Aji Saka terus berjalan memasuki kota Tirta Kencana, sebuah kota yang sejuk dikawasan Tatar Pasundan, dan selalu ramai dikunjungi oleh para pendatang. Dia berniat mencari sebuah rumah makan sekedar untuk mencari informasi dari sesama pengunjung, tentang markas kelompok Kalajengking Hitam dan tempat tinggal adik tiri ayahnya yang sudah tega membantai seluruh keluarganya.
Aji Saka duduk disudut sebelah kiri ruangan rumah makan, menikmati makanan sate daging hewan buas, sambil terus mendengarkan obrolan dari para pengunjung lainnya.Sesekali dia melirik ke para pengunjung rumah makan, yang tengah pada membicarakan akan adanya sayembara adu jago di alun-alun kota."Sebentar lagi akan segera dibuka sayembara adu jago oleh Tuan Rajasa," ucap salah seorang pengunjung rumah makan.Deg.... hati Aji Saka terkejut karena yang mereka sebut itu adalah paman tirinya, yang telah membayar kelompok Kalajengking Hitam untuk membantai seluruh keluarganya.Pendengarannya semakin dipertajam lagi dengan menyalurkan kekuatan kedalam telinganya, agar lebih jelas dapat mendengar percakapan mereka."Kapan dimulainya? Apakah Kalajengking Hitam ikut sayembara?" Tanya salah seorang pengunjung rumah makan."Besok pagi sudah dimulai sayembaranya, hadiahnya akan diangkat menjadi mantu Tuan Rajasa," balasnya. "Ketua Kalajengking Hitam akan menjadi jagonya, siapa yang bisa mengalahkan ketua Kalajengking Hitam, dialah pemenangnya," tambahnya lagi."Kalian mau pada ikut sayembara?""Siapa yang berani melawan Ketua Kalajengking Hitam? Semua orang sudah pada tau, selain dia kejam dan sadis, ranah kekuatannya sudah di tahap Pendekar Dewa," jawab salah seorang pengunjung rumah makan yang sudah tau persis tentang ketua Kalajengking Hitam."Kok kamu tau?""Aku masih saudara sepupunya Ketua Kalajengking Hitam, walau sebenarnya aku sendiri tidak sependapat dengan dia, tapi aku tidak punya kekuatan untuk melawannya, sehingga apapun yang dia lakukan aku tidak bisa berbuat apa-apa," balasnya.Aji Saka mendengar penjelasan dari mereka, hatinya sangat senang. Dia merencanakan akan mengikuti sayembara adu jago besok pagi, untuk membalaskan dendam kedua orangtua dan saudara-saudaranya, yang telah dihabisi oleh kelompok Kalajengking Hitam, atas suruhan dari Rajasa, paman tirinya.Tuan Rajasa yang berkuasa di Kota Tirta Kencana, sebuah kota dibawah kekuasaan Raja Tatar Pasundan, kekuatannya sama dengan ketua Kalajengking Hitam, sama-sama berada ditingkat Pendekar Dewa tahap awal, sedangkan ranah kekuatan Aji Saka sudah berada ditingkat Pendekar Dewa Bumi tahap puncak."Aku akan menghabisi nyawa mereka semua, agar kedua orangtua dan saudara-saudaraku, tenang di alam sana," ucap batin Aji Saka, bergegas dia keluar dari rumah makan setelah membayar makanan dan minuman yang dinikmatinya.Dia kembali ke pinggiran hutan, dan terus masuk kedalamnya untuk berlatih meningkatkan kemampuan bertarungnya. Walaupun ranah kekuatannya sudah melebihi kekuatan di Kota Tirta Kencana, namun dia terus berlatih untuk meningkatkan kekuatan kultivasinya ketingkat yang lebih tinggi lagi.Ranah kekuatan para Kultivator di Kota Tirta Kencana paling tinggi berada ditingkat Pendekar Dewa tahap puncak, itupun hanya baru satu orang yang sudah mencapai ke tahap puncak, yaitu gurunya Tuan Rajasa dan Ketua Kalajengking Hitam.Mereka berdua teman seperguruan, makanya di Kota Tirta Kencana sudah tidak ada lagi yang mampu menandingi mereka, apalagi