Share

03. Balas Dendam Part 2

Aji Saka memberi kesempatan kepada Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya untuk bertarung dengannya.

"Aku ingin berlatih dengan kalian sampai mati, dan aku akan mengambil seluruh milikku yang kalian ambil. Dan hari ini kalian akan segera menemui dewa kematian!" Seru Aji Saka.

"Bajingan kamu! Beraninya menghina kami bertiga. Rasakan ini.... Pukulan Sengatan Racun Kalajengking Hitam!" Seru ketua Kalajengking Hitam menerjang Aji Saka.

"Gentar Bumi!" Balas Aji Saka, sama-sama menerjang dengan hebatnya.

Duarr.... Duarr....

Dua kekuatan beradu dengan kerasnya, melemparkan tubuh Ketua Kalajengking Hitam ratusan meter, keluar dari arena pertarungan hingga tubuhnya tergeletak di tanah tidak bergerak lagi, dengan tubuhnya bau hangit daging terbakar.

Gurunya terkejut mendengar pukulan Gentar Bumi, karena dia mengetahui dari gurunya lagi, tentang seorang tokoh tua yang sudah menghilang ratusan tahun lalu, pemilik pukulan Gentar Bumi.

"Ada hubungan apa kamu dengan Eyang Gentar Bumi?" Tanya gurunya Rajasa.

"Oh, kamu mengenal Kakek Guruku rupanya. Baguslah kalau kamu mengenalnya, sekalian kalian berdua juga harus merasakan pukulannya," jawab Aji Saka.

Dengan gerakan cepat yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa, Aji Saka menghantam Rajasa dan gurunya.

"Gentar Bumi!" Seru Aji Saka berteriak menghantam kedua lawannya dengan pukulan intinya.

Duarr.... Duarr....

Terdengar dua kali ledakan membahana diseputaran arena pertarungan, membuat keduanya terlempar keluar arena, terbanting dengan kerasnya ke tanah hingga keduanya tergeletak tidak bergerak lagi.

Pukulan Gentar Bumi benar-benar sangat dahsyat, mampu menggetarkan bumi dengan hebatnya, membuat para penonton sayembara dibuat bergidik ngeri.

Semakin tinggi ranah kekuatannya, akan semakin hebat pukulan Gentar Bumi, apalagi dipadukan dengan kekuatan inti petir, akan menghancurkan dan menghanguskan semua yang ada di bumi.

Setelah Aji Saka membalaskan dendamnya kepada Ketua Kalajengking Hitam, Rajasa dan gurunya, dia segera mencari seluruh anggota Kalajengking Hitam dan antek-anteknya Rajasa.

Tidak ada satu orangpun yang disisakan, semuanya dibantai dengan sadis. Setiap bertemu dengan anggota kelompok Kalajengking Hitam dan antek-anteknya Rajasa, dibunuhnya dengan tidak ada kata ampunan lagi.

Keluarga Rajasa semuanya diusir dari Pendopo Rajasa, untuk diberi kesempatan oleh Aji Saka untuk hidup, dan membalaskan dendam di masa depan, sebab dia ingin bertarung dengan anaknya Rajasa yang sombong, karena anak serta ibunya yang telah mempengaruhi Rajasa untuk berbuat tega kepada seluruh keluarga Tirta Atmadja.

Dan nama Pendopo Rajasa dikembalikan lagi ke nama asalnya, yaitu Pendopo Tirta Atmadja. Dan seluruh harta kekayaan milik kedua orangtuanya, diambil kembali oleh Aji Saka.

Usai melampiaskan semua dendamnya, dan mempercayakan seluruh harta kekayaannya kepada Mang Karta, pelayan setianya Tirta Atmadja sewaktu masih ada. Dia kembali meneruskan perjalanannya, untuk mencari seorang makhluk yang paling hina dan lebih buruk daripada dirinya.

Aji Saka meninggalkan Pendopo Tirta Atmadja dengan menunggangi kuda putih besar, milik gurunya Rajasa.

Dia terus memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang, menuju kearah Ibukota Tatar Pasundan.

Ditengah perjalanan, dia menemukan seekor anjing yang menjijikan, seluruh tubuhnya korengan dan bau busuk menyengat hidung.

Anjing itu sangat menderita sekali, jalannya terseok-seok jatuh bangun. Nampaknya hewan yang sangat menjijikan tersebut dalam keadaan sakit parah. Tinggal menunggu ajalnya menjemput.

Dalam benak Aji Saka berpikir, apakah makhluk seperti anjing yang dimaksudkan oleh gurunya. Dalam batinnya dia berkata ; "Akhirnya aku menemukan juga makhluk yang lebih buruk dan lebih hina daripada diriku."

Seekor anjing yang sedang sakit parah dan bau busuk itu, dia dekati dan terus menerus diamatinya.

Lama sekali dia memperhatikan binatang menjijikan itu sambil berpikir ; Apakah makhluk seperti anjing yang dimaksud oleh Eyang Gentar Bumi.

Batinnya juga terus berkata ; "Pasti makhluk seperti anjing ini yang dimaksud oleh Kakek Guru, dia lebih hina dan buruk daripada diriku," ucap batin Aji Saka.

Namun ketika dia hendak pulang ketempat gurunya, tiba-tiba dia teringat oleh wejangan dari Eyang Gentar Bumi bahwa seekor anjing ketika meninggal, tidak diminta pertanggungjawabannya atas apa yang dilakukannya ketika hidup didunia. Lain dengan manusia, ketika meninggal dunia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya ketika di alam dunia, dan bisa jadi dia yang lebih buruk dan hina daripada seekor anjing.

