Beranda / Romansa / Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor / 14. Selamat Tinggal Masa Lalu

Share

14. Selamat Tinggal Masa Lalu

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-28 17:56:31
Aku berdecak dan menggeleng, menghitung lagi uang di tangan, mengambilnya sedikit lalu menyodorkannya pada mantan suamiku itu.

"Ini, Mas. Anggap aja harta gono gini. Mulai dari sekarang, aku gak ada urusan apa-apa lagi denganmu." Aku berucap tegas.

"Kalo segini gak cukup, Li." Raut Mas Arman masam. Meski begitu, tetap saja uang itu diterimanya. "Masih kurang buat bayar kontrakan."

"Cukup lah buat nambahin bayar kontrakan. Mas seharusnya berterima kasih karena aku masih berbaik hati." Suaraku agak meninggi. "Sisanya Mas cari sendiri. Bukan urusanku lagi."

Aku sudah berbalik badan, akan menuju rumah Bu Rahmi. Namun, karena ada ide yang melintas di kepala, kuhentikan langkah dan menghadap ke ibu-ibu pembeli perabotanku tadi.

"Sebagai bonus, Ibu bisa ambil barang-barang di dalam. Banyak yang udah gak saya butuhkan lagi. Ambil aja sesuka hati Ibu." Sudut bibirku terangkat sebelah, melirik sinis pada Mas Arman yang bertambah masam mukanya.

"Beneran, Mbak?"

"Iya, Bu. Ambil aja." Aku menegaska
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   15. Teror

    Beberapa bulan berlalu sejak kejadian itu. Hidupku sudah tenang dan kujalani seperti biasa. Dari Bu Rahmi aku mendapatkan kabar bahwa Mas Arman pindah dari rumah kontrakan di mana tempat pernah kami habiskan waktu bersama. Alasannya mereka pindah ke tempat tinggal yang letaknya lebih dekat dengan tempat kerja Mbak Yuli.Sesuai dugaanku, suatu saat sepupuku itu bakal menanggung beban suami benalu seperti Mas Arman yang malas dan pemilih dalam pekerjaan. Apalagi kata Bu Rahmi, Mbak Yuli bekerja serabutan sebagai tukang cuci dan setrika dari pintu ke pintu. Padahal yang kutau, dia sangat gengsi dengan pekerjaan itu. Pastilah kebutuhan hidup yang mendesak, membuatnya mau tidak mau, harus mau bekerja banting tulang dan membuang jauh-jauh segala gengsi untuk menutupi segala kebutuhan rumah tangga mereka.Pagi ini setelah membuat sarapan serta makan bersama Nurul dan Lita, aku pamit bekerja. Menuju ke pintu, Nurul yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya pun mengiringi langkahku keluar kosan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-28
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   16. Aksi Penculikan

    "Kamu sekarang jemput Mbak, ya. Kita ke rumah Mas Arman jemput Nurul.""Iya, Mbak." Lalu Lita buru-buru mematikan panggilan telepon. Aku pun berlari bergegas ke ruang istirahat, membuka loker pegawai, meraih tasku di sana."Ti, aku izin keluar sebentar, ya? Mendesak banget, ini." Aku meraih tangan Siti setelah kembali ke konter toko."Iya, tenang aja. Tapi, ada apa dulu? Jangan bikin aku ikutan cemas, Li." Siti sedikit menahan lenganku."Nurul dijemput Mas Arman. Ini bukan hal yang biasa. Seumur-umur dia gak pernah antar jemput anakku, Ti. Aku takut dia niat nyulik Nurul." Aku bertambah panik gara-gara pikiran buruk yang tiba-tiba melintas di pikiran. "Duh, mana Lita lama lagi." Aku mengangkat tangan kiri, melirik arloji di pergelangan."Tenang, Li. Mungkin masih di jalan." Siti menenangkan.Aku berjalan mondar-mandir menunggu jemputan Lita. Kadang berkacak pinggang, kadang menggigit kuku jempol. Ah, Mas Arman memang kelewatan, selalu membuat ulah.Bunyi klakson terdengar di depan toko