didukung oleh gurunya yang kekuatannya paling tinggi di wilayah Kota Tirta Kencana.Tingkatan Ranah Kekuatan Kultivasi di Tatar Pasundan sebagai berikut :1. Pendekar Pemula awal, menengah dan puncak.2. Pendekar Prajurit awal, menengah dan puncak.3. Pendekar Perwira awal, menengah dan puncak.4. Pendekar Jenderal awal, menengah dan puncak.5. Pendekar Raja awal, menengah dan puncak.6. Pendekar Kaisar awal, menengah dan puncak.7. Pendekar Pertapa awal, menengah dan puncak.8. Pendekar Spiritual awal, menengah dan puncak.9. Pendekar Dewa awal, menengah dan puncak.10. Pendekar Dewa Bumi Tahap Awal, Menengah dan Tahap Puncak.11. Pendekar Dewa Langit Tahap Awal, Menengah dan Tahap Puncak.12. Pendekar Dewa Surga Tahap Awal, Menengah dan Tahap Puncak.Untuk meningkatkan ranah kekuatan di Tatar Pasundan, sangat sukar sekali, selain harus didukung oleh berbagai sumberdaya tingkat tinggi, juga harus rajin berlatih dan berkultivasi.Di Tatar Pasundan semua Kultivator setelah keluar dari perguruan beladiri, untuk meningkatkan ranah kekuatannya, dia melakukan latihannya didalam hutan, di gunung, dipesisir pantai, atau di sungai yang airnya deras.Seperti yang dilakukan oleh Aji Saka, dia masuk kedalam hutan hanya untuk meningkatkan ranah kekuatan kultivasinya, dan meningkatkan kemampuan bertarungnya.Aji Saka terus berlatih dan berlatih, karena ada satu keinginan untuk menguasai seluruh alam. Dia ingin membasmi para iblis yang bersekutu dengan Raja-raja yang berbuat dholim terhadap rakyatnya, dan menumpas para kultivator aliran hitam yang selalu merampok, menindas dan menculik gadis-gadis cantik.Tak mengenal lelah dan waktu, selain melatih fisiknya untuk lebih kuat lagi, dia juga mengolah rasa dan jiwa didalam dirinya, serta meningkatkan kekuatan batin dan tenaga intinya, dengan terus menerus berlatih kultivasi dan kemampuan bertarungnya.Beberapa waktu berjalan, sebelum pajar menyingsing diupuk timur, dia sudah selesai menjalani semua latihan, dan segera menstabilkan pondasi kultivasinya agar tetap kuat dan tidak goyah.Kini ranah kekuatan kultivasi Aji Saka, naik satu tingkat dari semula Pendekar Dewa Bumi tahap puncak, sekarang sudah mencapai Pendekar Dewa Langit tahap awal. Namun untuk menguasai seluruh Tatar Pasundan, dia masih harus meningkatkan kekuatannya lagi, karena kekuatan Raja di Tatar Pasundan, ranah kekuatan kultivasinya sudah mencapai Pendekar Langit Tahap Puncak. Maka dia harus berusaha menembus Pendekar Dewa Surga Tahap Awal, Menengah atau Puncak.Dia berdiri dari sikap lotusnya, dan beranjak meninggalkan tempat latihan untuk mencari sebuah sungai.Aji Saka terus berjalan menyusuri jalanan setapak bekas dilalui hewan buas, menuju kearah sungai dipinggiran hutan.Tak seberapa lama, dia sudah sampai disebuah sungai yang airnya jernih, tak jauh dari jalanan dipinggiran hutan. Dia bergegas melepas pakaiannya untuk membersihkan dirinya yang sudah lengket dengan keringat bercampur debu.Beberapa menit kemudian, Aji Saka segera beranjak dari sungai dan mengganti pakaiannya yang diambil dari sebuah buntalan, yang selalu dibawa kemanapun dia pergi.Usai semua yang dia lakukan, dia segera melesat loncat dari pohon ke pohon layaknya seperti seekor kera bergelantungan di dahan pohon, dengan kecepatan yang luar biasa.Tak memerlukan waktu yang lama, dia sudah sampai di pinggiran kota. Dan bergegas menuju ke Pendopo Rajasa untuk mengikuti adu jago.Di arena