Share

05. Menolong Wanita Cantik

Malam harinya, Aji Saka tiba di lereng Gunung Guntur. Sejenak dia istirahat terlebih dahulu disebuah saung, yang terbuat dari bambu hitam dan bambu kuning. Saung ini tidak jauh dari Perguruan Beladiri Gentar Bumi, biasanya para murid perguruan yang baru pulang menjalankan misi dari gurunya, bila kemalaman tiba di lereng gunung, mereka istirahat dulu semalaman di saung, baru pagi harinya kembali melanjutkan perjalanannya ke Perguruan Gentar Bumi.

Seperti malam ini, Aji Saka bermalam sendirian di saung bambu. Udara dingin sudah tidak terasa lagi olehnya, selain sudah biasa tinggal dipuncak gunung, dia juga memiliki sebuah kekuatan mistis didalam tubuhnya, karena dengan sendirinya tubuh Aji Saka bisa menyesuaikan dengan berbagai kondisi alam dan cuaca buruk sekalipun.

Tak lama berselang, tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang perempuan yang meminta pertolongan. Pendengarannya semakin dipertajam, dengan menyalurkan kekuatan kedalam telinganya. Setelah jelas sumber suara yang minta pertolongan dari arah bawah lereng gunung. Dia cepat melesat loncat dari pohon ke pohon, menuju ketempat wanita yang meminta pertolongan.

Tampak ada seorang wanita muda cantik yang tengah dikeroyok oleh enam pria bajingan, yang memaksa hendak memperkosanya.

"Sudahlah Nona, menyerahlah daripada kami membunuhmu. Sayang dengan kecantikan dan kemolekan tubuhmu," ucap seorang pria bajingan itu memaksa wanita muda untuk takluk kepada mereka.

"Cuih....! Daripada aku harus menyerahkan kesucian ku kepada iblis seperti kalian, lebih baik aku mati dengan hormat," balas wanita cantik.

"Baik, kalau mau mu begitu. Kami akan memaksamu untuk menyerahkan barang berharga milikmu. Rasakan ini.... Cengkraman Rajawali Memangsa Lawan!" Seru pemimpin kelompok bajingan berteriak hendak menerkam mangsanya.

Duarr.... Duarr....

Secara tiba-tiba ada yang menghadang pukulan pemimpin bajingan itu, hingga membuat pemimpin bajingan hancur menjadi kabut darah.

Tentu saja hal itu membuat mereka terbelalak matanya, sama sekali tidak menyangkanya bahwa akan ada seorang Dewa penolong.

Tampak seorang kultivator muda dengan gagah dan tegap, berdiri dihadapan lima orang bajingan.

"Dasar pecundang, beraninya mengeroyok perempuan. Kalau kalian punya nyali, hadapi aku!" Seru Aji Saka.

"Siapa kamu? Beraninya mencampuri urusan kami!" Seru salah seorang bajingan, balik bertanya.

"Kalau kalian ingin tau, rasakan ini.... Gentar Bumi!" Balas Aji Saka berseru menerjang kelima bajingan dengan pukulan intinya.

Duarr.... Duarr.... Duarr....

Ledakan yang sangat keras menghancurkan kelima pria bajingan menjadi debu, lalu berterbangan tertiup angin pegunungan.

Aji Saka menghampiri wanita cantik yang terluka di dada sebelah kirinya, terkena sabetan pedang lawan.

Dia membawanya ke saung bambu, dan mencari dedaunan serta akar-akaran obat untuk mengobati luka-lukanya. Dedaunan dan akar obat, diremas-remas dengan kekuatan yang dialirkan ke tangannya.

Dengan perlahan, dia mengobati luka sabetan pedang di dada sebelah kiri wanita cantik, yang menatap nanar kepada Aji Saka.

Usai mengobati dan membalutnya dengan sobekan kain baju milik Aji Saka. Lalu merebahkan wanita cantik itu dengan kepalanya di atas paha Pendekar Aji Saka, sambil membelai dan mengelus-elus rambut wanita cantik, dengan rasa kasih sayang.

Ada rasa bergejolak didalam jiwa mudanya, gairah kelelakiannya timbul ketika kepala wanita cantik itu menindih batang kemaluan miliknya. Walaupun dia baru merasakan bersentuhan langsung dengan wanita cantik, namun jiwanya masih bisa dikendalikan. Sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.

Begitu pula dengan wanita cantik itu, dia juga sama merasakan apa yang dirasakan oleh Aji Saka. Meskipun dirinya sedang menahan rasa perih karena luka di dadanya, tapi rasa perih itu dapat dikalahkan dengan rasa yang mampu menggetarkan jiwanya.

Dia begitu terlena dengan belaian kasih sayang sambil matanya merem, dia merasakan ada sesuatu barang yang mengganjal di kepalanya. Barang itu terasa hangat dan berdenyut-denyut.

"Siapa namamu Nona?" Tanya Aji Saka sambil terus membelai rambut wanita cantik.

