, udah coba belum?""Jangan menantang ku May."Brak ....Maya segera menutup pintu kamar mandi, saat melihat Fandy ingin mengejarnya. Dia tak ingin berakhir di ranjang, hanya karena mengoda pria itu.Maya segera mandi karena tubuhnya terasa lengket. Berlarian tadi cukup membuatnya berkeringat, dia meringis saat merasakan perih di lututnya, setelah mandi dia baru sadar kalau tak membawa handuk. Dengan terpaksa dia meminta bantuan suaminya. Namun dia tak melihat sosok pria i