Aji Saka memberi kesempatan kepada Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya untuk bertarung dengannya.
"Aku ingin berlatih dengan kalian sampai mati, dan aku akan mengambil seluruh milikku yang kalian ambil. Dan hari ini kalian akan segera menemui dewa kematian!" Seru Aji Saka."Bajingan kamu! Beraninya menghina kami bertiga. Rasakan ini.... Pukulan Sengatan Racun Kalajengking Hitam!" Seru ketua Kalajengking Hitam menerjang Aji Saka."Gentar Bumi!" Balas Aji Saka, sama-sama menerjang dengan hebatnya.Duarr.... Duarr....Dua kekuatan beradu dengan kerasnya, melemparkan tubuh Ketua Kalajengking Hitam ratusan meter, keluar dari arena pertarungan hingga tubuhnya tergeletak di tanah tidak bergerak lagi, dengan tubuhnya bau hangit daging terbakar.Gurunya terkejut mendengar pukulan Gentar Bumi, karena dia mengetahui dari gurunya lagi, tentang seorang tokoh tua yang sudah menghilang ratusan tahun lalu, pemilik pukulan Gentar Bumi."Ada hubungan apa kamu dengan Eyang Gentar Bumi?" Tanya gurunya Rajasa."Oh, kamu mengenal Kakek Guruku rupanya. Baguslah kalau kamu mengenalnya, sekalian kalian berdua juga harus merasakan pukulannya," jawab Aji Saka.Dengan gerakan cepat yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa, Aji Saka menghantam Rajasa dan gurunya."Gentar Bumi!" Seru Aji Saka berteriak menghantam kedua lawannya dengan pukulan intinya.Duarr.... Duarr....Terdengar dua kali ledakan membahana diseputaran arena pertarungan, membuat keduanya terlempar keluar arena, terbanting dengan kerasnya ke tanah hingga keduanya tergeletak tidak bergerak lagi.Pukulan Gentar Bumi benar-benar sangat dahsyat, mampu menggetarkan bumi dengan hebatnya, membuat para penonton sayembara dibuat bergidik ngeri.Semakin tinggi ranah kekuatannya, akan semakin hebat pukulan Gentar Bumi, apalagi dipadukan dengan kekuatan inti petir, akan menghancurkan dan menghanguskan semua yang ada di bumi.Setelah Aji Saka membalaskan dendamnya kepada Ketua Kalajengking Hitam, Rajasa dan gurunya, dia segera mencari seluruh anggota Kalajengking Hitam dan antek-anteknya Rajasa.Tidak ada satu orangpun yang disisakan, semuanya dibantai dengan sadis. Setiap bertemu dengan anggota kelompok Kalajengking Hitam dan antek-anteknya Rajasa, dibunuhnya dengan tidak ada kata ampunan lagi.Keluarga Rajasa semuanya diusir dari Pendopo Rajasa, untuk diberi kesempatan oleh Aji Saka untuk hidup, dan membalaskan dendam di masa depan, sebab dia ingin bertarung dengan anaknya Rajasa yang sombong, karena anak serta ibunya yang telah mempengaruhi Rajasa untuk berbuat tega kepada seluruh keluarga Tirta Atmadja.Dan nama Pendopo Rajasa dikembalikan lagi ke nama asalnya, yaitu Pendopo Tirta Atmadja. Dan seluruh harta kekayaan milik kedua orangtuanya, diambil kembali oleh Aji Saka.Usai melampiaskan semua dendamnya, dan mempercayakan seluruh harta kekayaannya kepada Mang Karta, pelayan setianya Tirta Atmadja sewaktu masih ada. Dia kembali meneruskan perjalanannya, untuk mencari seorang makhluk yang paling hina dan lebih buruk daripada dirinya.Aji Saka meninggalkan Pendopo Tirta Atmadja dengan menunggangi kuda putih besar, milik gurunya Rajasa.Dia terus memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang, menuju kearah Ibukota Tatar Pasundan.Ditengah perjalanan, dia menemukan seekor