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   17. Usaha Mencari Tempat Tinggal Baru

    Hari ini aku izin tidak bekerja. Pada Ko Kevin kubilang ada urusan penting yang tidak bisa kutunda. Untungnya dia mengerti dan mengizinkan.Sejak pagi aku dan Lita berkeliling mencari tempat kos-kosan yang sesuai keinginan kami, dekat dengan pemberhentian angkot dan juga Sekolah Dasar. Dengan alasan agar aku mudah pergi ke tempat kerja, sekaligus dekat dengan sekolah anakku.Sebelumnya, Nurul sudah kutitipkan pada Bu Rahmi. Sejak usaha Mas Arman membawa paksa Nurul, aku tidak bisa membiarkan anakku itu sendirian di mana pun dia berada. Aku takut, kejadian yang sama akan terulang lagi. Aku tak boleh lengah kali ini.Tempat pertama yang kami kunjungi tak jauh dari rel kereta api. Memang terbilang dekat dengan stasiun dan juga jalur angkot, tetapi mataku tak terbiasa pada pemandangan ibu-ibu berbaju seksi dan bergincu merah yang duduk di warung-warung sepanjang jalan menuju kos-kosan itu. Tampaknya Lita juga menyesal memilih review kos-kosan yang dia dapat dari sosmed itu. Terlihat dari w

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-08
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   18. Menghindari Mas Arman

    "Nyari tempat kos-kosan, ya, Mbak?" Seorang pria berseragam hitam jingga yang berdiri di balik lemari kaca makanan menatap kami. Dia tak lain adalah karyawan rumah makan ini yang mungkin sejak tadi mendengar obrolan kami."Iya, Mas. Mas tau gak kontrakan yang bagus, yang ada di daerah sini? Bersih dan dekat dengan Sekolah Dasar?" tanyaku sambil menatap pria kurus berkulit sawo matang itu.Sejenak dia menatap langit-langit warung makan, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Setau saya ada, Mbak. Coba nanti dari jalan ini Mbak lurus aja. Paling ujung ada jalan aspal ke kiri. Terus aja. Di sebelah kanan ada gang gak terlalu besar. Tanya aja di situ, kos-kosan Pak Haji Munir.""Makasih, ya, Mas. Semoga masih ada tempat yang kosong buat saya." Aku tersenyum dan berharap tempat itu berjodoh denganku."Iya, Mbak. Sama-sama.""Ayo, buruan, Dek." Sekali lagi aku memperingatkan Lita agar bergegas menghabiskan makanannya.~AA~Berdasarkan petunjuk Mas karyawan rumah makan tadi, kami sudah berd

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   19. Meninggalnya Mas Burhan

    Pukul 04.00 subuh ponselku berdering nyaring. Kabar duka itu datang dari ibunya Mas Burhan yang mengabarkan bahwa putranya telah berpulang pada jam dua dini hari.Meski Mbak Yuli sudah tidak mempunyai hubungan lagi dengan Mas Burhan, tetapi aku sebagai sepupu mantan istrinya Mas Burhan, masih dekat dengan keluarganya. Itu sebabnya ibunya almarhum tak segan memberitahuku di jam segini.Aku segera mengirimkan pesan ke Siti, memberitahukan padanya bahwa aku bakal izin setengah hari tidak bekerja. Aku ingin takziah dulu sebab merasa tak enak jika tidak sampai hadir di hari duka ini. Setidaknya ucapan bela sungkawaku bisa sedikit menghibur keluarga yang ditinggalkan.Lagi-lagi aku menitipkan Nurul pada Bu Rahmi sebab hanya dia satu-satunya orang yang kupercayai menjaga putriku itu.Setelah mengantar Nurul, motor yang membawa aku dan Lita menuju rumah duka yang tak begitu jauh dari kediaman Bu Rahmi.Memasuki gang, tampak tenda tergelar menaungi puluhan kursi plastik. Sekumpulan bapak-bapak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   20. Penyesalan Mbak Yuli

