Duarr.... Duarr.... Duarr....
Terdengar suara ledakan yang sangat dahsyat mengguncangkan bumi, membuat kehancuran di seputar Gunung Guntur, yang tidak jauh dari Perguruan Beladiri Gentar Bumi.Ledakan dahsyat itu dari beradunya tujuh kekuatan yang sangat hebat didalam sebuah pertarungan antara hidup dan mati, kekuatan Tapak Dewa beradu dengan pukulan Gentar Bumi. Pertarungan antara hidup dan mati enam murid mengeroyok seorang murid dari perguruan yang sama, dipicu oleh penghinaan dari beberapa murid terhadap Aji Saka, seorang murid yang dianggap rendah karena sering menyembunyikan ranah kekuatannya.Aji Saka menggunakan pukulan Gentar Bumi yang mampu mengguncangkan bumi seperti sedang dilanda gempa, sedangkan lawan-lawannya menggunakan pukulan Tapak Dewa.Keenam murid itu selalu kompak dalam membuat keributan dimana-mana, seperti hari ini mereka mengeroyok Aji Saka yang sebelumnya dihina dan direndahkan. Namun mereka tidak menyangkanya sama sekali, ternyata Aji Saka memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Ranah kekuatan kultivasinya lebih tinggi daripada ranah kekuatan mereka, sehingga ketika kekuatan mereka beradu, keenam murid sombong itu terlempar belasan meter keberbagai arah.Tak hanya sampai disitu, Aji Saka terus menggempurnya dengan pukulan-pukulan jarak jauhnya yang mengandung kekuatan mistis tingkat tinggi, walaupun mereka sudah terlempar dan muntah darah, namun yang namanya pertarungan antara hidup dan mati, Aji Saka tidak membiarkan kesempatan kepada mereka, dia menyusulnya dengan gempuran pukulan yang mampu mengguncangkan bumi.Duarr.... Duarr....Suara ledakan terdengar lagi dari arena pertarungan, membuat keenam murid sombong tergeletak tak berdaya. Aji Saka hendak mengeluarkan pukulan Gentar Bumi lagi, namun secara tiba-tiba dicegah oleh Layang Seta dan Layang Kumitir, dua adik kakak yang menjadi Ketua dan Wakil Ketua Murid Perguruan Beladiri Gentar Bumi."Berhenti! Jangan diteruskan pertarungan ini, seharusnya sesama kawan jangan saling membunuh. Dan kalian ingat, masalah ini akan aku laporkan kepada Ketua Perguruan, agar kalian menerima hukumannya," ucap Layang Seta."Ayo bubar! Sekali lagi kalian membuat keributan, aku tidak bertanggungjawab jika Aji Saka membunuh kalian," sambung Layang Kumitir.Keenam murid perguruan beladiri berjalan tertatih-tatih, merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dadanya sesak terkena hantaman pukulan Gentar Bumi yang sangat kuat, membuat luka dalam yang cukup serius. Mereka tidak pulang ke perguruan beladiri, tetapi pergi ketempat pamannya yang menjadi kepala perampok, selain untuk mengobati luka dalamnya, juga akan bergabung dengan kelompok perampok di Hutan Gelap.Sedangkan Aji Saka mengikuti Layang Seta dan Layang Kumitir ke perguruan, untuk melanjutkan latihannya. Karena dia begitu serius belajar ilmu beladiri, ilmu batin dan tenaga inti. Bukannya dia tidak ingin seperti teman-temannya untuk bergaul dengan wanita, tapi yang dia inginkan adalah menjadi orang yang terkuat dan terhebat terlebih dahulu, karena dia sendiri menyimpan rasa dendam kepada orang-orang yang telah menyengsarakan hidupnya. Orang yang telah membunuh kedua orangtua dan saudara-saudaranya, hingga dia hidupnya sebatang kara.Sudah sepuluh tahun lamanya Aji Saka belajar ilmu beladiri. Semua ilmu dari gurunya telah dia pelajari. Dari mulai pukulan Gentar Bumi, yang mampu mengguncangkan bumi dan menghancurkan puluhan ribu musuh sesuai dengan tingkatan ranahnya, jurus Seribu Bayangan, jurus Naga Geni yang bisa membakar