Aji Saka menyadari atas kekeliruannya, tentang apa yang dimaksudkan oleh gurunya, tapi dia masih penasaran, walau jawabannya sudah ada bahwa dirinyalah makhluk yang paling hina dan buruk daripada yang lainnya. Namun karena masih ada waktu yang diberikan oleh gurunya, sekitar lima hari lagi, makanya dia terus mencarinya sambil berpetualang.

Kembali dia naik menunggangi kuda putihnya, dan segera memacunya menuju kearah ibukota Tatar Pasundan dengan kecepatan tinggi, agar lebih cepat sampai di Kota Kerajaan Tatar Pasundan.

Beberapa waktu kemudian, tampak dari kejauhan sebuah gerbang Ibukota jaraknya sekitar lima ratus meter lagi. Aji Saka memperlambat laju kudanya dan turun dari tunggangannya, ketika tiba di gerbang Ibukota. Dia menuntun kuda putihnya menuju ke penjaga pos pemeriksaan.

Usai diperiksa dan membayar biaya masuk ke ibukota, dia melanjutkan perjalanannya lagi dengan menunggangi kudanya berkeliling di Kota Raja, untuk menyelesaikan tugas terakhirnya yaitu mencari seorang makhluk yang paling hina dan lebih buruk daripada dirinya.

Disaat Aji Saka berkeliling kota, dia dihadang oleh ratusan prajurit kerajaan karena dianggap sebagai pemberontak, telah membunuh Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya, karena ketiganya merupakan antek-anteknya Raja Tatar Pasundan.

"Berhenti....! Menyerahlah sebelum kami menindas mu!" Seru komandan prajurit kerajaan.

"Cobalah kalau kalian mampu," balas Aji Saka sambil duduk santai di atas kudanya.

"Dasar bajingan pemberontak, rasakan....," belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba sebuah kekuatan menindas dirinya dan ratusan prajurit lainnya, membuat mereka semua tersungkur jatuh dan muntah darah.

"Hanya kecoak saja berani bertingkah, silahkan sampaikan kepada majikan kalian. Jika majikan kalian merasa orang yang hebat, sambutlah kedatanganku dengan kehebatannya. Sekarang aku akan berkunjung ke istananya," ucap Aji Saka. "Cepat sampaikan kepada Raja kalian! Dalam hitungan kesepuluh jika kalian tidak cepat-cepat pergi dari hadapanku. Nyawa kalian akan menjadi jaminannya," tambah Aji Saka tegas.

Tanpa diperintah kedua kalinya, Komandan Kerajaan bersama ratusan prajuritnya, segera pergi meninggalkan Aji Saka yang tersenyum melihat mereka berlari terbirit-birit, menghindari kemarahannya.

Aji Saka melanjutkan perjalanannya lagi berkeliling ibukota, hingga tiba di gerbang Istana Raja.

"Sampaikan kepada Raja kalian, jika Raja kalian tidak keluar dari istana. Akan ku hancurkan istana ini!" Seru Aji Saka memberi peringatan kepada prajurit penjaga istana.

"Siapa kamu, beraninya mengancam kami?" Tanya Komandan Jaga Istana Raja.

"Apakah kamu tuli, tidak bisa mendengar ucapan ku barusan?" Balas Aji Saka balik bertanya.

Tentu saja Komandan Prajurit Istana marah dengan ucapan dari Aji Saka, yang sengaja memprovokasinya.

Komandan prajurit Istana memerintahkan bawahannya untuk menangkap Aji Saka. "Tangkap dia, dan jebloskan kedalam penjara bawah tanah!" Teriaknya.

Para prajurit istana lengkap dengan senjata tombak dan pedang ditangannya masing-masing, serentak menerjang Aji Saka dari berbagai arah.

Aji Saka tersenyum tenang dengan mengerahkan kekuatan Pukulan Gentar Bumi, dia menghantam para prajurit istana.

Duarr.... Duarr.... Duarr....

Beberapa ledakan yang sangat dahsyat menggetarkan bumi hingga membuat Istana berguncang hebat. Dan puluhan prajurit penjaga istana pada terlempar keberbagai arah, tergeletak tidak bernyawa lagi.

Aji Saka terus menghantamkan pukulannya kearah Istana Raja.

"Gentar Bumi!" Aji Saka menggempur Istana Raja yang besar dan megah.

Duarr....Duar.... Duarr.... Bom.... Bom.... Duarr.... Duarr....

Ledakan demi ledakan terus menggema saling bersahutan, menggetarkan seluruh ibukota.

Istana Raja hancur lebur, namun Raja dan para petinggi serta keluarganya tidak berada di istana. Mereka sekarang tengah berada di Puri Kencana, sedang mengadakan pertemuan dengan para pemimpin perguruan beladiri aliran hitam yang merencanakan untuk menyerang seluruh kerajaan kecil.

Puri Kencana juga merupakan tempat tinggalnya Raja dan keluarganya, mereka tidak tinggal di istana. Semua keluarganya tinggal di Puri Kencana, Istana Raja hanya untuk mengelabuhi para musuh-musuhnya yang akan menyerang ke istana. Seperti yang dilakukan oleh Aji Saka, karena ketidaktahuannya dia menggempur Istana Raja yang kosong. Hanya di jaga oleh puluhan prajurit istana, yang sudah dibantai oleh kekuatan pukulan Gentar Bumi.

Pukulan Gentar Bumi yang sangat dahsyat itu, juga mengguncangkan Puri Kencana, membuat pengisi puri berhamburan keluar, menyelamatkan dirinya masing-masing, takut tertimpa bangunan puri yang berguncang hebat.

Bersambung.....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status