anjing yang menjijikan, seluruh tubuhnya korengan dan bau busuk menyengat hidung.Anjing itu sangat menderita sekali, jalannya terseok-seok jatuh bangun. Nampaknya hewan yang sangat menjijikan tersebut dalam keadaan sakit parah. Tinggal menunggu ajalnya menjemput.Dalam benak Aji Saka berpikir, apakah makhluk seperti anjing yang dimaksudkan oleh gurunya. Dalam batinnya dia berkata ; "Akhirnya aku menemukan juga makhluk yang lebih buruk dan lebih hina daripada diriku."Seekor anjing yang sedang sakit parah dan bau busuk itu, dia dekati dan terus menerus diamatinya.Lama sekali dia memperhatikan binatang menjijikan itu sambil berpikir ; Apakah makhluk seperti anjing yang dimaksud oleh Eyang Gentar Bumi.Batinnya juga terus berkata ; "Pasti makhluk seperti anjing ini yang dimaksud oleh Kakek Guru, dia lebih hina dan buruk daripada diriku," ucap batin Aji Saka.Namun ketika dia hendak pulang ketempat gurunya, tiba-tiba dia teringat oleh wejangan dari Eyang Gentar Bumi bahwa seekor anjing ketika meninggal, tidak diminta pertanggungjawabannya atas apa yang dilakukannya ketika hidup didunia. Lain dengan manusia, ketika meninggal dunia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya ketika di alam dunia, dan bisa jadi dia yang lebih buruk dan hina daripada seekor anjing.Aji Saka menyadari atas kekeliruannya, tentang apa yang dimaksudkan oleh gurunya, tapi dia masih penasaran, walau jawabannya sudah ada bahwa dirinyalah makhluk yang paling hina dan buruk daripada yang lainnya. Namun karena masih ada waktu yang diberikan oleh gurunya, sekitar lima hari lagi, makanya dia terus mencarinya sambil berpetualang.Kembali dia naik menunggangi kuda putihnya, dan segera memacunya menuju kearah ibukota Tatar Pasundan dengan kecepatan tinggi, agar lebih cepat sampai di Kota Kerajaan Tatar Pasundan.Beberapa waktu kemudian, tampak dari kejauhan sebuah gerbang Ibukota jaraknya sekitar lima ratus meter lagi. Aji Saka memperlambat laju kudanya dan turun dari tunggangannya, ketika tiba di gerbang Ibukota. Dia menuntun kuda putihnya menuju ke penjaga pos pemeriksaan.Usai diperiksa dan membayar biaya masuk ke ibukota, dia melanjutkan perjalanannya lagi dengan menunggangi kudanya berkeliling di Kota Raja, untuk menyelesaikan tugas terakhirnya yaitu mencari seorang makhluk yang paling hina dan lebih buruk daripada dirinya.Disaat Aji Saka berkeliling kota, dia dihadang oleh ratusan prajurit kerajaan karena dianggap sebagai pemberontak, telah membunuh Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya, karena ketiganya merupakan antek-anteknya Raja Tatar Pasundan."Berhenti....! Menyerahlah sebelum kami menindas mu!" Seru komandan prajurit kerajaan."Cobalah kalau kalian mampu," balas Aji Saka sambil duduk santai di atas kudanya."Dasar bajingan pemberontak, rasakan....," belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba sebuah kekuatan menindas dirinya dan ratusan prajurit lainnya, membuat mereka semua tersungkur jatuh dan muntah darah."Hanya kecoak saja berani bertingkah, silahkan sampaikan kepada majikan kalian. Jika majikan kalian merasa orang yang hebat, sambutlah kedatanganku dengan kehebatannya. Sekarang aku akan berkunjung ke istananya," ucap Aji Saka. "Cepat sampaikan kepada Raja kalian! Dalam hitungan kesepuluh jika kalian tidak cepat-cepat