musuh-musuhnya, jurus Harimau Emas, jurus Cakar Rajawali Sakti, Ilmu ketajaman telinga dan Mata Dewa, serta Ilmu Tenaga Inti.Aji Saka pertama kali belajar di Perguruan Beladiri, ketika dia dibawa oleh Eyang Gentar Bumi dari dasar jurang yang sangat dalam.Ketika itu dia baru berumur sepuluh tahun, karena hanya dirinya yang selamat dari pembantaian para penjahat, sedangkan kedua orangtua dan saudara-saudaranya, dibantai oleh para penjahat yang ingin menguasai seluruh harta dan kekayaan orangtuanya.Waktu itu, dia dibuang ke dasar jurang yang tak jauh dari rumah kedua orangtuanya, dan sekujur tubuhnya berdarah penuh dengan luka-luka bekas tebasan pedang. Namun begitu dia melayang jatuh kedalam jurang, tiba-tiba seorang kakek berjubah putih, melesat terbang menangkap tubuh Aji Saka yang sudah tak sadarkan diri.Untungnya, seorang kakek pemilik Perguruan Ilmu Beladiri, Eyang Gentar Bumi yang usianya sudah ribuan tahun, cepat menyelamatkan dirinya. Jika terlambat, tentunya tubuh bocah sepuluh tahun itu akan hancur di dasar jurang, menghantam cadas dan bebatuan yang runcing.Lalu kakek itu membawanya kedalam sebuah Goa di dasar jurang, tempat khusus untuk berlatih dan berkultivasi tertutup. Eyang Gentar Bumi segera mengobati luka-luka di seluruh tubuh bocah itu.Setelah dia siuman, Eyang Gentar Bumi membawanya ke Perguruan Beladiri miliknya, hingga kini sudah sepuluh tahun belajar ilmu beladiri.Selama berada di Perguruan Beladiri Gentar Bumi, dia tidak pernah keluar dari perguruan, sehari-harinya disibukkan dengan berlatih, berkultivasi dan membaca kitab-kitab kuno.Ratusan jurus tingkat Dewa sudah dikuasainya, bahkan sudah mencapai tahap sempurna, sehingga dirinya tidak sempat untuk mengenal seorang wanita, tidak seperti teman-temannya, yang sering keluar perguruan untuk mencari hiburan, dan hampir rata-rata mereka sudah memiliki istri.Karena itulah, Aji Saka oleh teman-temannya dipanggil dengan julukan Bujang Lapuk. Hingga pada suatu hari, Aji Saka dipanggil oleh gurunya, untuk memberikan sebuah ujian terakhir kepadanya, sebelum dia meninggalkan perguruan untuk berpetualang."Sebelum kamu meninggalkan perguruan ini, aku ingin memberikan ujian terakhir kepadamu, yaitu kamu harus dapat menemukan makhluk yg lebih hina dan lebih buruk daripada dirimu," ujar Eyang Gentar Bumi."Baik guru, dalam waktu singkat, aku pasti dapat menemukannya. Hari ini juga aku akan mencari makhluk yg lebih buruk daripada diriku," jawab Aji Saka sangat yakin akan menemukan makhluk yang dimaksud oleh gurunya. "Aku undur diri pamit, Kakek Guru," tambahnya.Eyang Gentar Bumi menganggukkan kepalanya tersenyum, seraya mempersilakan muridnya untuk melaksanakan tugas terakhirnya, sebelum meninggalkan perguruan untuk berpetualang.Kemudian Aji Saka keluar dari perguruan, berniat mencari makhluk yang dimaksud oleh gurunya. Dalam batinnya terus bertanya-tanya, makhluk apakah yang dimaksud oleh gurunya itu, sehingga makhluk itu lebih hina dan lebih buruk daripada dirinya.Dia berjalan menyusuri pinggiran hutan, berniat pergi menuju ke kota terdekat, dengan berjalan kaki menyusuri jalanan berdebu.Ditengah perjalanan, dia melihat seorang pria setengah baya sedang bermabuk-mabukan. Dalam pikirannya, mungkin makhluk ini yang dimaksud oleh gurunya, lebih buruk daripada dirinya.Dia bertanya kepada pemilik warung ditempat itu, menurut pemilik warung, pria setengah baya itu setiap hari selalu mabuk-mabukan. Dalam hatinya dia berkata-kata, inilah orang yang dimaksud oleh gurunya. Sepertinya, pria setengah