SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Bagaimana di kantor polisi tadi Mas? Apa mereka bisa ditahan semua?"Maya bertanya setelah melihat Fandy pulang dari kantor. Dia mengambil tas kerja suaminya, lalu melepaskan dasi dan meminta pria itu untuk mandi dulu sebelum makan."Aku lelah Yang, bisa tidak beri aku tenaga agar semangat lagi."Fandy merentangkan tangannya, membuat Maya langsung masuk dalam pelukannya. Wanita itu mengecup bibir suaminya sembari berbisik dengan suara pelan."Pergi mandi lalu makan, setelah itu kita bisa enak-enak sampai pagi."Tawa Maya meledak, saat melihat Fandy berlari seperti anak kecil menuju ke kamar. Maya tau suaminya pasti pergi mandi, dia segera menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.Shanum di bawa lagi oleh para orangtua. Kali ini Maya dan Fandy harus menyelesaikan masalah yang dibuat Laila dan Sarah."Yang.""Aduh kaget aku Mas."Maya menarik napas sembari meraih air minum. Degup jantungnya berdebar karena perbuatan
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Maya menuju ke lemari mengambil baju tidur. Meraih handuk langsung ke kamar mandi, gerah jadi dia memilih mandi, Fandy tak bersuara hanya melirik sebentar.Tak lama Maya keluar mengenakan kimono. Dia melirik Fandy yang masih sibuk dengan laptopnya, Maya jadi kesal karena pria itu ngambek seperti anak kecil."Mas."Hum ...."Fandy menjawab pendek tanpa melihat istrinya. Maya membuka kimononya namun Fandy tak meliriknya, Maya menarik napas kesal melihat ulah suaminya."Ok, jadi mau puasa beneran. Kalau begitu tak usah tiga hari, selamanya aja."Fandy menarik napas lalu menatap istrinya. Kali ini dia tak terkejut hingga lupa bernapas."Lanjutkan kerjamu, aku tidur duluan.""Jangan!"Fandy berteriak lalu meletakkan laptopnya. Dia segera berlari menghampiri tubuh berbalut lingerie berwarna hitam, tanpa permisi langsung menerkam istrinya.Maya pasrah saja saat Fandy mencium bibirnya lalu turun ke bawah. Membuka lingerie ya
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Maya, tolong maafkan kami. Sungguh semua ini karena salah Laila, dia yang bilang kalau pergi dibawa suamimu tinggal di kontrakan dan kumpul kebo."Maya menatap Darma dengan tatapan jijik. Sungguh pria itu semakin lama semakin tak berotak."Lalu kau percaya begitu saja Mas? Kau tau kebodohanmu hampir saja merusak rumahtanggaku. Kau bersama mereka datang tanpa bertanya tapi langsung membawa warga. Niat busukmu itu sudah tercium, sekarang biar suamiku yang bertindak karena dia yang kalian rugikan."Maya menepis tangan Darma yang akan menyentuh kakinya. Sungguh dia muak dengan pria yang pernah dia cintai dulu."Tinggallah kalian di sini untuk merenungi diri. Ingat fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, aku rasa setahun atau dua tahun cukup untuk memberi kalian pelajaran."Fandy dan Maya akan berdiri ketika datang seorang pria. Fandy mengenal baik pria itu karena sama-sama berprofesi sebagai pengacara."Pak Budiman
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Fandy dan Maya terkejut karena seseorang mengetuk kaca mobil mereka. Fandy membuka pintu dan melihat siapa yang datang, ternyata seorang warga yang sepertinya curiga karena mereka berhenti di tempat yang sepi."Maaf pak, istri saya sedang hamil. Kami berhenti karena perutnya keram."Pria itu menatap ke arah Maya, lalu tersenyum sembari menunjukkan tempat istirahat dan juga rumah sakit terdekat."Terima kasih Pak. Kami akan melanjutkan perjalanan, karena istri saya sudah membaik perutnya."Fandy segera melajukan mobilnya, meninggalkan bapak yang baik itu. Maya tertawa melihat wajah suaminya, karena tak sempat menciumnya.Cup "Sudah jangan cemberut lagi. Mas sih main berhenti aja gak lihat tempat, untung kita gak disangka selingkuh. Kalau gak kan bisa kena grebek juga."Fandy mengacak rambut istrinya, dia senang karena semua masalah bisa selesai dan istrinya kembali seperti semula. Wanita itu sudah bisa menunjukkan la