    Kami yang mengenalinya, cuma berdiri memerhatikan. Tak ada satu pun dari kami yang berusaha menenangkannya.Cukup lama Mbak Yuli menangis, hingga akhirnya ibunya Mas Burhan buka suara. "Sudah, kan, Yul? Ibu rasa cukup kamu melihat Mas Burhan. Sekarang ibu mohon segera tinggalkan tempat ini. Terlalu banyak orang-orang yang geram atas perilakumu terhadap almarhum."Perlahan namun pasti, Mbak Yuli beranjak pergi sambil menunduk. Orang-orang di sekeliling memandang dengan wajah tidak suka. Terlebih lagi Dian. Adik Mas Burhan itu terlihat seperti ingin mencabik-cabik wajah Mbak Yuli.Mas Arman mendekati Mbak Yuli. Namun, uluran tangannya segera ditepis wanita yang sekarang menjadi istrinya itu. "Ini semua gara-gara kamu, Arman!" Mbak Yuli berteriak histeris."Kamu kenapa, Yul? Eling." Mas Arman menatap terkejut. Rautnya jengah terhadap wajah-wajah yang menonton mereka di pekarangan itu. Apalagi setelah berteriak, Mbak Yuli menangis meraung-raung duduk bersimpuh di atas tanah."Ini semua gar

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   21. Air Mata Mas Arman

    Aku sedang menonton drama Korea yang on going di ponsel saat benda pintar itu berbunyi nyaring. Tampilan wajah Lee Min Ho kini berganti dengan layar yang menampilkan panggilan dari nomor asing. Ah, siapa, sih? Mengganggu waktu bersantaiku saja.Secara berat hati, kuangkat juga panggilan itu. "Hallo?"" ... " Tak ada sahutan meski aku tau seseorang bisa mendengar suaraku dari seberang sana."Hallo? Siapa, ya?" ulangku sekali lagi dengan rasa penasaran yang tinggi. Masih juga tak ada sahutan. Akhirnya kuakhiri saja panggilan itu.Namun, tak lama kemudian panggilan dari nomor yang tadi muncul lagi. Awas saja jika orang itu hanya diam saja seperti tadi. Akan segera kublokir nomornya di ponselku ini."Hallo? Siapa, sih? Tolong, ya, jangan iseng!" Aku sedikit membentak."Li!" Ah, aku mengenali suara itu. Mas Arman. Ada gerangan apa dia menghubungiku lagi. Apakah dia membutuhkan uang?"Ya, Mas. Bentar. Aku panggilin Nurul kalo Mas mau ngomong sama dia." Aku hendak beranjak ke teras, di mana N

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   22. Koko Kevin

    "Aku ngelihatnya baru kemarin. Pas dia lagi buang sampah ke luar rumah. Dia ngelihat aku kek malu gitu, Li. Buru-buru masuk ke dalam sambil nunduk.""Aku juga terakhir ketemu pas takziah ke rumah mantan suaminya. Dia nangis-nangis waktu itu. Kayak menyesal. Tapi buat apa. Udah terlambat, kan?" Aku mengembuskan napas."Aku juga kasian liat dia. Badannya kurus, Li. Gak semok kayak dulu." Siti berhenti membersihkan, lalu menatapku."Mungkin kelelahan kerja kali, Ti. Aku gak pernah komunikasi dengan dia. Jadi gak tau kabarnya gimana sekarang.""Nah, yang mengherankan. Dia kerja di rumah tetanggaku itu nginap, Li. Padahal sebenarnya bisa pulang. Apa suaminya gak keberatan, ya, ditinggal begitu? Apa jangan-jangan mereka udah pisah?" Siti menggeleng-geleng."Udah, ah. Jangan nyerempet ke mas Arman lagi." Aku mencoba mengingatkan."Eh, iya. Maaf." Siti berujar tak enak.Klakson mobil Ko Kevin berbunyi di depan toko. Aku segera bergegas menghampiri. Biasanya dia memberi kode bahwa ada barang la