baya adalah makhluk yg lebih buruk darinya. Setiap hari dia habiskan hanya untuk bermabuk-mabukan, sedangkan dirinya selalu rajin beribadah.Namun dalam perjalanan pulang ketempat gurunya, dia berpikir lagi, sepertinya sipemabuk itu belum tentu lebih buruk darinya. Sekarang dia bermabuk-mabukan, tapi siapa tau di akhir hidupnya, dia mendapatkan petunjuk, akhir hidupnya bisa lebih baik daripada dirinya.Sedangkan dirinya, walau rajin ibadah, belum tentu akhirnya baik. Berarti pria pemabuk itu belum tentu lebih jelek daripadanya.Aji Saka pun kemudian kembali melanjutkan perjalanannya, untuk mencari orang atau makhluk yg lebih hina dan lebih buruk dari dirinya.Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan dua orang penjahat, yang dulu membantai seluruh keluarganya. Dia masih ingat ciri-ciri yang dimiliki oleh para anggota penjahat, seperti yang bertemu dengan Aji Saka saat ini. Kedua anggota penjahat itu, salah seorangnya memiliki codet di pipi sebelah kanan, dan dua-duanya memiliki tato gambar kalajengking di tangan kanannya.Aji saka, langsung menghadang kedua penjahat anggota kelompok Kalajengking Hitam. "Kalian masih ingat denganku?" Tanya Aji Saka, menatap kedua penjahat."Kamu siapa? Beraninya menghalangi perjalananku!" Seru seorang anggota penjahat, yang pipinya codet."Kalian ingat dengan peristiwa sepuluh tahun lalu, waktu kalian membatai keluarga Tirta Prawira Atmadja," ucap Aji Saka."Kamu siapanya Tirta Atmadja?""Aku adalah anaknya yang kau buang ke dasar jurang."Kedua penjahat itu terkejut, mendengar anaknya Tirta Atmadja, yang dia buang ke jurang sepuluh tahun lalu itu masih hidup, dan kini akan menuntut balas, atas kematian kedua orangtua dan saudara-saudaranya."Sekarang sudah saatnya kalian harus membayar, apa yang sudah kalian lakukan terhadap keluargaku," ucap Aji Saka. "Rasakan ini.... Pukulan Gentar Bumi!" Seru Aji Saka, dia langsung mengerahkan pukulan intinya, dari Eyang Gentar Bumi.Duarr.... Duarr....Ledakan yang sangat dahsyat, benar-benar menggentarkan bumi. Sesuai dengan namanya, Pukulan Gentar Bumi.Kedua penjahat begitu terkena hantaman pukulan jarak jauh yang sangat hebat, keduanya terlempar kebelakang puluhan meter, dan langsung muntah darah. Hanya Si Codet pipinya, yang masih hidup, sedangkan temannya sudah tidak bergerak lagi.Aji Saka segera melesat loncat menyusul si Codet, kearah terlemparnya."Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk menghabisi keluargaku?" Tanya Aji Saka sambil mencengkram leher si Codet.Argh.... Uup.... Aahhh....Si Codet gelagapan, lehernya terasa sakit dan tidak bisa bernafas."Katakan yang sebenarnya, kalau tidak, hari ini tamat riwayatmu!" Seru Aji Saka menindasnya dengan aura kekuatan Pendekar Dewa Bumi."Ba.... baik, Tuan Muda," balas Si Codet gelagapan. "Yang menyuruhku adalah Tuan Rajasa, karena dia ingin menguasai seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh Tirta Atmadja," tambahnya menjelaskan.Klek.... Argh....Si Codet lehernya patah di fighting oleh Aji Saka, dan jatuh tergeletak di tanah."Rupanya adik tiri ayahku, otak dari semua pembantaian itu!" Serunya didalam batin Aji Saka. "Tunggu saja pembalasan dariku," tambahnya.Diapun berlalu meninggalkan tempat itu, untuk melanjutkan tugas terakhir dari gurunya.Aji Saka terus berjalan menuju kearah kota, yang sudah tidak jauh dari tempatnya berjalan.Dipertengahan jalan, dia bertemu dengan seorang pengemis yang sangat menjijikan, tubuhnya bau busuk karena penuh dengan korengan dan budug.Dalam pikiran Aji Saka, mungkin