pergi dari hadapanku. Nyawa kalian akan menjadi jaminannya," tambah Aji Saka tegas.Tanpa diperintah kedua kalinya, Komandan Kerajaan bersama ratusan prajuritnya, segera pergi meninggalkan Aji Saka yang tersenyum melihat mereka berlari terbirit-birit, menghindari kemarahannya.Aji Saka melanjutkan perjalanannya lagi berkeliling ibukota, hingga tiba di gerbang Istana Raja."Sampaikan kepada Raja kalian, jika Raja kalian tidak keluar dari istana. Akan ku hancurkan istana ini!" Seru Aji Saka memberi peringatan kepada prajurit penjaga istana."Siapa kamu, beraninya mengancam kami?" Tanya Komandan Jaga Istana Raja."Apakah kamu tuli, tidak bisa mendengar ucapan ku barusan?" Balas Aji Saka balik bertanya.Tentu saja Komandan Prajurit Istana marah dengan ucapan dari Aji Saka, yang sengaja memprovokasinya.Komandan prajurit Istana memerintahkan bawahannya untuk menangkap Aji Saka. "Tangkap dia, dan jebloskan kedalam penjara bawah tanah!" Teriaknya.Para prajurit istana lengkap dengan senjata tombak dan pedang ditangannya masing-masing, serentak menerjang Aji Saka dari berbagai arah.Aji Saka tersenyum tenang dengan mengerahkan kekuatan Pukulan Gentar Bumi, dia menghantam para prajurit istana.Duarr.... Duarr.... Duarr....Beberapa ledakan yang sangat dahsyat menggetarkan bumi hingga membuat Istana berguncang hebat. Dan puluhan prajurit penjaga istana pada terlempar keberbagai arah, tergeletak tidak bernyawa lagi.Aji Saka terus menghantamkan pukulannya kearah Istana Raja."Gentar Bumi!" Aji Saka menggempur Istana Raja yang besar dan megah.Duarr....Duar.... Duarr.... Bom.... Bom.... Duarr.... Duarr....Ledakan demi ledakan terus menggema saling bersahutan, menggetarkan seluruh ibukota.Istana Raja hancur lebur, namun Raja dan para petinggi serta keluarganya tidak berada di istana. Mereka sekarang tengah berada di Puri Kencana, sedang mengadakan pertemuan dengan para pemimpin perguruan beladiri aliran hitam yang merencanakan untuk menyerang seluruh kerajaan kecil.Puri Kencana juga merupakan tempat tinggalnya Raja dan keluarganya, mereka tidak tinggal di istana. Semua keluarganya tinggal di Puri Kencana, Istana Raja hanya untuk mengelabuhi para musuh-musuhnya yang akan menyerang ke istana. Seperti yang dilakukan oleh Aji Saka, karena ketidaktahuannya dia menggempur Istana Raja yang kosong. Hanya di jaga oleh puluhan prajurit istana, yang sudah dibantai oleh kekuatan pukulan Gentar Bumi.Pukulan Gentar Bumi yang sangat dahsyat itu, juga mengguncangkan Puri Kencana, membuat pengisi puri berhamburan keluar, menyelamatkan dirinya masing-masing, takut tertimpa bangunan puri yang berguncang hebat.Bersambung.....Semua orang yang berada didalam Puri Kencana termasuk Raja Gandra Seta beserta keluarga, para petinggi dan para pemimpin aliran hitam, berhamburan keluar dari dalam Puri, karena guncangan yang sangat hebat, dan bangunan Puri pada retak, sebagian tiang-tiangnya ada yang patah.Puri Kencana yang kokoh dan megah, kini posisinya miring kesebelah kiri, hampir roboh kalau tidak tertahan oleh beberapa tiang penyangganya.Raja yang melihat kejadian itu sangat bingung karena tidak tau apa yang sebenarnya telah terjadi.Tiba-tiba seorang prajurit tergopoh-gopoh menghampiri Raja Gandra Seta, melaporkan kejadian seorang kultivator muda merobohkan istana, dengan pukulan yang sangat mengerikan.Tentu saja Raja Gandra Seta, selain dirinya kaget, juga sangat marah mendengar laporan istananya dihancurkan."Panglima Cundra, tangkap pemuda itu, dan bawa kepalanya kemari!" Seru Raja Gandra Seta memberikan perintah kepada bawahannya."Baik Yang Mulia Raja. Titah Yang Mulia akan segera kami laksanakan," ja