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02

Bab terbaru

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   42. Radi, Duda Hitam Manis

    Purwari tersenyum, tetapi matanya tak lepas dari pekerjaan di tangan. "Modelan bapakmu mana mau pakai sarung baru, Li. Sarung ini adem katanya. Bapakmu bakal terus memakainya sampai kain ini benar-benar lapuk dan rapuh."Lia sudah tau tentang kebiasaan Tarjo itu. Jadi Lia tidak menyarankan apa-apa lagi."Gimana pekerjaanmu di Jakarta, Nduk? Apa ada masalah?"Lia menggeleng. "Enggak, Mak. Alhamdulillah aku bekerja pada bos yang baik.""Syukurlah. Lalu ... apa kamu masih sering bertemu Yuli?" Purwari berhati-hati sekali menanyakan hal yang sensitif ini. "Walau gimana pun, dia sepupumu, Nak."Lia tersenyum penuh ketulusan. "Mak, sungguh aku udah maafin Mbak Yuli. Bahkan ketika mendiang Mas Arman masih hidup. Udah jalan hidup dan takdirku begini. Mau gimana lagi." Lia mengedik bahu.Purwari menoleh sepintas pada anaknya. Wanita itu mencoba membaca raut Lia. "Apa kamu mau Emak jodohkan?"Seketika Lia tergelak. "Mak, Mak. Zaman udah moderen gini, ah. Lagian Lita pun belum menikah. Aku mah t

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   41. Pulang Kampung

    Bus yang membawa Lia, Lita dan Nurul melaju menembus pekatnya malam. Mereka membutuhkan waktu lima jam lagi hingga tiba di kampung halaman. Waktu menunjuk ke jam sebelas, tapi mata Lia belum bisa terpejam sedari tadi.Di sebelahnya, Nurul dan Lita telah tertidur pulas tertutup selimut kotak-kotak yang tersedia di masing-masing kursi penumpang.Sejak memantapkan hati untuk kembali menata hati, Lia jadi susah tidur. Ini kebiasaannya sedari remaja dulu bila diserang gundah gulana. Lia tidak ingin melawan rasa yang menyakitkan itu. Dia biarkan luka merambat ke hatinya hingga luka itu sembuh dengan sendirinya. Lia hanya butuh waktu.Lia kembali memandangi layar ponsel dan membaca pesan dari Kevin yang pria itu kirimkan sebelum masuk ke dalam mobil dan pergi bersama Siska.[Maaf aku belum sempat menjelaskan situasi ini kepadamu, Lia. Tapi aku berjanji akan segera berbicara denganmu dari hati ke hati. Enggak di sini. Aku butuh berdua aja denganmu.]Lia tidak berniat sedikit pun untuk membala

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   40. Kenyataan yang Berbicara

    Sore harinya Kevin menepati ucapannya. Namun dia tidak datang sendirian. Ada Siska yang bersamanya. Tentu hal ini membuat Siti terheran-heran dan memaklumi kenapa sedari pagi Lia menjadi pendiam."Hai, ternyata kamu kerja di cabang yang ini, Mbak?" Siska melambai ke Lia secara bersahabat. Ini lah yang membuat kenapa Lia tidak bisa membenci gadis itu. Siska terlalu ramah dan baik, bahkan terlihat menyayangi Nurul saat di rumah orang tua Kevin kemarin."Iya, Mbak. Saya ditempatin di toko yang ini," jawab Lia memaksakan seulas senyum.Kevin sempat kebingungan, bagaimana menjelaskan kepada Lia. Namun Lia selalu menghindari tatapan pria itu. Sedang barang yang baru saja dibawa Kevin dari mobil, segera diambil Siti."Maaf aku gak bisa mampir lama, Li. Aku harus ... nganterin Siska ke suatu tempat." Kevin menjelaskan sembari garuk-garuk kepalanya."Iya, Ko. Gak apa-apa." Bibir Lia tersenyum, tapi tidak dengan matanya. "Oh, ya, Ko. Sekalian aku mau minta izin cuti.""Cuti?" Alis Kevin bertaut