orang yang sedang mengemis ini, makhluk yang dimaksud oleh gurunya. Karena selain pengemis itu tubuhnya bau, juga dirinya tidak pernah ibadah.Lekas dia hendak pulang menuju ketempat gurunya, namun belum jauh dari tempat itu, dia berpikir lagi. Bagaimana kalau akhir hidupnya? Dia sama seperti pria pemabuk, sama-sama mendapatkan petunjuk. Akhir hayatnya bisa lebih baik daripada dirinya.Aji Saka pun mengurungkan niatnya untuk pulang, dia meneruskan perjalanannya kearah kota, untuk mencari makhluk yang paling hina dan lebih buruk daripada dirinya.Bersambung.....Aji Saka terus berjalan memasuki kota Tirta Kencana, sebuah kota yang sejuk dikawasan Tatar Pasundan, dan selalu ramai dikunjungi oleh para pendatang. Dia berniat mencari sebuah rumah makan sekedar untuk mencari informasi dari sesama pengunjung, tentang markas kelompok Kalajengking Hitam dan tempat tinggal adik tiri ayahnya yang sudah tega membantai seluruh keluarganya.Aji Saka duduk disudut sebelah kiri ruangan rumah makan, menikmati makanan sate daging hewan buas, sambil terus mendengarkan obrolan dari para pengunjung lainnya.Sesekali dia melirik ke para pengunjung rumah makan, yang tengah pada membicarakan akan adanya sayembara adu jago di alun-alun kota."Sebentar lagi akan segera dibuka sayembara adu jago oleh Tuan Rajasa," ucap salah seorang pengunjung rumah makan.Deg.... hati Aji Saka terkejut karena yang mereka sebut itu adalah paman tirinya, yang telah membayar kelompok Kalajengking Hitam untuk membantai seluruh keluarganya.Pendengarannya semakin dipertajam lagi dengan men
Aji Saka memberi kesempatan kepada Rajasa, Ketua Kalajengking Hitam dan gurunya untuk bertarung dengannya."Aku ingin berlatih dengan kalian sampai mati, dan aku akan mengambil seluruh milikku yang kalian ambil. Dan hari ini kalian akan segera menemui dewa kematian!" Seru Aji Saka."Bajingan kamu! Beraninya menghina kami bertiga. Rasakan ini.... Pukulan Sengatan Racun Kalajengking Hitam!" Seru ketua Kalajengking Hitam menerjang Aji Saka."Gentar Bumi!" Balas Aji Saka, sama-sama menerjang dengan hebatnya.Duarr.... Duarr....Dua kekuatan beradu dengan kerasnya, melemparkan tubuh Ketua Kalajengking Hitam ratusan meter, keluar dari arena pertarungan hingga tubuhnya tergeletak di tanah tidak bergerak lagi, dengan tubuhnya bau hangit daging terbakar.Gurunya terkejut mendengar pukulan Gentar Bumi, karena dia mengetahui dari gurunya lagi, tentang seorang tokoh tua yang sudah menghilang ratusan tahun lalu, pemilik pukulan Gentar Bumi."Ada hubungan apa kamu dengan Eyang Gentar Bumi?" Tanya g
Semua orang yang berada didalam Puri Kencana termasuk Raja Gandra Seta beserta keluarga, para petinggi dan para pemimpin aliran hitam, berhamburan keluar dari dalam Puri, karena guncangan yang sangat hebat, dan bangunan Puri pada retak, sebagian tiang-tiangnya ada yang patah.Puri Kencana yang kokoh dan megah, kini posisinya miring kesebelah kiri, hampir roboh kalau tidak tertahan oleh beberapa tiang penyangganya.Raja yang melihat kejadian itu sangat bingung karena tidak tau apa yang sebenarnya telah terjadi.Tiba-tiba seorang prajurit tergopoh-gopoh menghampiri Raja Gandra Seta, melaporkan kejadian seorang kultivator muda merobohkan istana, dengan pukulan yang sangat mengerikan.Tentu saja Raja Gandra Seta, selain dirinya kaget, juga sangat marah mendengar laporan istananya dihancurkan."Panglima Cundra, tangkap pemuda itu, dan bawa kepalanya kemari!" Seru Raja Gandra Seta memberikan perintah kepada bawahannya."Baik Yang Mulia Raja. Titah Yang Mulia akan segera kami laksanakan," ja