Malam harinya, Aji Saka tiba di lereng Gunung Guntur. Sejenak dia istirahat terlebih dahulu disebuah saung, yang terbuat dari bambu hitam dan bambu kuning. Saung ini tidak jauh dari Perguruan Beladiri Gentar Bumi, biasanya para murid perguruan yang baru pulang menjalankan misi dari gurunya, bila kemalaman tiba di lereng gunung, mereka istirahat dulu semalaman di saung, baru pagi harinya kembali melanjutkan perjalanannya ke Perguruan Gentar Bumi.Seperti malam ini, Aji Saka bermalam sendirian di saung bambu. Udara dingin sudah tidak terasa lagi olehnya, selain sudah biasa tinggal dipuncak gunung, dia juga memiliki sebuah kekuatan mistis didalam tubuhnya, karena dengan sendirinya tubuh Aji Saka bisa menyesuaikan dengan berbagai kondisi alam dan cuaca buruk sekalipun.Tak lama berselang, tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang perempuan yang meminta pertolongan. Pendengarannya semakin dipertajam, dengan menyalurkan kekuatan kedalam telinganya. Setelah jelas sumber suara yang minta pert
Eyang Gentar Bumi menyusuri lorong rahasia, diikuti oleh Aji Saka dan Juminten, menuruni anak tangga menuju kesebuah tempat didalam lembah.Didalam lembah yang ditutupi oleh pepohonan yang rimbun, ada dua buah kolam berwarna putih kebiruan dan berwarna kuning keemasan. Kedua kolam itu jika masih ada keturunan dengan leluhur pembuat kolam, akan menerimanya untuk berendam dan mampu bertahan lebih dari satu bulan.Aji Saka dan Juminten, oleh Eyang Gentar Bumi diperintahkan untuk berendam di kedua kolam berwarna.Keduanya masuk kedalam kolam pertama, yaitu kolam yang mengandung kekuatan petir. Posisi mereka berdua saling membelakangi, dengan sikap lotus keduanya khusyuk melakukan kultivasi, sambil berendam didalam kolam berwarna putih kebiruan.Ada rasa panas seperti sengatan aliran listrik tegangan tinggi, menjalar ke seluruh tubuhnya.Argh.... Aahhh.... Uuhhh.... Iihhh....Keduanya mengerang merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya, ketika sengatan energi Petir terus menjalar. Keduanya b
"Sekarang sudah saatnya untuk membunuh seluruh kultivator terkuat, agar kita cepat menguasai seluruh kerajaan di Nusantara!" Seru Raja Giling Weusi merasa yakin rencananya bakal berhasil. "Panglima, segera mulai rencana pertama untuk membunuh mereka. Biar mereka saling membunuh di arena pemilihan adu jago. Nanti para pemenangnya masuk kedalam rencana kedua, mereka undang ke istana untuk menyantap hidangan yang sudah ditaburi racun. Dan rencana ketiga, untuk menghilangkan jejak, semua mayat para pemenang buang ketengah laut, agar menjadi santapan hewan-hewan laut," tambah Raja Giling Weusi panjang lebar.Panglima Kerajaan Giling Weusi melaksanakan titah rajanya, dia bersama para petinggi kerajaan akan memulai pemilihan adu jago, yang sudah dipersiapkan dari enam bulan lalu, dengan mengundang seluruh Raja dan petinggi se-nusantara. Sekarang mereka tinggal memulainya, menjalankan rencana pertama dari Raja Giling Weusi.Para peserta Pemilihan Jago sudah berdatangan, memadati arena pertaru