pertarungan adu jago sudah ramai oleh penonton. Namun satu orangpun tidak ada yang berani masuk kedalam arena, karena semua warga Kota Tirta Kencana sudah mengetahui jagonya, yaitu Ketua Kalajengking Hitam yang sadis dan kejam."Ayo, siapa diantara kalian yang ingin mencoba melawan Ketua Kalajengking Hitam, sebagai jagonya diarena sayembara!" Seru ketua pelaksana acara sayembara berteriak memanggil para petarung adu jago.Semua penonton diarena adu jago satu orangpun tidak ada yang berani menantang jagonya sayembara. Jangankan untuk melawannya, baru melihat goloknya yang mengandung racun kalajengking hitam, semua penonton nyalinya sudah ciut."Ayo, siapa yang berani menantang jagonya. Silahkan naik ke arena!" Seru ketua pelaksana adu jago, berteriak lagi memanggil para penantangnya.Tiba-tiba dengan gerakan cepat yang tidak dilihat oleh mata biasa, di atas arena muncul seorang pria berumur dua puluh lima tahun. Dia dengan kekuatan mistis matanya menatap ketua Kalajengking Hitam, menindasnya dengan aura kekuatan Pendekar Dewa Langit tahap awal. Tentu saja Ketua Kalajengking Hitam dan ketua pelaksana sayembara tersungkur jatuh dan muntah darah.Tidak hanya sampai disitu, dia juga mengarahkan aura kekuatannya kepada Rajasa dan gurunya, yang duduk berdampingan dengan paman tiri Aji Saka, sehingga keduanya langsung tersungkur muntah darah dan terus ditindas oleh kekuatan dari seorang pria bujangan.Belum sempat mereka bangkit, Aji Saka loncat kearah Rajasa dan gurunya, keduanya dicengkeram bajunya dan dibawa ke arena pertarungan, disatukan dengan Ketua Kalajengking Hitam."Ayo kalian bertiga, hadapi aku, kalau nyali kalian benar-benar bukan pecundang!" Teriak Aji Saka menggema diseputar arena pertarungan."Siapa kamu, beraninya berbuat kurang ajar kepada kami?" Tanya gurunya Rajasa dan Ketua Kalajengking Hitam."Aku anaknya Tirta Prawira Atmadja, yang kalian bantai sepuluh tahun lalu. Dan sekarang aku akan mengambil jantung kalian, untuk dipersembahkan kepada orang-orang yang kalian bunuh, agar arwahnya tenang di alam sana," ucap Aji Saka panjang lebar."Bu.... Bukankah ka.... kamu sudah mati dibuang ke jurang?" Tanya Ketua Kalajengking Hitam terkejut dengan kemunculan Aji Saka."Ya, aku memang dibuang kedalam jurang, dengan tubuhku penuh luka tebasan pedang. Tapi takdir berkata lain, aku masih hidup hingga sekarang, dan sekarang aku datang kemari untuk mencabut nyawa kalian!" Seru Aji Saka, suaranya menggema mengandung kekuatan mistis hingga merontokkan jantung mereka.Semua penonton yang berada diarena sayembara, terkejut begitu mendengar ucapan Aji Saka, karena mereka semua tidak menyangkanya bahwa yang membantai keluarga Tirta Prawira Atmadja, adalah Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya.Selama sepuluh tahun, penduduk di Kota Tirta Kencana dibohongi oleh mereka. Ketiganya waktu itu mengatakan kepada penduduk Tirta Kencana, bahwa Tirta Atmadja dibunuh oleh perampok, dan waktu itu mereka mengadakan sayembara, siapa yang bisa menangkap pembunuh Tirta Atmadja, akan diberikan hadiah sekantong koin emas. Ternyata mereka sendiri pembunuhnya."Bunuh....! Bunuh....! Bunuh....!" Teriak penonton sayembara serempak, menyuruh Aji Saka untuk membunuh Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya, karena ketiganya sangat dholim dan kejam.Bersambung...Aji Saka memberi kesempatan kepada Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya untuk bertarung dengannya."Aku ingin berlatih dengan kalian sampai mati, dan aku akan mengambil seluruh milikku yang kalian ambil. Dan hari ini kalian akan segera menemui dewa kematian!" Seru Aji Saka."Bajingan kamu! Beraninya menghina kami bertiga. Rasakan ini.... Pukulan Sengatan Racun Kalajengking Hitam!" Seru ketua Kalajengking Hitam menerjang Aji Saka."Gentar Bumi!" Balas Aji Saka, sama-sama menerjang dengan hebatnya.Duarr.... Duarr....Dua kekuatan beradu dengan kerasnya, melemparkan tubuh Ketua Kalajengking Hitam ratusan meter, keluar dari arena pertarungan hingga tubuhnya tergeletak di tanah tidak bergerak lagi, dengan tubuhnya bau hangit daging terbakar.Gurunya terkejut mendengar pukulan Gentar Bumi, karena dia mengetahui dari gurunya lagi, tentang seorang tokoh tua yang sudah menghilang ratusan tahun lalu, pemilik pukulan Gentar Bumi."Ada hubungan apa kamu dengan Eyang Gentar Bumi?" Tanya g
Semua orang yang berada didalam Puri Kencana termasuk Raja Gandra Seta beserta keluarga, para petinggi dan para pemimpin aliran hitam, berhamburan keluar dari dalam Puri, karena guncangan yang sangat hebat, dan bangunan Puri pada retak, sebagian tiang-tiangnya ada yang patah.Puri Kencana yang kokoh dan megah, kini posisinya miring kesebelah kiri, hampir roboh kalau tidak tertahan oleh beberapa tiang penyangganya.Raja yang melihat kejadian itu sangat bingung karena tidak tau apa yang sebenarnya telah terjadi.Tiba-tiba seorang prajurit tergopoh-gopoh menghampiri Raja Gandra Seta, melaporkan kejadian seorang kultivator muda merobohkan istana, dengan pukulan yang sangat mengerikan.Tentu saja Raja Gandra Seta, selain dirinya kaget, juga sangat marah mendengar laporan istananya dihancurkan."Panglima Cundra, tangkap pemuda itu, dan bawa kepalanya kemari!" Seru Raja Gandra Seta memberikan perintah kepada bawahannya."Baik Yang Mulia Raja. Titah Yang Mulia akan segera kami laksanakan," ja
Malam harinya, Aji Saka tiba di lereng Gunung Guntur. Sejenak dia istirahat terlebih dahulu disebuah saung, yang terbuat dari bambu hitam dan bambu kuning. Saung ini tidak jauh dari Perguruan Beladiri Gentar Bumi, biasanya para murid perguruan yang baru pulang menjalankan misi dari gurunya, bila kemalaman tiba di lereng gunung, mereka istirahat dulu semalaman di saung, baru pagi harinya kembali melanjutkan perjalanannya ke Perguruan Gentar Bumi.Seperti malam ini, Aji Saka bermalam sendirian di saung bambu. Udara dingin sudah tidak terasa lagi olehnya, selain sudah biasa tinggal dipuncak gunung, dia juga memiliki sebuah kekuatan mistis didalam tubuhnya, karena dengan sendirinya tubuh Aji Saka bisa menyesuaikan dengan berbagai kondisi alam dan cuaca buruk sekalipun.Tak lama berselang, tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang perempuan yang meminta pertolongan. Pendengarannya semakin dipertajam, dengan menyalurkan kekuatan kedalam telinganya. Setelah jelas sumber suara yang minta pert