Malam harinya, Aji Saka tiba di lereng Gunung Guntur. Sejenak dia istirahat terlebih dahulu disebuah saung, yang terbuat dari bambu hitam dan bambu kuning. Saung ini tidak jauh dari Perguruan Beladiri Gentar Bumi, biasanya para murid perguruan yang baru pulang menjalankan misi dari gurunya, bila kemalaman tiba di lereng gunung, mereka istirahat dulu semalaman di saung, baru pagi harinya kembali melanjutkan perjalanannya ke Perguruan Gentar Bumi.Seperti malam ini, Aji Saka bermalam sendirian di saung bambu. Udara dingin sudah tidak terasa lagi olehnya, selain sudah biasa tinggal dipuncak gunung, dia juga memiliki sebuah kekuatan mistis didalam tubuhnya, karena dengan sendirinya tubuh Aji Saka bisa menyesuaikan dengan berbagai kondisi alam dan cuaca buruk sekalipun.Tak lama berselang, tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang perempuan yang meminta pertolongan. Pendengarannya semakin dipertajam, dengan menyalurkan kekuatan kedalam telinganya. Setelah jelas sumber suara yang minta pert
Eyang Gentar Bumi menyusuri lorong rahasia, diikuti oleh Aji Saka dan Juminten, menuruni anak tangga menuju kesebuah tempat didalam lembah.Didalam lembah yang ditutupi oleh pepohonan yang rimbun, ada dua buah kolam berwarna putih kebiruan dan berwarna kuning keemasan. Kedua kolam itu jika masih ada keturunan dengan leluhur pembuat kolam, akan menerimanya untuk berendam dan mampu bertahan lebih dari satu bulan.Aji Saka dan Juminten, oleh Eyang Gentar Bumi diperintahkan untuk berendam di kedua kolam berwarna.Keduanya masuk kedalam kolam pertama, yaitu kolam yang mengandung kekuatan petir. Posisi mereka berdua saling membelakangi, dengan sikap lotus keduanya khusyuk melakukan kultivasi, sambil berendam didalam kolam berwarna putih kebiruan.Ada rasa panas seperti sengatan aliran listrik tegangan tinggi, menjalar ke seluruh tubuhnya.Argh.... Aahhh.... Uuhhh.... Iihhh....Keduanya mengerang merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya, ketika sengatan energi Petir terus menjalar. Keduanya b
"Sekarang sudah saatnya untuk membunuh seluruh kultivator terkuat, agar kita cepat menguasai seluruh kerajaan di Nusantara!" Seru Raja Giling Weusi merasa yakin rencananya bakal berhasil. "Panglima, segera mulai rencana pertama untuk membunuh mereka. Biar mereka saling membunuh di arena pemilihan adu jago. Nanti para pemenangnya masuk kedalam rencana kedua, mereka undang ke istana untuk menyantap hidangan yang sudah ditaburi racun. Dan rencana ketiga, untuk menghilangkan jejak, semua mayat para pemenang buang ketengah laut, agar menjadi santapan hewan-hewan laut," tambah Raja Giling Weusi panjang lebar.Panglima Kerajaan Giling Weusi melaksanakan titah rajanya, dia bersama para petinggi kerajaan akan memulai pemilihan adu jago, yang sudah dipersiapkan dari enam bulan lalu, dengan mengundang seluruh Raja dan petinggi se-nusantara. Sekarang mereka tinggal memulainya, menjalankan rencana pertama dari Raja Giling Weusi.Para peserta Pemilihan Jago sudah berdatangan, memadati arena pertaru