Di Pendopo Perguruan Beladiri Bangau Putih, Aji Saka, Juminten, Layang Seta dan Layang Kumitir, dijamu oleh dua orang tokoh tua aliran putih, Eyang Pertala dan Eyang Dharmala, sebagai tuan rumah pemilik dan pendiri perguruan.Dua tokoh tua itu, hampir seumuran dengan Eyang Gentar Bumi, yang telah kembali ke Alam Dewa. Dan keduanya, masih sahabatnya Eyang Gentar Bumi."Silahkan dinikmati jamuannya. Hanya segini adanya," ucap Eyang Pertala." Terimakasih, Pak Tua," balas Aji Saka."Anak muda, apakah anak muda ini muridnya sahabatku, Gentar Bumi?" Tanya Eyang Dharmala, pura-pura tidak tau.Aji Saka, Juminten, layang Seta dan Layang Kumitir, menatap dua tokoh tua sambil menganggukkan kepalanya berbarengan."Benar Pak Tua. Apakah Pak Tua ini juga para Dewa, yang turun ke Alam Bumi?" Jawab Aji Saka, balik bertanya."Oh, kalian semua sudah tau tentang asal usul Gentar Bumi?" Tanya Eyang Pertala."Kami sudah diberi tau, Pak Tua," jawab Aji Saka."Syukurlah, kalau kalian sudah diberi tau, bera
Aji Saka dan Juminten memacu kudanya kearah pesisir pantai selatan, hendak menuju ke Ibukota Kerajaan Nusantara. Namun dipertengahan jalan, keduanya dihadang oleh kelompok begal yang selalu beroperasi di wilayah selatan.Kelompok begal yang terdiri dari seratus orang lebih, mengepung Aji Saka dan Juminten dari berbagai arah. Mereka siap menerjang sepasang kekasih ini, yang duduk tenang dipunggung kuda putihnya."Cepat serahkan kedua kuda dan koin emas milik kalian, jika kalian ingin selamat!" Seru pemimpin begal mengancam Aji Saka dan Juminten."Ambillah jika kalian mampu," balas Aji Saka."Bajingan kamu! Beraninya menentang ketua kami!" Teriak salah seorang anggota kelompok begal."Oh, kalian ingin menghadap Dewa Kematian! Baiklah, silahkan kalian maju, jika kalian ingin merasakan panasnya api neraka!" Aji Saka berseru memprovokasi mereka."Kurang ajar kamu! Ayo serang keduanya!" Seru pemimpin begal, berteriak memerintahkan bawahannya untuk menerjang Aji Saka dan Juminten.Kali ini,
Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom....Terdengar lagi suara teredam dari dalam tubuh Pendekar Aji Saka dan Juminten sebanyak enam kali, walaupun keduanya masih belum sadar, namun kekuatan yang disalurkan oleh Dewa Agung Nirkala, dengan dibantu oleh kekuatan ribuan cahaya dan cahaya pelangi yang melindungi tubuhnya, telah membuat keduanya naik tingkat secara gila-gilaan.Kini ranah kekuatan keduanya meningkat secara drastis, ranah kultivasi keduanya sudah mencapai tingkat Dewa Agung, dari semula berada ditingkat Dewa Putih, naik enam tingkat melewati Maha Dewa Putih, benar-benar suatu keberuntungan yang sangat besar bagi keduanya.Ranah kekuatan kultivasi Aji Saka, sekarang sudah berada ditingkat Dewa Agung Tahap Puncak, sementara Juminten ranah kekuatannya sudah mencapai tingkat Dewa Agung Tahap Menengah. Dan sekarang keduanya sudah bisa masuk ke Alam Dewa, jika keduanya ingin cepat-cepat berkunjung ke alam yang lebih tinggi lagi.Begitu pula dengan kekuatan kedua kuda putihn