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   39. Menghadapi Kenyataan

    Nurul telah tertidur sejak tadi, sedangkan Lia masih menonton televisi. Meski mata wanita itu menuju layar benda elektronik di hadapan, tapi Lita tau kakak perempuan satu-satunya itu tengah memikirkan sesuatu."Nih, kopi. Aku juga buatin buat Mbak Lia." Lita menyodorkan segelas kopi instan yang telah terseduh.Lia menoleh lantas menyambut pemberian adiknya itu. "Kamu kebiasaan, ya, Dek. Kasih kopi ke Mbak di jam segini." Lia menggeleng-gelengkan kepala.Lita tertawa, lantas menyusul duduk di sebelah kakaknya. "Gak minum kopi juga Mbak gak bakalan bisa tidur malam ini. Iya, kan?"Lia terdiam sejenak. "Kamu tau dari mana?""Tadi aku udah nanya ke Nurul tentang apa aja yang kalian lakuin di rumah orang tua Ko Kevin." Lita tak membalas tatapan kakaknya. Dia menyeruput kopinya sendiri sambil menatap televisi. "Siapa gadis cantik yang diceritain Nurul ke aku, Mbak?"Lia tersenyum miris lalu menggeleng. "Entah lah. Mbak juga belum tau pasti, tapi ... kayaknya dia dan Ko Kevin pernah punya hu

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   38. Fakta yang Terungkap

    "Maaf, kalau ucapanku tadi ngagetin. Tapi benar, kok. Aku sama Kevin pernah tidur di ranjang yang sama. Waktu itu aku ketiduran di kamar Kevin, eh, Kevin-nya malah gak ngebangunin. Aku dibiarkan tidur di kamarnya sampai pagi." Siska kembali tertawa.Kevin menelan ludah. Dia baru menyadari bahwa ekspresi Lia sedang tidak baik-baik saja."Dulu aku kuliah di Singapura, tinggal di rumah Om Sarwono, Li. Makanya aku dan Siska dekat," terang Kevin.Lia manggut-manggut. Hatinya mulai lega. Keterangan dari Kevin itu cukup menjelaskan opini yang salah di kepala Lia sejak kedatangan Siska tadi."Tapi dulu Kevin pernah cium aku, Tante." Siska melirik Kevin lantas tersenyum simpul.Kali ini Kevin yang tersedak, tapi Siska malah semakin tergelak."Benar kah?" Mami Kevin terbelalak. "Bisa-bisanya, ya, kamu Kevin." Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala."Ya dimaklumi aja, Mi. Namanya aja anak kita waktu itu masih labil." Papi Kevin buka suara.Prasangka buruk yang sempat singgah lalu pergi, kini ber

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   37. Merasa Asing

    Gadis yang dipanggil oleh Mami Kevin dengan nama Siska tersebut pun menoleh. Dia tersenyum lebar menuju wanita itu sembari membentang kedua tangannya. Mereka kemudian saling berpelukan erat sekali."Tante apa kabar? Tante makin cantik aja. Apa, sih, rahasianya?" sapa Siska ramah."Duh kamu ini, lho, yang makin cantik, Nak. Tante sempat bingung tadi mau ngebedain antara kamu sama bidadari. Tante pikir bidadari dari mana yang turun dari mobil suami Tante.""Ah, Tante bisa aja." Siska kembali tertawa renyah memamerkan giginya yang putih dan berderet rapi.Entah mengapa sejak kedatangan Siska, Lia merasa dirinya benar-benar di tempat yang asing. Penampilan terbaiknya hari ini, sungguh kalah jauh bila dibandingkan dengan gadis itu.Siska yang sejak tadi dipandangi oleh Lia dan Nurul tanpa berkedip, sontak menoleh kepada dua beranak tersebut."Siapa mereka, Tante?" tanya Siska.Mami Kevin seperti baru menyadari keberadaan Lia dan Nurul yang masih ada di tengah-tengah mereka. "Oh ... dia Lia

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   36. Hanya Dianggap Tamu Biasa

