Baca juga "ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA.". DUKUNG DENGAN MEMBERIKAN ULASAN BINTANG LIMA DAN GEMS YA KAK, MAKASIH.
Terlalu asyik dengan kehidupan baruku, tak menyadari kalau waktu sudah bergulir selama setahun. Shanum sudah bisa berjalan dan berlari.Bapak dan ibu menangis dan memohon agar aku kembali. Namun aku sudah bahagia dan tenang berada di tempat ini, bapak berusaha menceritakan tentang mas Fandy. Namun aku mematikan ponsel dan tak menghubungi mereka lagi, setelah tenang aku menghubungi lagi, tapi dengan syarat tak berbicara tentang mas Fandy."May, ada kabar bagus. Suamiku akan mengerjakan proyek di sini, bosnya setuju untuk membuka cabang perusahaan di kota ini. Bagusnya lagi suamiku akan memimpin perusahaan baru itu."Aku ikut senang mendengar kabar dari Miska. Baguslah jadi mereka bisa segera punya momongan, karena selama ini Miska sering LDR an sama suaminya."Bos suamiku itu malang sekali nasibnya May. Istrinya pergi meninggalkannya sendirian, entah ada masalah apa? Setahuku pria itu tampan dan kaya. Dengar-dengar mantan pengacara tapi banting stir jadi pengusaha."Aku tak menjawab, ha
"Maya, tolong jangan begini. Kasihan Shanum jika terjadi sesuatu padamu, lepaskan gunting itu aku akan membantumu pergi dari sini."Miska menangis melihat apa yang aku perbuat. Tapi ini demi anakku, tak sudi rasanya kehilangan anak dan akan di asuh oleh wanita seperti Laila atau Hera."Cukup sayang, kita bisa bicarakan semua ini.""Tak ada yang harus dibicarakan Mas, kau tak seharusnya datang kemari. Sekali lagi kau menghancurkan aku. Maaf Mi, aku harus pergi, kalian menyingkir dari jalanku serahkan kunci mobilmu mas."Mas Fandy mengambil kunci mobilnya, lalu menyerahkan padaku. Tapi aku minta dia meletakkan di meja.Aku meraih tas dan kunci dengan tangan yang memeluk Shanum. Mas Fandy terlihat frustasi tapi aku tak perduli."Jangan mengejar Mas, jika tidak aku akan menabrakkan mobil di jalanan."Aku segera keluar, menekan tombol untuk melihat dimana mobil mas Fandy terparkir. Suara bip menandakan kalau itu mobilnya."Sayang kita pergi dari sini. Kita jalan-jalan."Aku menutup pintu da
"Berhenti, mau apa kau Mas? Jangan coba macam-macam denganku."Mas Fandy tak menjawab dia terus membuka pakaiannya. Kini dia benar-benar telanjang bulat."Berhenti mas, aku tak mau."Terlambat, mas Fandy sudah menindih tubuhku lalu melumat bibirku. Sialnya aku mulai merasakan sensasi yang memabukkan. Sebuah benda menusuk milikku membuat tersadar. Mencoba mendorong tubuhnya tapi tak berguna, pria itu sudah bergerak menghujamkan miliknya ke dalam tubuhku.Mencoba melawan tapi tubuhku menghianati. Tanpa sadar aku mengimbangi, gerakan pria yang katanya masih menjadi suamiku. Pria sialan itu benar-benar melampiaskan hasratnya tanpa henti. Seperti orang yang lama tak berhubungan badan."Berengsek!"Aku mendorong tubuh mas Fandy. Pria itu tak mengeluarkan miliknya dari dalam tubuhku, hanya kekehan kecil yang dia berikan, saat aku berlari menuju kamar mandi."Dia pasti lelah, aku bisa mengambil kunci kamar lalu kabur dari sini."Dengan rencana sebagus itu aku keluar dari kamar mandi diam-dia
"Mas ... bisa bangun? Ini sudah sore. Buka pintunya aku mau bertemu Shanum."Maya mencoba membangunkan Fandy. Menusuk dada pria itu dengan ujung jari telunjuknya, bukannya bangun Fandy justru semakin nyenyak."Aku lapar, apa kau tak kasihan. Aku bahkan belum makan siang."Fandy membuka matanya, dia lupa karena terlalu senang, menikmati tubuh istrinya yang baru tertangkap."Aku juga belum makan siang, tapi aku sudah kenyang."Fandy menaik-turunkan alisnya. Maya hanya mendengus kesal, dia hendak pergi ke balkon tapi Fandy menarik tangannya hingga terduduk di pangkuannya.Maya mencoba melepaskan diri dari pria yang katanya masih menjadi suaminya. Namun Fandy memaksa tangan Maya untuk melingkar di lehernya, lalu dia menempelkan kepalanya di dada sang istri."Bisa gak tanganmu diam Mas, aku sudah capek dan lapar juga."Bukannya menurut, Fandy justru memasukkan tangannya ke dalam baju Maya. Kemudian memainkan dada sang istri."Kau tau Yang, setahun aku mencarimu dalam keadaan lapar luar bias