Eyang Gentar Bumi menyusuri lorong rahasia, diikuti oleh Aji Saka dan Juminten, menuruni anak tangga menuju kesebuah tempat didalam lembah.Didalam lembah yang ditutupi oleh pepohonan yang rimbun, ada dua buah kolam berwarna putih kebiruan dan berwarna kuning keemasan. Kedua kolam itu jika masih ada keturunan dengan leluhur pembuat kolam, akan menerimanya untuk berendam dan mampu bertahan lebih dari satu bulan.Aji Saka dan Juminten, oleh Eyang Gentar Bumi diperintahkan untuk berendam di kedua kolam berwarna.Keduanya masuk kedalam kolam pertama, yaitu kolam yang mengandung kekuatan petir. Posisi mereka berdua saling membelakangi, dengan sikap lotus keduanya khusyuk melakukan kultivasi, sambil berendam didalam kolam berwarna putih kebiruan.Ada rasa panas seperti sengatan aliran listrik tegangan tinggi, menjalar ke seluruh tubuhnya.Argh.... Aahhh.... Uuhhh.... Iihhh....Keduanya mengerang merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya, ketika sengatan energi Petir terus menjalar. Keduanya b
"Sekarang sudah saatnya untuk membunuh seluruh kultivator terkuat, agar kita cepat menguasai seluruh kerajaan di Nusantara!" Seru Raja Giling Weusi merasa yakin rencananya bakal berhasil. "Panglima, segera mulai rencana pertama untuk membunuh mereka. Biar mereka saling membunuh di arena pemilihan adu jago. Nanti para pemenangnya masuk kedalam rencana kedua, mereka undang ke istana untuk menyantap hidangan yang sudah ditaburi racun. Dan rencana ketiga, untuk menghilangkan jejak, semua mayat para pemenang buang ketengah laut, agar menjadi santapan hewan-hewan laut," tambah Raja Giling Weusi panjang lebar.Panglima Kerajaan Giling Weusi melaksanakan titah rajanya, dia bersama para petinggi kerajaan akan memulai pemilihan adu jago, yang sudah dipersiapkan dari enam bulan lalu, dengan mengundang seluruh Raja dan petinggi se-nusantara. Sekarang mereka tinggal memulainya, menjalankan rencana pertama dari Raja Giling Weusi.Para peserta Pemilihan Jago sudah berdatangan, memadati arena pertaru
Di Pendopo Perguruan Beladiri Bangau Putih, Aji Saka, Juminten, Layang Seta dan Layang Kumitir, dijamu oleh dua orang tokoh tua aliran putih, Eyang Pertala dan Eyang Dharmala, sebagai tuan rumah pemilik dan pendiri perguruan.Dua tokoh tua itu, hampir seumuran dengan Eyang Gentar Bumi, yang telah kembali ke Alam Dewa. Dan keduanya, masih sahabatnya Eyang Gentar Bumi."Silahkan dinikmati jamuannya. Hanya segini adanya," ucap Eyang Pertala." Terimakasih, Pak Tua," balas Aji Saka."Anak muda, apakah anak muda ini muridnya sahabatku, Gentar Bumi?" Tanya Eyang Dharmala, pura-pura tidak tau.Aji Saka, Juminten, layang Seta dan Layang Kumitir, menatap dua tokoh tua sambil menganggukkan kepalanya berbarengan."Benar Pak Tua. Apakah Pak Tua ini juga para Dewa, yang turun ke Alam Bumi?" Jawab Aji Saka, balik bertanya."Oh, kalian semua sudah tau tentang asal usul Gentar Bumi?" Tanya Eyang Pertala."Kami sudah diberi tau, Pak Tua," jawab Aji Saka."Syukurlah, kalau kalian sudah diberi tau, bera
Aji Saka dan Juminten memacu kudanya kearah pesisir pantai selatan, hendak menuju ke Ibukota Kerajaan Nusantara. Namun dipertengahan jalan, keduanya dihadang oleh kelompok begal yang selalu beroperasi di wilayah selatan.Kelompok begal yang terdiri dari seratus orang lebih, mengepung Aji Saka dan Juminten dari berbagai arah. Mereka siap menerjang sepasang kekasih ini, yang duduk tenang dipunggung kuda putihnya."Cepat serahkan kedua kuda dan koin emas milik kalian, jika kalian ingin selamat!" Seru pemimpin begal mengancam Aji Saka dan Juminten."Ambillah jika kalian mampu," balas Aji Saka."Bajingan kamu! Beraninya menentang ketua kami!" Teriak salah seorang anggota kelompok begal."Oh, kalian ingin menghadap Dewa Kematian! Baiklah, silahkan kalian maju, jika kalian ingin merasakan panasnya api neraka!" Aji Saka berseru memprovokasi mereka."Kurang ajar kamu! Ayo serang keduanya!" Seru pemimpin begal, berteriak memerintahkan bawahannya untuk menerjang Aji Saka dan Juminten.Kali ini,
Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom.... Bom....Terdengar lagi suara teredam dari dalam tubuh Pendekar Aji Saka dan Juminten sebanyak enam kali, walaupun keduanya masih belum sadar, namun kekuatan yang disalurkan oleh Dewa Agung Nirkala, dengan dibantu oleh kekuatan ribuan cahaya dan cahaya pelangi yang melindungi tubuhnya, telah membuat keduanya naik tingkat secara gila-gilaan.Kini ranah kekuatan keduanya meningkat secara drastis, ranah kultivasi keduanya sudah mencapai tingkat Dewa Agung, dari semula berada ditingkat Dewa Putih, naik enam tingkat melewati Maha Dewa Putih, benar-benar suatu keberuntungan yang sangat besar bagi keduanya.Ranah kekuatan kultivasi Aji Saka, sekarang sudah berada ditingkat Dewa Agung Tahap Puncak, sementara Juminten ranah kekuatannya sudah mencapai tingkat Dewa Agung Tahap Menengah. Dan sekarang keduanya sudah bisa masuk ke Alam Dewa, jika keduanya ingin cepat-cepat berkunjung ke alam yang lebih tinggi lagi.Begitu pula dengan kekuatan kedua kuda putihn
Kekuatan Sepasang Kultivator Tangguh dan Mawar, sekarang sudah melampaui kekuatan Alam Dewa Nirwana. Dan mereka selayaknya naik ketingkat lebih atas lagi, yaitu Alam Dewa Cahaya Lapisan Pertama, karena didalam tubuh mereka sekarang, sudah bersemayam jutaan cahaya yang menyilaukan pandangan mata musuh-musuhnya, jika mereka dan kedua kudanya sedang marah, akan terpancar cahaya yang menyilaukan dari dalam tubuh mereka.Aji Saka, Juminten dan Mawar terus memacu kudanya mendaki Golden Mountain, melalui jalan setapak yang biasa dilewati oleh bintang buas. Mereka sengaja tidak terbang, karena mereka ingin memburu binatang buas, untuk dipanggang dipuncak Golden Mountain.Namun yang mereka temukan adalah segerombolan Golden Tiger, menghadang perjalanan sepasang pemilik Pedang Dewa Petir dan Mawar. Raja Golden Tiger dengan memakai mahkota dan mengenakan jubah kebesarannya, serta memegang sebuah tongkat emas, berdiri dengan gagah menatap rombongan Aji Saka penuh selidik."Kalian sudah berani mem
Aji Saka, Juminten dan Mawar, memacu lari kudanya dengan kencang, menuju kearah perbatasan kota Banjar Sagara, di pesisir pantai Sagara. Mawar ingin segera melampiaskan dendam kepada paman tirinya, yang menghancurkan seluruh keluarganya.Waktu pun tak terasa, mereka sudah sampai diperbatasan kota, rumah keluarga Mawar berada dijalan perbatasan, yang mengarah ke Kota Banjar Sagara, yang kini dikuasai oleh keluarga dari paman tirinya.Kuda sepasang pemilik Pedang Dewa Petir, yang ditunggangi oleh Aji Saka, Juminten dan Mawar, menerobos masuk kedalam halaman rumah besar, menubruk para penjaga pos yang menghadangnya, hingga membuat mereka terpental selain terkena kaki kuda yang melayang di atas tanah, juga terkena sambaran lidah petir dari telapak tangan Juminten.Para penjaga pos tidak berdaya, setelah terkena sambaran lidah petir, sebagian tubuhnya hangus, dan langsung tergeletak di tanah tidak bergerak lagi.Aji Saka, Juminten dan Mawar, loncat dari kuda yang ditungganginya, mereka ber