"Juminten," jawabnya singkat. "Panggil saja aku Inten," tambahnya

Aji Saka menatap wajah Juminten, yang benar-benar cantik dan putih alami, seperti seorang bidadari yang baru turun dari kahyangan.

"Namaku Aji Saka, panggil saja Saka," ucap Aji Saka.

Waktupun tak terasa, Sang Pajar sudah menampakkan wajahnya diupuk sebelah timur. Aji Saka membawa Juminten ke Perguruan Gentar Bumi dengan menunggangi kuda putihnya.

Juminten duduk didepannya dengan dipeluk erat oleh Aji Saka dari belakang, agar tidak jatuh dari kudanya.

Juminten merasa nyaman berada dalam pelukan Aji Saka, meskipun berada di atas punggung kuda dalam perjalanan kepuncak Gunung Guntur, namun apa yang dilakukan oleh Aji Saka, apalagi adanya gesekan-gesekan ketika memacu kudanya, semakin membuat Juminten merasa nyaman.

Aji Saka terus memacu kudanya kepuncak Gunung Guntur, melalui jalan setapak dan mendaki. Namun masih bisa dilewati oleh kudanya, karena jalannya tidak begitu terjal.

Sampai di Perguruan Ilmu Beladiri Gentar Bumi, setelah menambatkan kudanya disebuah pohon. Keduanya bergegas menuju ketempat gurunya dengan diiringi oleh sejumlah tatapan mata dari murid perguruan.

"Lihat tuh, Si Bujang Lapuk baru pulang, dan membawa perempuan yang sangat cantik sekali," ucap salah seorang murid Perguruan Beladiri Gentar Bumi, menunjuk kearah Aji Saka bersama wanitanya.

Sejumlah murid yang berada ditempat itu pada melihat Aji Saka dengan tatapan sinis. Mereka sebenarnya iri karena Aji Saka mampu menguasai seluruh ilmu dari gurunya. Sedangkan mereka semuanya mentok, ranah kekuatan kultivasi mereka hanya sampai ditingkat Pendekar Raja, tidak bisa meningkatkan kemampuannya lagi. Tidak seperti Aji Saka yang selalu rajin dan giat berlatih, baik secara fisik maupun mengolah rasa, jiwa dan batin dengan berkultivasi, serta meningkatkan tenaga intinya ketingkat lebih tinggi lagi.

Walaupun mereka semua pada iri terhadap Aji Saka, namun satu orangpun tidak ada yang berani menyinggung dirinya. Karena mereka pada tau kehebatan dan kekuatan Aji Saka begitu tangguh. Satu orangpun tidak ada yang mampu mengalahkan kekuatannya.

Didalam ruangan khusus, Aji Saka dan Inten duduk berhadapan dengan Eyang Gentar Bumi. Aji Saka menceritakan dari awal ketika dia mulai keluar dari perguruan, hingga menolong Juminten yang dikeroyok oleh enam pria bajingan. Sedikitpun tidak ada yang dikurangi, atau ditambah-tambah. Semuanya diceritakan dengan gamblang.

Aji Saka mengatakan bahwa makhluk yang paling hina dan lebih buruk daripada dirinya, adalah dirinya sendiri, karena dia lebih hina dan buruk Dimata Tuhannya. Tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan-Nya. Semua makhluk ciptaan-Nya sangat lemah, hina dan buruk dihadapan Tuhannya.

"Akulah orang yang paling hina, dan paling buruk daripada mereka," ucap Aji Saka dihadapan gurunya.

Eyang Gentar Bumi menganggukkan kepalanya tersenyum, senang dengan muridnya yang sangat berbakat untuk menguasai tingkat Abadi di jagad raya ini, dan menguasai ilmu melipat bumi.

"Bagaimana sekarang....? Apakah kamu sudah siap untuk menerima ilmu lainnya?" Tanya Eyang Gentar Bumi.

"Sudah, Kakek Guru!" Jawabnya senang.

Kemudian gurunya berkata lagi, selama hidup di dunia, jangan pernah memiliki sikap sombong dan merasa lebih baik daripada orang lain, ataupun daripada makhluk lainnya. Karena semua makhluk hidup di jagad raya ini, tidak akan pernah tau bagaimana akhir hidup yang akan mereka jalani. Bisa jadi sekarang baik dan mulia, tapi diakhir hidupnya nanti justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya.

Aji Saka dan Juminten menundukkan kepalanya dihadapan Eyang Gentar Bumi. Semua yang diucapkan gurunya, meresap dihatinya.

"Nak Saka, jagalah Nak Inten. Sayangilah dia sebagaimana kamu menyayangi dirimu sendiri," ucap gurunya berpesan.

"Baik, Kakek Guru," balas Aji Saka.

"Sekarang kalian berdua ikuti aku!" Ajak Eyang Gentar Bumi sambil berlalu meninggalkan ruangan itu, menuju keruang rahasia dibalik ruangan khusus, diikuti oleh Aji Saka dan Juminten.

Ternyata dibalik ruangan khusus, ada lorong rahasia menuju ke suatu tempat yang sangat dirahasiakan.

Bersambung.....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status