Di Pendopo Perguruan Beladiri Bangau Putih, Aji Saka, Juminten, Layang Seta dan Layang Kumitir, dijamu oleh dua orang tokoh tua aliran putih, Eyang Pertala dan Eyang Dharmala, sebagai tuan rumah pemilik dan pendiri perguruan.Dua tokoh tua itu, hampir seumuran dengan Eyang Gentar Bumi, yang telah kembali ke Alam Dewa. Dan keduanya, masih sahabatnya Eyang Gentar Bumi."Silahkan dinikmati jamuannya. Hanya segini adanya," ucap Eyang Pertala." Terimakasih, Pak Tua," balas Aji Saka."Anak muda, apakah anak muda ini muridnya sahabatku, Gentar Bumi?" Tanya Eyang Dharmala, pura-pura tidak tau.Aji Saka, Juminten, layang Seta dan Layang Kumitir, menatap dua tokoh tua sambil menganggukkan kepalanya berbarengan."Benar Pak Tua. Apakah Pak Tua ini juga para Dewa, yang turun ke Alam Bumi?" Jawab Aji Saka, balik bertanya."Oh, kalian semua sudah tau tentang asal usul Gentar Bumi?" Tanya Eyang Pertala."Kami sudah diberi tau, Pak Tua," jawab Aji Saka."Syukurlah, kalau kalian sudah diberi tau, bera
Aji Saka dan Juminten memacu kudanya kearah pesisir pantai selatan, hendak menuju ke Ibukota Kerajaan Nusantara. Namun dipertengahan jalan, keduanya dihadang oleh kelompok begal yang selalu beroperasi di wilayah selatan.Kelompok begal yang terdiri dari seratus orang lebih, mengepung Aji Saka dan Juminten dari berbagai arah. Mereka siap menerjang sepasang kekasih ini, yang duduk tenang dipunggung kuda putihnya."Cepat serahkan kedua kuda dan koin emas milik kalian, jika kalian ingin selamat!" Seru pemimpin begal mengancam Aji Saka dan Juminten."Ambillah jika kalian mampu," balas Aji Saka."Bajingan kamu! Beraninya menentang ketua kami!" Teriak salah seorang anggota kelompok begal."Oh, kalian ingin menghadap Dewa Kematian! Baiklah, silahkan kalian maju, jika kalian ingin merasakan panasnya api neraka!" Aji Saka berseru memprovokasi mereka."Kurang ajar kamu! Ayo serang keduanya!" Seru pemimpin begal, berteriak memerintahkan bawahannya untuk menerjang Aji Saka dan Juminten.Kali ini,
Kekuatan Sepasang Kultivator Tangguh dan Mawar, sekarang sudah melampaui kekuatan Alam Dewa Nirwana. Dan mereka selayaknya naik ketingkat lebih atas lagi, yaitu Alam Dewa Cahaya Lapisan Pertama, karena didalam tubuh mereka sekarang, sudah bersemayam jutaan cahaya yang menyilaukan pandangan mata musuh-musuhnya, jika mereka dan kedua kudanya sedang marah, akan terpancar cahaya yang menyilaukan dari dalam tubuh mereka.Aji Saka, Juminten dan Mawar terus memacu kudanya mendaki Golden Mountain, melalui jalan setapak yang biasa dilewati oleh bintang buas. Mereka sengaja tidak terbang, karena mereka ingin memburu binatang buas, untuk dipanggang dipuncak Golden Mountain.Namun yang mereka temukan adalah segerombolan Golden Tiger, menghadang perjalanan sepasang pemilik Pedang Dewa Petir dan Mawar. Raja Golden Tiger dengan memakai mahkota dan mengenakan jubah kebesarannya, serta memegang sebuah tongkat emas, berdiri dengan gagah menatap rombongan Aji Saka penuh selidik."Kalian sudah berani mem
Aji Saka, Juminten dan Mawar, memacu lari kudanya dengan kencang, menuju kearah perbatasan kota Banjar Sagara, di pesisir pantai Sagara. Mawar ingin segera melampiaskan dendam kepada paman tirinya, yang menghancurkan seluruh keluarganya.Waktu pun tak terasa, mereka sudah sampai diperbatasan kota, rumah keluarga Mawar berada dijalan perbatasan, yang mengarah ke Kota Banjar Sagara, yang kini dikuasai oleh keluarga dari paman tirinya.Kuda sepasang pemilik Pedang Dewa Petir, yang ditunggangi oleh Aji Saka, Juminten dan Mawar, menerobos masuk kedalam halaman rumah besar, menubruk para penjaga pos yang menghadangnya, hingga membuat mereka terpental selain terkena kaki kuda yang melayang di atas tanah, juga terkena sambaran lidah petir dari telapak tangan Juminten.Para penjaga pos tidak berdaya, setelah terkena sambaran lidah petir, sebagian tubuhnya hangus, dan langsung tergeletak di tanah tidak bergerak lagi.Aji Saka, Juminten dan Mawar, loncat dari kuda yang ditungganginya, mereka ber