Fandy tertawa melihat wajah Maya yang memerah. Istrinya pasti tak tau kalau pria tadi bukan Sandi, pria tadi adalah sopir di rumah barunya. Dia sengaja minta pembantunya untuk memasak makanan kesukaan Maya dan mengantarnya ke hotel."Dasar tak punya malu," ujarnya.Aku mau mandi dulu, cepat makan sana. Setelah itu aku mau ...."Tring ...."Pergi sana, baumu sudah tak tertahankan."Maya melempar Fandy dengan sendok. Pria itu tak marah, dia mendekati istrinya hendak mencium tapi Maya mengacungkan garpu."Mandi atau mati?"Fandy mengangkat tangan dan berlari ke kamar mandi. Menutup pintu, agar Maya tak berusaha mencuri kunci pintu darinya."Kau sudah selesai makan? Istri macam apa yang tak menunggu suaminya saat makan enak.""Bukan urusanku Mas, yang penting aku kenyang. Enak juga masakan ini seperti masakan rumah, aku tau ini bukan masakan Miska, karena dia tak suka masak."Aku tak bilang temanmu yang masak. Dia hanya membelinya lalu mengantar kemari."Maya tertawa sinis, dia tau Fandy b
Fandy tersungkur tak berdaya, Maya melambaikan tangan sembari menjulurkan lidahnya."Kau ....""Bye ...bye Mas."Maya menutup pintu lalu pergi ke luar. Dia harus mencari dimana Shanum berada, dia tak punya cara lain selain ke meja resepsionis. Saat keluar dari lift dia melihat, Miska berdiri di lobby menunggu seseorang."Maaf Mi, serahkan putriku. Nanti aku hubungi kau lagi, serahkan ponsel mas Fandy padanya."Maya meraih Shanum lalu mencium pipi sahabatnya. Miska yang kebingungan tak tau, harus berbuat apa."Maya berhenti! Kalau tidak bunuh saja bapakmu ini."Baru saja Maya akan menaiki taksi yang kebetulan menurunkan tamu. Terdengar teriakan bapaknya, ragu karena pria itu memegangi dadanya.Maya menarik napas, melihat kedua orangtuanya datang bersama kedua mertuanya. Pantas Fandy menahannya di kamar ternyata menunggu bantuan."Maaf Pak, Maya pergi dulu nanti aku hubungi."Bruk ...."Bapak!"Maya berlari menghampiri bapaknya. Pria itu terduduk di lantai, sembari memegang dadanya. Maya
Semua orang kembali terkejut saat Maya menampar pipi suaminya. Matanya nyalang menatap pria yang juga menegakkan kepalanya dengan angkuh."Apa kau buta? Lihat. Awas minggir, Shanum mau susu."Sandi terkejut, karena Miska menarik wajahnya. Dia tak sempat melihat baju bagian dada Maya basah, para wanita tau apa yang terjadi."Aku mau menyusui Shanum, apa bisa bawa para pria ke kamarmu?"Fandy tersadar, begitu juga dengan yang lainnya. Mereka keluar kecuali ibu dan mertua Maya, papa Fandy berbalik dan membawa istrinya, dia tak mau sang istri berbuat sesuatu yang membuat menantunya marah. Apalagi Fandy belum cerita, masalah apa yang membuat Maya kabur, jadi istrinya masih kesal pada menantunya.****"Dasar anak bodoh, tentu saja istrimu marah. Kau pikir itu hal sepele, pantas Maya begitu posesif, karena dia mencoba melindungi suaminya."Mama Fandy terlihat murka, begitu juga dengan bapak mertua dan papanya. Setelah dia menceritakan tentang Maya, yang merekam dirinya saat sedang tidur. Sial
SEBELUM BACA KLIK, SUBSCRIBE DAN SUMBANGKAN GEMS YA KAK. TERIMA KASIH "Aku mau pulang ke rumah bapak, gak mau kemana-mana."Maya menatap sinis ke arah suaminya. Fandy kembali menarik napas, takut terlepas emosi."Kita suami-istri May, mau sampai kapan kau harus seperti ini?""Terserah aku, kalau tak suka kau boleh pergi. Jadi rumah ini bisa kau tempati bersama wanita mana pun yang kau suka."Maya berucap santai membuat Fandy menarik napas kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa."Rumah ini aku beli untuk kita yang, sebenarnya aku tau kau di kota ini. Cuma tak tau aja kalau istri Sandi temanmu, kalian berdua sama-sama lebai, cabe-cabean. Bikin akun sosmed kok aneh.Untung aku bisa menyuruh orang masuk ke akunmu, lalu membaca pesan kalian berdua.""Apa? Buka! Ternyata kau orangnya. Pantas aku tak bisa masuk ke akun asliku."Fandy tertawa lalu meraih ponsel istrinya. Menggetik sebentar lalu melihat ponselnya berbunyi."Aku suruh buka akun milikku dodol, bukan menyimpan nomormu."Fandy menin