SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Jadi kau istri cucuku Fandy?"Aku menarik napas menatap wanita tua di hadapanku. Uluran tanganku diterima namun jelas tak ikhlas, matanya menatap dari atas sampai bawah. Meski sudah duduk tetap saja dia melotot padaku."Kerja apa? Diperusahaan apa?"Aku menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan nenek suamiku. Sejak menikah aku belum pernah menemuinya, waktu menikah dia tak bisa datang katanya tak sanggup naik mobil ke kota kami."Hanya ibu rumah tangga saja Nek, sekalian mengawasi butik milik sendiri.""Butik?""Toko baju Eyang, biar keren dibilang butik."Bukan aku yang menjawab tapi Hera. Wanita itu seperti lintah, lengket di tubuh nenek mas Fandy. Aku heran kemana mas Fandy dan orangtuanya, dari tadi tak ada yang keluar menemaniku."Benalu rupanya, apa yang dilihat cucuku padamu? Kau tak mengunakan pelet kan? Heran aja Fandy sampai bertekuk lutut pada seorang janda. Atau kau gunakan tubuhmu itu, jangan-jangan kau
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Aku segera meninggalkan wanita tua itu, setelah memastikan semua selesai dan rapi."Sudah selesai Yang, cepat juga. Siapkan makan malam ya, biar aku temani nenek di kamar.""Maya!"Aku terkejut mendengar teriakan mas Fandy. Aku berlari ke kamar tamu, takut terjadi sesuatu pada nenek suamiku. Aku menatap wajah mas Fandy yang sedang marah, lalu mengerti apa yang membuatnya marah.Wanita tua itu bergerak cepat rupanya. Bantal, guling dan seprai berserak. Wanita itu mulai melancarkan fitnahnya."Kenapa kau terlihat marah Mas, mungkin nenek mau merapikan tempat tidurnya sendiri. Mungkin juga dia tak suka orang lain merapikannya."Plak ....Aku terkejut untuk pertama kalinya mas Fandy menampar wajahku. Dia bahkan tak mendengarkan ucapanku sama sekali."Terima kasih mas, kau tau kan tamparan ini berarti sudah jatuh talakmu padaku. Aku akan pergi dari rumah ini, sebelum itu kau bisa melihat rekaman ini dan juga CCTV itu."Ak
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Jadi begini rupanya kalau kau di luar? Sial sekali Fandy menikahi wanita jalang sepertimu. Keluar tanpa ijin hanya untuk bersenang-senang dengan pria lain."Aku mengenggam tanganku dengan erat. Mencoba menahan diri agar tidak menghajar wanita tua ini, secepat itu dia temukan aku, apa tak jadi pembicaraan di rumah bapak tadi."Bim, maaf kalau terganggu. Biasalah orangtua mungkin buang tabiat, jadi jangan pikirkan ucapannya."Aku mengabaikan nenek suamiku biarlah dia mau bicara apa, asal dia senang bagiku tak masalah."Sebaiknya kita pergi saja May. Ke kantorku saja agar lebih enak untuk bicara.""Ya tak hanya enak untuk bicara tapi enak juga untuk bergulat di atas ranjang."Plak ...plak ....Aku menampar wajah Hera tepat di depan mata nenek mas Fandy. Aku melakukan itu sembari menatap mata nenek tua itu, biar dia tau kenapa aku melakukan itu."Aku tak mau kurangajar pada orangtua, meski orangtua itu tak pantas untuk
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA.Anita masih terlihat ragu. Tak ada cara lain selain mengeluarkan airmata sedih, dan itu berhasil wanita lembut itu keluar membawa sebuah kertas. Tak lama dia kembali menunjukkan tanda-tangan suamiku."Aku takut May. Bagaimana kalau Fandy tau? Dia pasti akan menuntut aku, karena berbohong padanya."Aku mengengam tangan Anita dan memastikan kalau itu tak akan terjadi. Aku segera menyimpan kertas persetujuan kuret itu, setelah keluar nanti baru akan aku musnahkan."Aku sudah bisa pulang atau perlu menginap? Sehari atau dua hari bolehlah An."Anita mengelengkan kepala. Dia pasti masih takut dengan apa yang aku minta tadi, tapi hanya itu satu-satunya cara agar Mas Fandy mau bercerai, aku sudah tak tahan lagi dengan semua masalah ini."Sehari saja cukup, besok sore kau bisa pulang. Aku akan berikan resep vitamin untuk kau minum, ingat jaga kandungan mu."Aku mengengam tangan Anita dan mengucapkan terimakasih padanya. Semog