    Kevin tertawa renyah sembari mencubit kedua pipi ibunya itu."Mami kayak anak kecil aja. Aku kan sering ke sini, Mi. Cuma beberapa hari ini aku memang lagi sibuk banget. Ada beberapa barang yang harus aku kirimkan ke luar kota." Kevin menjelaskan secara panjang lebar.Baru lah wanita itu yang merupakan ibu dari Kevin bisa memberikan senyuman walau tipis."Oh ya, Mi. Kenalin ini yang namanya Lia, dan ini putrinya Nurul."Mami Kevin menoleh kepada Lia yang sedari tadi diam saja. Wanita itu tidak banyak berkata-kata. Hanya menerima ciuman tangan Lia dan Nurul yang meniru gerakan ibunya itu."Ayo, masuk ke dalam kalo gitu. Jangan berdiri di luar." Mami Kevin mendahului masuk lalu duduk di ruang tamu. Kevin duduk menyusul di sebelah ibunya."Papi mana, Mi?""Tadi keluar sebentar. Jemput teman masa kecilnya di bandara dari Singapura. Teman Papi-mu itu mau nginep di sini katanya beberapa hari.""Siapa, Mi?" Kevin mengerutkan dahi."Om Sarwono. Kamu masih ingat, gak?"Raut Kevin langsung beru

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   35. Mengunjungi Orang Tua Kevin

    Dada Lia berdebar. Sejak dari kemarin sore, Kevin telah memberitahunya untuk bersiap-siap. Sebab pada hari ini pria itu ingin mengajak kekasihnya pergi mengunjungi orang tua Kevin yang tinggal di kota sebelah."Aku ingin memperkenalkan kamu ke mereka, Li. Kamu lihat, kan, kalau aku benar-benar serius ingin menikahi kamu."Kevin bicara pada Lia via telepon."Tapi ... gimana kalo mereka gak suka sama aku, Ko?" Lia malah balik bertanya dengan perasaan ragu.Kevin tertawa. "Jangan berprasangka buruk dulu sebelum melihat sendiri, Li. Mereka baik kok. Tapi ... ya memang orang tuaku tipe orang tua yang memegang prinsip jaman dulu. Mereka amat disiplin dan tegas.""Baru mendengarnya aja aku udah panas-dingin, Ko." Lia mulai merasakan buku-buku jemarinya mengeluarkan keringat dingin.Terdengar lagi suara renyah Kevin. "Panas-dingin karena kamu udah gak sabaran lagi bertemu dengan mereka? Atau takut?"Lia menggeleng. "Entah lah, Ko. Susah bagi aku untuk menjelaskannya." Lia menarik napas panjang

  • Kulepas Suami Benalu Untuk Pelakor   34. Lamaran Dari Ko Kevin

    Dengan mantap aku mengangguk dan berkata 'Ya'. Tentu saja aku tidak akan menolak pria di depanku ini. Pria yang tulus dan tidak memandang kasta serta harta. Pria yang menerima semua kekuranganku, terlebih lagi aku mencintainya.Gemuruh sorakan semakin kuat terdengar. Ko Kevin dengan senyum mengembang lantas berdiri, meraih cincin di genggamanku dan menyematkannya di jari manis. "Terima kasih." Kecupan lembut mendarat di dahiku, setelah dia mengucapkan dua kalimat itu.~AA~Mesin mobil Ko Kevin telah dimatikan sejak tadi. Kami sudah pulang dan tiba di depan kontrakanku. Namun, sejak mesin mobil dimatikan, Ko Kevin mau pun aku tidak juga mengeluarkan kata-kata sedikit pun. Kami hanya duduk saling diam.Entah apa yang tengah dipikirkan Ko Kevin saat ini, sedangkan aku, aku sungguh merasakan gugup yang tidak terkira.Tentu saja, siapa yang menyangka Ko Kevin baru saja melamarku. Seorang pria berwajah rupawan, memiliki harta dan juga bukan dari keluarga sembarangan, berniat menjadikanku se

DMCA.com Protection Status