Sepasang kultivator yang tampang dan cantik, Aji Saka dan Juminten, setelah menaikan ranah kekuatannya ketingkat lebih tinggi, keduanya lantas mempelajari kitab-kitab kuno.Aji Saka mempelajari kitab Merobek Ruang dan Waktu, kitab cara memasuki Alam Dewa Nirwana, dan kitab jurus Dewa Petir dari mulai jurus Petir Menyambar Lawan, Pukulan Tapak Dewa Petir, Tendangan Bayangan Dewa Petir, dan Cambuk Dewa Petir Menghancurkan Musuh.Sedangkan Juminten, selain ia mempelajari Jurus kitab Dewa Petir, ia juga mempelajari kitab jurus Dewa Petir Membelah Gunung. Keduanya khusuk berlatih dengan jurus-jurus yang baru dipelajarinya.Duarr.... Duarr.... Siuutt.... Ceter.... Ceter....Terdengar suara ledakan pukulan Gentar Bumi, yang dipadukan dengan kekuatan pukulan Tapak Dewa Petir, membahana disekitar kawasan pegunungan batu, disusul dengan suara cambuk petir, yang menghancurkan batu-batu besar, dan memekakkan telinga dengan suara cambuknya yang sangat nyaring.Keduanya sangat bersemangat, hingga A
Kekuatan Sepasang Kultivator Tangguh dan Mawar, sekarang sudah melampaui kekuatan Alam Dewa Nirwana. Dan mereka selayaknya naik ketingkat lebih atas lagi, yaitu Alam Dewa Cahaya Lapisan Pertama, karena didalam tubuh mereka sekarang, sudah bersemayam jutaan cahaya yang menyilaukan pandangan mata musuh-musuhnya, jika mereka dan kedua kudanya sedang marah, akan terpancar cahaya yang menyilaukan dari dalam tubuh mereka.Aji Saka, Juminten dan Mawar terus memacu kudanya mendaki Golden Mountain, melalui jalan setapak yang biasa dilewati oleh bintang buas. Mereka sengaja tidak terbang, karena mereka ingin memburu binatang buas, untuk dipanggang dipuncak Golden Mountain.Namun yang mereka temukan adalah segerombolan Golden Tiger, menghadang perjalanan sepasang pemilik Pedang Dewa Petir dan Mawar. Raja Golden Tiger dengan memakai mahkota dan mengenakan jubah kebesarannya, serta memegang sebuah tongkat emas, berdiri dengan gagah menatap rombongan Aji Saka penuh selidik."Kalian sudah berani mem
Aji Saka, Juminten dan Mawar, memacu lari kudanya dengan kencang, menuju kearah perbatasan kota Banjar Sagara, di pesisir pantai Sagara. Mawar ingin segera melampiaskan dendam kepada paman tirinya, yang menghancurkan seluruh keluarganya.Waktu pun tak terasa, mereka sudah sampai diperbatasan kota, rumah keluarga Mawar berada dijalan perbatasan, yang mengarah ke Kota Banjar Sagara, yang kini dikuasai oleh keluarga dari paman tirinya.Kuda sepasang pemilik Pedang Dewa Petir, yang ditunggangi oleh Aji Saka, Juminten dan Mawar, menerobos masuk kedalam halaman rumah besar, menubruk para penjaga pos yang menghadangnya, hingga membuat mereka terpental selain terkena kaki kuda yang melayang di atas tanah, juga terkena sambaran lidah petir dari telapak tangan Juminten.Para penjaga pos tidak berdaya, setelah terkena sambaran lidah petir, sebagian tubuhnya hangus, dan langsung tergeletak di tanah tidak bergerak lagi.Aji Saka, Juminten dan Mawar, loncat dari kuda yang ditungganginya, mereka ber
Sepasang Kultivator Tangguh, Aji Saka dan Juminten memberitahu semua penduduk Perkampungan Angsana, bahwa semua makhluk iblis itu sudah musnah, dan mereka sekarang telah aman, tidak akan ada yang mengganggunya.Semua warga Angsana setelah diberi penjelasan oleh Aji Saka dan Juminten, baru mereka merasa tenang, dan berani keluar dari rumahnya.Mereka berkumpul di Pendopo Angsana, untuk melaksanakan tugas ronda. Sedangkan Aji Saka dan Juminten, beristirahat disebuah kamar khusus untuk tamu, didalam pendopo yang dijaga oleh petugas keamanan Kampung.Juminten tidur bersama Aji Saka, kepala Juminten di atas dada bidang sebelah kanan Aji Saka, sambil tangan Aji Saka membelai rambut Juminten dengan penuh kasih sayang.Belaian tangannya terus menuju ke depan dada Juminten, dan memegang sebuah tonjolan daging yang empuk dan kenyal. Juminten sempat menggelinjang, merasakan geli tapi ada suatu kenikmatan menjalar ke seluruh jiwanya.Juminten membiarkan tangan nakal Aji Saka meremas-remas buah da