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Jadi kau teman Mas Bima? Teman atau selingkuhannya?"Maya menatap wanita yang duduk di depannya dengan angkuh. Dia belum tau wanita ini ada hubungan apa dengan Bima, karena temannya itu belum memperkenalkan wanita ini."Teman, aku teman SMA pak Bima. Kalau boleh tau kau siapa? Ada hubungan apa dengan pak Bima?"Wanita itu tertawa sembari menatap sinis kearah Maya. Sorot matanya penuh kebencian membuat Maya sedikit heran."Aku Lisa, tunangan Mas Bima, jadi aku minta jauhi dia jangan mencoba mengodanya. Aku tau kau akan segera menjadi seorang janda, tapi jangan harap bisa mengatal dengan calon suamiku.""Memangnya siapa yang mengatal dengan tunanganmu? Rasanya kau tak buta untuk melihat. Aku jauh lebih tampan dari tunanganmu itu, jadi aku pastikan istriku yang cantik ini tak akan tergoda dengan pria mana pun selain aku."Maya mendelik, saat mendengar ucapan Fandy yang begitu percaya diri. Sedangkan Lisa justru tertawa
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Apa yang kau lakukan Fandy!?"Fandy melepaskan bibirnya dari bibir Maya, lalu mengusap bibir istrinya, tanpa menatap sang nenek yang terlihat murka. "Memang apa yang aku lakukan? Apa salah mencium istriku sendiri? Bahkan menyetubuhinya tak ada yang melarang. Jadi berhenti membuatku muak dengan menyodorkan wanita tak tau malu ini, wanita yang terus mengejar meski tau pria ini sudah beristri."Fandy tak perduli meski neneknya terlihat memegang dada. Dengan sinis dia meminta Hera mengantar wanita tua itu pulang."Aku sudah pernah tertipu tapi tidak lagi. Jadi bawa dia pulang, jika terjadi sesuatu maka kau yang akan aku salahkan."Fandy kembali menarik tangan Maya. Wanita itu memegangi perutnya yang terasa keram, karena tarik kan Fandy begitu keras."Lepaskan aku Mas, lepaskan aku!"Maya berteriak sembari menghempaskan tangan Fandy. Dia harus menghindar dari pria itu, jika tidak semua kebohongannya akan terungkap."Jan
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Tidak usah pergi ke pengadilan agama, tarik gugatan cerai itu. Kalau kau berkeras kau akan menyesal."Maya terlihat menarik napas panjang, sejak semalam Fandy terus memintanya untuk mencabut gugatannya. Pria itu tak mau tau sama sekali alasan sang istri."Itu bukan sebuah masalah Yank. Kau hanya perlu percaya padaku, hanya itu tak ada yang lain. Apa begitu sulit mempercayai suamimu sendiri," ujar Fandy."Bukan karena aku tak percaya Mas, tapi karena terlalu percaya makanya aku mengambil keputusan ini. Kita bisa memiliki hidup yang jauh lebih baik dari ini.""Lebih baik dari segi mana? Kita terpisah begitu juga dengan anak kita. Jangan egois pikirkan Shanum juga, perasaannya akan terluka karena kita tak serumah."Fandy semakin kehabisan kesabaran, melihat Maya yang begitu keras mengiginkan perceraian. Sedangkan dia terus memohon agar istrinya bertahan."Jauh lebih baik mas. Aku tak akan lagi mencurigaimu, Bukankan it
SUNDUL YA KAK DENGAN CARA KLIK VOTE. TERIMA KASIH SUMBANGAN GEMSNYA."Nenek begitu ingin menikahkan mas Fandy dengan Hera kan? Baiklah semoga nenek puas. Aku akan melepaskan mas Fandy, terserah cerai hidup ataupun cerai mati."Maya melangkah tertatih. Kakinya terasa lemas hingga membuatnya nyaris jatuh, bapak dan ibunya segera berlari untuk membantu Maya, untuk sesaat mereka melirik orangtua Fandy. Namun mereka tak ada yang memperdulikan menantunya. "Kita pulang saja, disini kita tak dibutuhkan lagi. Bapak dan ibu akan mendampingimu Nak, cerai atau tidak kami tak akan meninggalkanmu."Ketiga orang itu melangkah pergi. Mereka berpapasan dengan Hera yang tak menatap pada mereka, saat melirik gadis itu memeluk mama Fandy dengan erat. Mertua Maya menangis di pelukan Hera."Sudah jangan melihat kebelakang lagi, kita maju terus kedepan. Besarkan anakmu meski tanpa ayahnya, ada bapak dan ibu bersamamu."Maya dan orangtuanya pergi tanpa menoleh kebelakang lagi. Meski gelisah tapi Maya mencob