Sepasang Kultivator Tangguh, Aji Saka dan Juminten memberitahu semua penduduk Perkampungan Angsana, bahwa semua makhluk iblis itu sudah musnah, dan mereka sekarang telah aman, tidak akan ada yang mengganggunya.Semua warga Angsana setelah diberi penjelasan oleh Aji Saka dan Juminten, baru mereka merasa tenang, dan berani keluar dari rumahnya.Mereka berkumpul di Pendopo Angsana, untuk melaksanakan tugas ronda. Sedangkan Aji Saka dan Juminten, beristirahat disebuah kamar khusus untuk tamu, didalam pendopo yang dijaga oleh petugas keamanan Kampung.Juminten tidur bersama Aji Saka, kepala Juminten di atas dada bidang sebelah kanan Aji Saka, sambil tangan Aji Saka membelai rambut Juminten dengan penuh kasih sayang.Belaian tangannya terus menuju ke depan dada Juminten, dan memegang sebuah tonjolan daging yang empuk dan kenyal. Juminten sempat menggelinjang, merasakan geli tapi ada suatu kenikmatan menjalar ke seluruh jiwanya.Juminten membiarkan tangan nakal Aji Saka meremas-remas buah da
Kabar Sepasang Kultivator Tangguh menghancurkan Kerajaan Iblis Serigala Merah, dan membunuh Raja Iblis beserta seluruh prajuritnya, tersebar begitu cepat ke seluruh Alam Dewa Nirwana, hingga sampai ke telinga Penguasa Wilayah Timur, Tuan Radjasaka dan ke beberapa pelindungnya termasuk Dewa Agung Niskala dan Dewa Agung Nirkala.Penguasa Alam Dewa wilayah timur, mengadakan pertemuan dengan seluruh Dewa Agung, untuk membahas peristiwa hancurnya Kerajaan Iblis Serigala Merah, yang menguasai Alam Dewa wilayah barat."Yang Mulia Dewa Agung Niskala, bukankah Sepasang Pedang Dewa Petir itu sudah menghilang ratusan tahun lalu? Dan kenapa sekarang muncul lagi, bahkan pemiliknya adalah sepasang muda-mudi?" Tanya Tuan Radjasaka penasaran."Iya memang, sudah ratusan tahun sepasang Pedang Dewa Petir itu menghilang dari Alam Dewa, tapi pemiliknya yang sekarang, adalah reinkarnasinya Anak dan menantuku, yang kekuatannya lebih tinggi dari anak mantuku sebelumnya. Ranah kekuatannya yang sekarang, berad
Goa disebelah barat danau hutan larangan, kini dijadikan markas sementara oleh Aji Saka. Didalam Goa sudah ditata sedemikian rupa, lorong-lorongnya dibersihkan dari rumput, sampah dan bebatuan yang pada menonjol. Begitu pula dengan ruangannya yang cukup besar, dijadikan ruang pertemuan dan tempat istirahat.Semakin hari semakin bertambah penghuninya, karena Aji Saka dan Juminten, dibantu oleh ketujuh pengikutnya, kerapkali selalu membawa orang-orang yang menjadi buronan iblis untuk berlindung didalam Goa, hingga lima bulan sudah terkumpul seribu orang lebih, dan semuanya para pekerja pertambangan yang diselamatkan oleh Aji Saka dan Juminten dari kejaran pasukan iblis.Didepan Goa, sudah dibangun ratusan rumah dan pendopo, yang terbuat dari kayu jati. Rumah-rumah tersebut berjejer rapih, mengelilingi sebuah pendopo dan disetiap sudut perkampungan baru, ada pos penjagaan.Aji Saka memberi nama perkampungan itu dengan nama Cakra Manggala, sebuah perkampungan baru disebelah barat danau hu
Pemilik Sepasang Pedang Dewa Petir, Aji Saka dan Juminten, melesat dengan cepat kearah ratusan prajurit Serigala Merah, dengan menyabetkan pedang Dewa Petir memenggal leher-leher mereka, sehingga ratusan kepala mereka terpisah dari tubuhnya, dan jatuh kedalam hutan.Dari enam ratus prajurit Serigala Merah, kini tinggal empat ratus prajurit lagi. Dan keempat ratus itu juga, menjadi sasaran empuk pedang Dewa Petir, yang dengan cepat memenggal leher para prajurit iblis, sehingga tidak bisa dilihat oleh mata mereka.Ratusan kepala lagi terlepas dari tubuhnya, dan jatuh bersama potongan tubuhnya kedalam hutan, biar menjadi santapan hewan-hewan buas.Kini tinggal dua ratus prajurit Serigala Merah, yang hendak meloloskan diri dari amukan pedang Dewa Petir. Namun Aji Saka dan Juminten bertindak cepat, menghantam mereka dengan pukulan Gentar Bumi dan Cambuk Petir, sehingga tubuh mereka hancur menjadi debu, dan sisanya hangus tersambar Cambuk Petir.Usai membereskan seluruh prajurit iblis denga