Sepasang Kultivator Tangguh, Aji Saka dan Juminten memberitahu semua penduduk Perkampungan Angsana, bahwa semua makhluk iblis itu sudah musnah, dan mereka sekarang telah aman, tidak akan ada yang mengganggunya.Semua warga Angsana setelah diberi penjelasan oleh Aji Saka dan Juminten, baru mereka merasa tenang, dan berani keluar dari rumahnya.Mereka berkumpul di Pendopo Angsana, untuk melaksanakan tugas ronda. Sedangkan Aji Saka dan Juminten, beristirahat disebuah kamar khusus untuk tamu, didalam pendopo yang dijaga oleh petugas keamanan Kampung.Juminten tidur bersama Aji Saka, kepala Juminten di atas dada bidang sebelah kanan Aji Saka, sambil tangan Aji Saka membelai rambut Juminten dengan penuh kasih sayang.Belaian tangannya terus menuju ke depan dada Juminten, dan memegang sebuah tonjolan daging yang empuk dan kenyal. Juminten sempat menggelinjang, merasakan geli tapi ada suatu kenikmatan menjalar ke seluruh jiwanya.Juminten membiarkan tangan nakal Aji Saka meremas-remas buah da
Kabar Sepasang Kultivator Tangguh menghancurkan Kerajaan Iblis Serigala Merah, dan membunuh Raja Iblis beserta seluruh prajuritnya, tersebar begitu cepat ke seluruh Alam Dewa Nirwana, hingga sampai ke telinga Penguasa Wilayah Timur, Tuan Radjasaka dan ke beberapa pelindungnya termasuk Dewa Agung Niskala dan Dewa Agung Nirkala.Penguasa Alam Dewa wilayah timur, mengadakan pertemuan dengan seluruh Dewa Agung, untuk membahas peristiwa hancurnya Kerajaan Iblis Serigala Merah, yang menguasai Alam Dewa wilayah barat."Yang Mulia Dewa Agung Niskala, bukankah Sepasang Pedang Dewa Petir itu sudah menghilang ratusan tahun lalu? Dan kenapa sekarang muncul lagi, bahkan pemiliknya adalah sepasang muda-mudi?" Tanya Tuan Radjasaka penasaran."Iya memang, sudah ratusan tahun sepasang Pedang Dewa Petir itu menghilang dari Alam Dewa, tapi pemiliknya yang sekarang, adalah reinkarnasinya Anak dan menantuku, yang kekuatannya lebih tinggi dari anak mantuku sebelumnya. Ranah kekuatannya yang sekarang, berad
Goa disebelah barat danau hutan larangan, kini dijadikan markas sementara oleh Aji Saka. Didalam Goa sudah ditata sedemikian rupa, lorong-lorongnya dibersihkan dari rumput, sampah dan bebatuan yang pada menonjol. Begitu pula dengan ruangannya yang cukup besar, dijadikan ruang pertemuan dan tempat istirahat.Semakin hari semakin bertambah penghuninya, karena Aji Saka dan Juminten, dibantu oleh ketujuh pengikutnya, kerapkali selalu membawa orang-orang yang menjadi buronan iblis untuk berlindung didalam Goa, hingga lima bulan sudah terkumpul seribu orang lebih, dan semuanya para pekerja pertambangan yang diselamatkan oleh Aji Saka dan Juminten dari kejaran pasukan iblis.Didepan Goa, sudah dibangun ratusan rumah dan pendopo, yang terbuat dari kayu jati. Rumah-rumah tersebut berjejer rapih, mengelilingi sebuah pendopo dan disetiap sudut perkampungan baru, ada pos penjagaan.Aji Saka memberi nama perkampungan itu dengan nama Cakra Manggala, sebuah perkampungan baru disebelah barat danau hu
Pemilik Sepasang Pedang Dewa Petir, Aji Saka dan Juminten, melesat dengan cepat kearah ratusan prajurit Serigala Merah, dengan menyabetkan pedang Dewa Petir memenggal leher-leher mereka, sehingga ratusan kepala mereka terpisah dari tubuhnya, dan jatuh kedalam hutan.Dari enam ratus prajurit Serigala Merah, kini tinggal empat ratus prajurit lagi. Dan keempat ratus itu juga, menjadi sasaran empuk pedang Dewa Petir, yang dengan cepat memenggal leher para prajurit iblis, sehingga tidak bisa dilihat oleh mata mereka.Ratusan kepala lagi terlepas dari tubuhnya, dan jatuh bersama potongan tubuhnya kedalam hutan, biar menjadi santapan hewan-hewan buas.Kini tinggal dua ratus prajurit Serigala Merah, yang hendak meloloskan diri dari amukan pedang Dewa Petir. Namun Aji Saka dan Juminten bertindak cepat, menghantam mereka dengan pukulan Gentar Bumi dan Cambuk Petir, sehingga tubuh mereka hancur menjadi debu, dan sisanya hangus tersambar Cambuk Petir.Usai membereskan seluruh prajurit iblis denga
