Aji Saka masuk kedalam rumah besar, diikuti oleh Juminten dari belakang, melewati ratusan mayat yang bergelimpangan di tanah, setelah ditindas oleh aura kekuatan Supreme King of the Great Gods Tahap Awal,yang diarahkan oleh Aji Saka kepada para penjahat.Sepasangan Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, Aji Saka dan Juminten terus melangkah menuju keruang tengah, dimana para petinggi kelompok penjahat sedang berkumpul."Ohh..., ternyata kalian berkumpul disini!" Seru Aji Saka mengenali kesepuluh orang itu, yang pernah belajar ilmu beladiri di Perguruan Gentar Bumi. "Setelah lama meninggalkan Perguruan Beladiri Gentar Bumi, kalian ternyata bergabung dengan para penjahat. Pantas saja selama di perguruan, kalian tidak ada kemajuan sama sekali, karena hati dan jiwa kalian diliputi oleh sifat iri dan dengki," tambah Aji Saka memprovokasi mereka."Bedebah kau....! Bajingan tengik! Dasar Bujang Lapuk yang tak laku-laku, sok berlaga jadi jagoan dihadapan kami. Apakah kalian berdua ingin setor nyawa
Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang. Keduanya setelah membasmi kelompok begal hutan jati, terus melanjutkan perjalanannya lagi menuju kearah Ibukota Nusantara.Disepanjang perjalanan, memang keduanya kerap kali berpapasan dengan begal dan perampok, yang tidak segan-segannya mereka sering membunuh korbannya. Karena itulah, ketika Aji Saka dan Juminten bertemu dengan kelompok begal ataupun perampok, keduanya tidak memberikan ampunan lagi, langsung membantainya. Satu orangpun tidak dibiarkan lolos, walaupun ada yang berusaha melarikan diri, namun Aji Saka dan Juminten akan terus memburu mereka hingga ke markasnya.Seperti hari ini, keduanya mengikuti lima anggota perampok yang melarikan diri, setelah kawan-kawannya dibantai oleh Aji Saka dan Juminten. Mereka melarikan diri kedalam hutan larangan, yang dikuasai oleh para perampok dan begal.Mereka menjadikan hutan larangan sebagai markasnya, agar tidak mudah terdeteksi oleh pasukan keraja
Udara disebuah pegunungan yang berkabut, sangat dingin sekali. Kabut tebal terus menerus turun, menyelimuti seluruh permukaan pegunungan.Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, setelah membebaskan ratusan wanita muda dari cengkeraman para perampok, keduanya meneruskan perjalanannya menuju kearah selatan, melewati pegunungan berkabut yang udaranya sangat dingin sekali.Aji Saka penasaran dengan pegunungan berkabut, dia mengajak Juminten untuk memasuki kabut tebal, sambil mengedarkan pandangan Mata Dewanya, dia menuntun Juminten terus berjalan mendaki pegunungan berkabut.Tak seberapa lama, keduanya tiba di atas pegunungan. Sambil duduk di atas sebuah batu besar, dia terus mengedarkan pandangan Mata Dewanya, untuk memindai seluruh tempat itu.Tampak ada sesuatu di dasar pegunungan, adanya sebuah kekuatan besar yang tersembunyi. Dia terus mendeteksi lebih dalam lagi, ternyata sebuah kekuatan itu bersumber dari sepasang Mustika Jagad, yang diselubungi oleh selimut ghaib, agar tidak mud
Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, tampak memasuki gerbang sebuah perkampungan yang dijaga oleh sepuluh orang, dengan ranah kekuatan Pendekar Raja, dan komandanya berada di ranah kekuatan Pendekar Pertapa.Aji Saka dan Juminten, turun dari kudanya sebelum mereka berdua menghampiri penjaga, keduanya menyempatkan diri membaca sebuah tulisan di atas Gapura Gerbang, tulisan itu berbunyi ; Selamat Datang Diperkampungan Cikancana."Cikancana!" Seru mereka didalam batin.Mereka berdua bergegas menghampiri para penjaga, dan membayar biaya masuk perkampungan."Dua koin emas biaya masuknya Tuan Muda!" Seru seorang penjaga gerbang perkampungan.Aji Saka mengeluarkan lima koin emas, lalu menyerahkannya kepada penjaga pos."Ini kelebihan Tuan Muda!" Seru penjaga gerbang."Selebihnya buat kalian," balas Aji Saka."Terimakasih Tuan Muda," ucap penjaga serempak karena senang menerima uang tip dari Aji Saka.Aji Saka dan Juminten melanjutkan perjalanannya dengan menunggangi kuda putihnya, menyu