Aji Saka dan Juminten, setelah berada didalam hutan gelap, dengan menunggangi kuda putihnya, keduanya ingin segera naik ke Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar, dengan cara merobek ruang dan waktu yang telah mereka sempurnakan dari kitab kuno cara masuk ke Alam Dewa.Aji Saka mengerahkan kekuatannya, untuk merobek sebuah ruang dan waktu. Dengan kedua tangannya dibantu oleh Juminten, dia mengarahkan kedua tangannya ke depan, lurus dengan dirinya untuk merobek dan membuka Alam Dewa Nirwana.Pertama kali dia mencoba membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Tetapi kalau dia sudah terbiasa, dengan kekuatannya yang begitu tinggi, paling cepat sekitar tiga puluh detik bisa merobek dan membuka Alam Dewa.Setelah Alam Dewa Nirwana Lapisan Dasar terbuka, Aji Saka bersama Juminten bergegas masuk ke Alam Dewa Nirwana membawa kedua kuda putihnya.Keduanya muncul disebuah tempat yang sangat asing bagi dirinya, dipinggir sebuah danau ditengah hutan yang sangat lebat, penuh dengan pepohonan dan semak b
Setelah Aji Saka dan Juminten membersihkan dirinya masing-masing, mereka berdua tiduran sambil berpelukan. Tangan Aji Saka mengelus-elus daerah sensitifnya Juminten, dengan penuh kasih sayang, membuat Juminten mendesah merasakan gejolak jiwanya membara. Ada suatu kenikmatan dan kehangatan didalam jiwanya yang menggelora, seakan ingin segera merasakan apa yang menjadi impiannya. Bercinta dengan sepuas-puasnya, tapi niat itu diurungkan, karena keduanya masih saling menjaga agar tidak sampai kebablasan sebelum mereka resmi menjadi suami istri.Akhirnya keduanya tertidur dengan pulasnya, karena mereka merasakan lelah dan capek.Esok harinya, keduanya sudah pada keluar dari penginapan. Mereka melanjutkan perjalanannya lagi menuju kearah Ibukota, memacu kudanya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Tuan Kota dan Jenderal Kartiwa, yang telah menyaksikan peristiwa mengerikan itu, berniat mengunjungi Ibukota untuk melaporkan peristiwa di kotanya, sebelum keduanya menerima hukuman dari Penguasa Ke
Perjalanan Sepasang Kultivator Tangguh Tingkat Dewa, menuju ibukota Nusantara, banyak mengalami hambatan. Terutama dari para begundal penjahat yang terus berkembang bertambah banyak, seakan dibiarkan oleh pihak kerajaan, sehingga Aji Saka terus berpikir jauh ke depan, untuk membuat rasa aman dan nyaman bagi penduduk di wilayah kerajaan Nusantara, dia harus membentuk pasukan keamanan khusus, yang nantinya ditempatkan di wilayah paling rawan, dan paling banyak terjadi perampokan."Setelah selesai membangun Ibukota Kerajaan Nusantara, aku akan segera membentuk pasukan khusus keamanan, untuk mengamankan seluruh wilayah Nusantara, dari gangguan para penjahat," ucap Aji Saka didalam batinnya, sambil terus memacu kuda putihnya dengan kecepatan sedang, berdampingan dengan kuda putih yang ditunggangi oleh Juminten.Waktu pun tak terasa, menjelang magrib mereka berdua sampai disebuah kota besar. Kota Bungbulang, sebuah kota masih dibawah kekuasaan Kerajaan Nusantara.Tampak didepan gerbang masu