Aji Saka dan Juminten, setelah berada didalam hutan gelap, dengan menunggangi kuda putihnya, keduanya ingin segera naik ke Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar, dengan cara merobek ruang dan waktu yang telah mereka sempurnakan dari kitab kuno cara masuk ke Alam Dewa.Aji Saka mengerahkan kekuatannya, untuk merobek sebuah ruang dan waktu. Dengan kedua tangannya dibantu oleh Juminten, dia mengarahkan kedua tangannya ke depan, lurus dengan dirinya untuk merobek dan membuka Alam Dewa Nirwana.Pertama kali dia mencoba membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Tetapi kalau dia sudah terbiasa, dengan kekuatannya yang begitu tinggi, paling cepat sekitar tiga puluh detik bisa merobek dan membuka Alam Dewa.Setelah Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar terbuka, Aji Saka bersama Juminten bergegas masuk ke Alam Dewa Nirwana membawa kedua kuda putihnya.Keduanya muncul disebuah tempat yang sangat asing bagi dirinya, dipinggir sebuah danau ditengah hutan yang sangat lebat, penuh dengan pepohonan dan semak b
Setelah Aji Saka dan Juminten membersihkan dirinya masing-masing, mereka berdua tiduran sambil berpelukan. Tangan Aji Saka mengelus-elus daerah sensitifnya Juminten, dengan penuh kasih sayang, membuat Juminten mendesah merasakan gejolak jiwanya membara. Ada suatu kenikmatan dan kehangatan didalam jiwanya yang menggelora, seakan ingin segera merasakan apa yang menjadi impiannya. Bercinta dengan sepuas-puasnya, tapi niat itu diurungkan, karena keduanya masih saling menjaga agar tidak sampai kebablasan sebelum mereka resmi menjadi suami istri.Akhirnya keduanya tertidur dengan pulasnya, karena mereka merasakan lelah dan capek.Esok harinya, keduanya sudah pada keluar dari penginapan. Mereka melanjutkan perjalanannya lagi menuju kearah Ibukota, memacu kudanya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Tuan Kota dan Jenderal Kartiwa, yang telah menyaksikan peristiwa mengerikan itu, berniat mengunjungi Ibukota untuk melaporkan peristiwa di kotanya, sebelum keduanya menerima hukuman dari Penguasa Ke
Perjalanan Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, menuju ibukota Nusantara, banyak mengalami hambatan. Terutama dari para begundal penjahat yang terus berkembang bertambah banyak, seakan dibiarkan oleh pihak kerajaan, sehingga Aji Saka terus berpikir jauh ke depan, untuk membuat rasa aman dan nyaman bagi penduduk di wilayah kerajaan Nusantara, dia harus membentuk pasukan keamanan khusus, yang nantinya ditempatkan di wilayah paling rawan, dan paling banyak terjadi perampokan."Setelah selesai membangun Ibukota Kerajaan Nusantara, aku akan segera membentuk pasukan khusus keamanan, untuk mengamankan seluruh wilayah Nusantara, dari gangguan para penjahat," ucap Aji Saka didalam batinnya, sambil terus memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang, berdampingan dengan kuda putih yang ditunggangi oleh Juminten.Waktu pun tak terasa, menjelang magrib mereka berdua sampai disebuah kota besar. Kota Bungbulang, sebuah kota masih dibawah kekuasaan Kerajaan Nusantara.Tampak didepan gerbang masu