Perjalanan Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, menuju ibukota Nusantara, banyak mengalami hambatan. Terutama dari para begundal penjahat yang terus berkembang bertambah banyak, seakan dibiarkan oleh pihak kerajaan, sehingga Aji Saka terus berpikir jauh ke depan, untuk membuat rasa aman dan nyaman bagi penduduk di wilayah kerajaan Nusantara, dia harus membentuk pasukan keamanan khusus, yang nantinya ditempatkan di wilayah paling rawan, dan paling banyak terjadi perampokan."Setelah selesai membangun Ibukota Kerajaan Nusantara, aku akan segera membentuk pasukan khusus keamanan, untuk mengamankan seluruh wilayah Nusantara, dari gangguan para penjahat," ucap Aji Saka didalam batinnya, sambil terus memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang, berdampingan dengan kuda putih yang ditunggangi oleh Juminten.Waktu pun tak terasa, menjelang magrib mereka berdua sampai disebuah kota besar. Kota Bungbulang, sebuah kota masih dibawah kekuasaan Kerajaan Nusantara.Tampak didepan gerbang masu
Setelah Aji Saka dan Juminten membersihkan dirinya masing-masing, mereka berdua tiduran sambil berpelukan. Tangan Aji Saka mengelus-elus daerah sensitifnya Juminten, dengan penuh kasih sayang, membuat Juminten mendesah merasakan gejolak jiwanya membara. Ada suatu kenikmatan dan kehangatan didalam jiwanya yang menggelora, seakan ingin segera merasakan apa yang menjadi impiannya. Bercinta dengan sepuas-puasnya, tapi niat itu diurungkan, karena keduanya masih saling menjaga agar tidak sampai kebablasan sebelum mereka resmi menjadi suami istri.Akhirnya keduanya tertidur dengan pulasnya, karena mereka merasakan lelah dan capek.Esok harinya, keduanya sudah pada keluar dari penginapan. Mereka melanjutkan perjalanannya lagi menuju kearah Ibukota, memacu kudanya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Tuan Kota dan Jenderal Kartiwa, yang telah menyaksikan peristiwa mengerikan itu, berniat mengunjungi Ibukota untuk melaporkan peristiwa di kotanya, sebelum keduanya menerima hukuman dari Penguasa Ke
Aji Saka dan Juminten, setelah berada didalam hutan gelap, dengan menunggangi kuda putihnya, keduanya ingin segera naik ke Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar, dengan cara merobek ruang dan waktu yang telah mereka sempurnakan dari kitab kuno cara masuk ke Alam Dewa.Aji Saka mengerahkan kekuatannya, untuk merobek sebuah ruang dan waktu. Dengan kedua tangannya dibantu oleh Juminten, dia mengarahkan kedua tangannya ke depan, lurus dengan dirinya untuk merobek dan membuka Alam Dewa Nirwana.Pertama kali dia mencoba membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Tetapi kalau dia sudah terbiasa, dengan kekuatannya yang begitu tinggi, paling cepat sekitar tiga puluh detik bisa merobek dan membuka Alam Dewa.Setelah Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar terbuka, Aji Saka bersama Juminten bergegas masuk ke Alam Dewa Nirwana membawa kedua kuda putihnya.Keduanya muncul disebuah tempat yang sangat asing bagi dirinya, dipinggir sebuah danau ditengah hutan yang sangat lebat, penuh dengan pepohonan dan semak b
Pemilik Sepasang Pedang Dewa Petir, Aji Saka dan Juminten, melesat dengan cepat kearah ratusan prajurit Serigala Merah, dengan menyabetkan pedang Dewa Petir memenggal leher-leher mereka, sehingga ratusan kepala mereka terpisah dari tubuhnya, dan jatuh kedalam hutan.Dari enam ratus prajurit Serigala Merah, kini tinggal empat ratus prajurit lagi. Dan keempat ratus itu juga, menjadi sasaran empuk pedang Dewa Petir, yang dengan cepat memenggal leher para prajurit iblis, sehingga tidak bisa dilihat oleh mata mereka.Ratusan kepala lagi terlepas dari tubuhnya, dan jatuh bersama potongan tubuhnya kedalam hutan, biar menjadi santapan hewan-hewan buas.Kini tinggal dua ratus prajurit Serigala Merah, yang hendak meloloskan diri dari amukan pedang Dewa Petir. Namun Aji Saka dan Juminten bertindak cepat, menghantam mereka dengan pukulan Gentar Bumi dan Cambuk Petir, sehingga tubuh mereka hancur menjadi debu, dan sisanya hangus tersambar Cambuk Petir.Usai membereskan seluruh prajurit iblis denga