Kabar Sepasang Kultivator Tangguh menghancurkan Kerajaan Iblis Serigala Merah, dan membunuh Raja Iblis beserta seluruh prajuritnya, tersebar begitu cepat ke seluruh Alam Dewa Nirwana, hingga sampai ke telinga Penguasa Wilayah Timur, Tuan Radjasaka dan ke beberapa pelindungnya termasuk Dewa Agung Niskala dan Dewa Agung Nirkala.Penguasa Alam Dewa wilayah timur, mengadakan pertemuan dengan seluruh Dewa Agung, untuk membahas peristiwa hancurnya Kerajaan Iblis Serigala Merah, yang menguasai Alam Dewa wilayah barat."Yang Mulia Dewa Agung Niskala, bukankah Sepasang Pedang Dewa Petir itu sudah menghilang ratusan tahun lalu? Dan kenapa sekarang muncul lagi, bahkan pemiliknya adalah sepasang muda-mudi?" Tanya Tuan Radjasaka penasaran."Iya memang, sudah ratusan tahun sepasang Pedang Dewa Petir itu menghilang dari Alam Dewa, tapi pemiliknya yang sekarang, adalah reinkarnasinya Anak dan menantuku, yang kekuatannya lebih tinggi dari anak mantuku sebelumnya. Ranah kekuatannya yang sekarang, berad
Goa disebelah barat danau hutan larangan, kini dijadikan markas sementara oleh Aji Saka. Didalam Goa sudah ditata sedemikian rupa, lorong-lorongnya dibersihkan dari rumput, sampah dan bebatuan yang pada menonjol. Begitu pula dengan ruangannya yang cukup besar, dijadikan ruang pertemuan dan tempat istirahat.Semakin hari semakin bertambah penghuninya, karena Aji Saka dan Juminten, dibantu oleh ketujuh pengikutnya, kerapkali selalu membawa orang-orang yang menjadi buronan iblis untuk berlindung didalam Goa, hingga lima bulan sudah terkumpul seribu orang lebih, dan semuanya para pekerja pertambangan yang diselamatkan oleh Aji Saka dan Juminten dari kejaran pasukan iblis.Didepan Goa, sudah dibangun ratusan rumah dan pendopo, yang terbuat dari kayu jati. Rumah-rumah tersebut berjejer rapih, mengelilingi sebuah pendopo dan disetiap sudut perkampungan baru, ada pos penjagaan.Aji Saka memberi nama perkampungan itu dengan nama Cakra Manggala, sebuah perkampungan baru disebelah barat danau hu
Pemilik Sepasang Pedang Dewa Petir, Aji Saka dan Juminten, melesat dengan cepat kearah ratusan prajurit Serigala Merah, dengan menyabetkan pedang Dewa Petir memenggal leher-leher mereka, sehingga ratusan kepala mereka terpisah dari tubuhnya, dan jatuh kedalam hutan.Dari enam ratus prajurit Serigala Merah, kini tinggal empat ratus prajurit lagi. Dan keempat ratus itu juga, menjadi sasaran empuk pedang Dewa Petir, yang dengan cepat memenggal leher para prajurit iblis, sehingga tidak bisa dilihat oleh mata mereka.Ratusan kepala lagi terlepas dari tubuhnya, dan jatuh bersama potongan tubuhnya kedalam hutan, biar menjadi santapan hewan-hewan buas.Kini tinggal dua ratus prajurit Serigala Merah, yang hendak meloloskan diri dari amukan pedang Dewa Petir. Namun Aji Saka dan Juminten bertindak cepat, menghantam mereka dengan pukulan Gentar Bumi dan Cambuk Petir, sehingga tubuh mereka hancur menjadi debu, dan sisanya hangus tersambar Cambuk Petir.Usai membereskan seluruh prajurit iblis denga