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Jadi kau istri cucuku Fandy?"Aku menarik napas menatap wanita tua di hadapanku. Uluran tanganku diterima namun jelas tak ikhlas, matanya menatap dari atas sampai bawah. Meski sudah duduk tetap saja dia melotot padaku."Kerja apa? Diperusahaan apa?"Aku menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan nenek suamiku. Sejak menikah aku belum pernah menemuinya, waktu menikah dia tak bisa datang katanya tak sanggup naik mobil ke kota kami."Hanya ibu rumah tangga saja Nek, sekalian mengawasi butik milik sendiri.""Butik?""Toko baju Eyang, biar keren dibilang butik."Bukan aku yang menjawab tapi Hera. Wanita itu seperti lintah, lengket di tubuh nenek mas Fandy. Aku heran kemana mas Fandy dan orangtuanya, dari tadi tak ada yang keluar menemaniku."Benalu rupanya, apa yang dilihat cucuku padamu? Kau tak mengunakan pelet kan? Heran aja Fandy sampai bertekuk lutut pada seorang janda. Atau kau gunakan tubuhmu itu, jangan-jangan kau
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Aku segera meninggalkan wanita tua itu, setelah memastikan semua selesai dan rapi."Sudah selesai Yang, cepat juga. Siapkan makan malam ya, biar aku temani nenek di kamar.""Maya!"Aku terkejut mendengar teriakan mas Fandy. Aku berlari ke kamar tamu, takut terjadi sesuatu pada nenek suamiku. Aku menatap wajah mas Fandy yang sedang marah, lalu mengerti apa yang membuatnya marah.Wanita tua itu bergerak cepat rupanya. Bantal, guling dan seprai berserak. Wanita itu mulai melancarkan fitnahnya."Kenapa kau terlihat marah Mas, mungkin nenek mau merapikan tempat tidurnya sendiri. Mungkin juga dia tak suka orang lain merapikannya."Plak ....Aku terkejut untuk pertama kalinya mas Fandy menampar wajahku. Dia bahkan tak mendengarkan ucapanku sama sekali."Terima kasih mas, kau tau kan tamparan ini berarti sudah jatuh talakmu padaku. Aku akan pergi dari rumah ini, sebelum itu kau bisa melihat rekaman ini dan juga CCTV itu."Ak
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Jadi begini rupanya kalau kau di luar? Sial sekali Fandy menikahi wanita jalang sepertimu. Keluar tanpa ijin hanya untuk bersenang-senang dengan pria lain."Aku mengenggam tanganku dengan erat. Mencoba menahan diri agar tidak menghajar wanita tua ini, secepat itu dia temukan aku, apa tak jadi pembicaraan di rumah bapak tadi."Bim, maaf kalau terganggu. Biasalah orangtua mungkin buang tabiat, jadi jangan pikirkan ucapannya."Aku mengabaikan nenek suamiku biarlah dia mau bicara apa, asal dia senang bagiku tak masalah."Sebaiknya kita pergi saja May. Ke kantorku saja agar lebih enak untuk bicara.""Ya tak hanya enak untuk bicara tapi enak juga untuk bergulat di atas ranjang."Plak ...plak ....Aku menampar wajah Hera tepat di depan mata nenek mas Fandy. Aku melakukan itu sembari menatap mata nenek tua itu, biar dia tau kenapa aku melakukan itu."Aku tak mau kurangajar pada orangtua, meski orangtua itu tak pantas untuk
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Anita masih terlihat ragu. Tak ada cara lain selain mengeluarkan airmata sedih, dan itu berhasil wanita lembut itu keluar membawa sebuah kertas. Tak lama dia kembali menunjukkan tanda-tangan suamiku."Aku takut May. Bagaimana kalau Fandy tau? Dia pasti akan menuntut aku, karena berbohong padanya."Aku mengengam tangan Anita dan memastikan kalau itu tak akan terjadi. Aku segera menyimpan kertas persetujuan kuret itu, setelah keluar nanti baru akan aku musnahkan."Aku sudah bisa pulang atau perlu menginap? Sehari atau dua hari bolehlah An."Anita mengelengkan kepala. Dia pasti masih takut dengan apa yang aku minta tadi, tapi hanya itu satu-satunya cara agar Mas Fandy mau bercerai, aku sudah tak tahan lagi dengan semua masalah ini."Sehari saja cukup, besok sore kau bisa pulang. Aku akan berikan resep vitamin untuk kau minum, ingat jaga kandungan mu."Aku mengengam tangan Anita dan mengucapkan terimakasih padanya. Semog