Aji Saka dan Juminten, setelah berada didalam hutan gelap, dengan menunggangi kuda putihnya, keduanya ingin segera naik ke Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar, dengan cara merobek ruang dan waktu yang telah mereka sempurnakan dari kitab kuno cara masuk ke Alam Dewa.Aji Saka mengerahkan kekuatannya, untuk merobek sebuah ruang dan waktu. Dengan kedua tangannya dibantu oleh Juminten, dia mengarahkan kedua tangannya ke depan, lurus dengan dirinya untuk merobek dan membuka Alam Dewa Nirwana.Pertama kali dia mencoba membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Tetapi kalau dia sudah terbiasa, dengan kekuatannya yang begitu tinggi, paling cepat sekitar tiga puluh detik bisa merobek dan membuka Alam Dewa.Setelah Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar terbuka, Aji Saka bersama Juminten bergegas masuk ke Alam Dewa Nirwana membawa kedua kuda putihnya.Keduanya muncul disebuah tempat yang sangat asing bagi dirinya, dipinggir sebuah danau ditengah hutan yang sangat lebat, penuh dengan pepohonan dan semak b
Setelah Aji Saka dan Juminten membersihkan dirinya masing-masing, mereka berdua tiduran sambil berpelukan. Tangan Aji Saka mengelus-elus daerah sensitifnya Juminten, dengan penuh kasih sayang, membuat Juminten mendesah merasakan gejolak jiwanya membara. Ada suatu kenikmatan dan kehangatan didalam jiwanya yang menggelora, seakan ingin segera merasakan apa yang menjadi impiannya. Bercinta dengan sepuas-puasnya, tapi niat itu diurungkan, karena keduanya masih saling menjaga agar tidak sampai kebablasan sebelum mereka resmi menjadi suami istri.Akhirnya keduanya tertidur dengan pulasnya, karena mereka merasakan lelah dan capek.Esok harinya, keduanya sudah pada keluar dari penginapan. Mereka melanjutkan perjalanannya lagi menuju kearah Ibukota, memacu kudanya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Tuan Kota dan Jenderal Kartiwa, yang telah menyaksikan peristiwa mengerikan itu, berniat mengunjungi Ibukota untuk melaporkan peristiwa di kotanya, sebelum keduanya menerima hukuman dari Penguasa Ke
Perjalanan Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, menuju ibukota Nusantara, banyak mengalami hambatan. Terutama dari para begundal penjahat yang terus berkembang bertambah banyak, seakan dibiarkan oleh pihak kerajaan, sehingga Aji Saka terus berpikir jauh ke depan, untuk membuat rasa aman dan nyaman bagi penduduk di wilayah kerajaan Nusantara, dia harus membentuk pasukan keamanan khusus, yang nantinya ditempatkan di wilayah paling rawan, dan paling banyak terjadi perampokan."Setelah selesai membangun Ibukota Kerajaan Nusantara, aku akan segera membentuk pasukan khusus keamanan, untuk mengamankan seluruh wilayah Nusantara, dari gangguan para penjahat," ucap Aji Saka didalam batinnya, sambil terus memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang, berdampingan dengan kuda putih yang ditunggangi oleh Juminten.Waktu pun tak terasa, menjelang magrib mereka berdua sampai disebuah kota besar. Kota Bungbulang, sebuah kota masih dibawah kekuasaan Kerajaan Nusantara.Tampak didepan gerbang masu