Share

BAB 54 — LIMA HARI KE DEPAN

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Untungnya, jarak kantin rumah sakit dengan ruangan Maura tak begitu jauh.

Gemintang hanya perlu turun ke lantai satu menggunakan lift untuk sampai di kafetaria.

Ketika tiba di tempat yang tidak terlalu ramai itu, matanya segera menangkap sosok pria berkaos hitam yang duduk di sudut ruangan.

Ada dua cangkir minuman sudah tersaji di hadapannya. Janu, tampak asyik berkutat dengan laptop dan beberapa berkas, sehingga tak menyadari kedatangannya.

Tuk!

Gemintang mengetuk meja, membuat Janu akhirnya menghentikan aktivitasnya.

Beberapa saat ia terdiam, matanya tak berkedip saat mengamati penampilan istri keduanya itu.

"Mas?" Gemintang mengibaskan tangannya di depan wajah Janu, membuyarkan lamunan pria itu.

Janu terkesiap, tetapi belum juga menjual ekspresi apa pun, hanya berkata, "Duduklah."

Gemintang menurut dan duduk di hadapan suaminya. Pria itu kemudian menggeser secangkir teh hangat ke arah Gemintang.

Sementara Gemintang yang baru saja melepas tas selempangnya, sejenak menikmati aroma te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 55 — OVERHEAT

    Janu menatap dalam sepasang mata Gemintang. Itulah satu-satunya pilihan yang dapat dia berikan.Mungkin terdengar berlebihan, tetapi menjauhkan Maura dari Rosaline dengan mendekatkannya pada Gemintang adalah langkah terbaik.Meskipun Rosaline mencoba untuk mengganggu, Gemintang dapat melindunginya—bahkan tanpa Janu di sisinya.Selama dua minggu itu, Janu hanya berharap hubungan antara Gemintang dan putri mereka bisa pulih sepenuhnya.“Bagaimana kalau satu minggu saja?” Gemintang memberikan penawaran tetapi Janu tetap memberikan gelengan. “Dua minggu tetap dua minggu,” katanya seolah tak ingin dibantah.“Tapi, Mas—”“Kau sendiri yang bilang merasa jauh dari Maura, sekarang aku memberikan kalian waktu berdua, kau malah menolaknya?”Gemintang membuang napas pasrah, kedua bahunya tampak melemas. “Baiklah, aku akan ambil cuti dua minggu.”Sesaat kemudian yang tercipta diantara keduanya hanyalah keheningan. Hanya suara musik juga riuh beberapa orang dalam kafetaria itu.***Di tempat lain

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 56 — SENAM JANTUNG?

    Tak lama, mobil jemputan tiba. Meski Bu Dewi ingin langsung pergi ke rumah sakit, namun, pada akhirnya, ibu tiri Janu itu mengikuti kemauan sang menantu agar pulang lebih dulu.Hanya saja, setibanya di rumah, Bu Dewi dibuat bingung saat melihat Rosaline sibuk memeriksa tempat sampah khusus botol di dapur yang ternyata sudah kosong. Tak hanya itu, Rosaline juga tampak menggeledah seluruh kabinet di sekitarnya, seolah sedang mencari sesuatu.“Apa sebenarnya yang kamu cari, Rosaline?” tanya Bu Dewi, mulai merasa tak sabar dengan ketidakjelasan itu.Rosaline berdiri dan memutar tubuhnya menghadap Dewi. “Sebentar, Bu. Aku harus tahu ke mana perginya botol-botol di sini,” ujarnya lalu memanggil salah satu bibi, membuatnya semakin bingung.Namun, wanita itu memilih untuk menahan diri dan tidak berkomentar lebih jauh.“Bi, ke mana botol-botol di sini?” tanya Rosaline saat pelayan rumahnya datang.“Oh, maaf, Nyonya. Botol-botol itu sudah diangkut truck sampah tadi pagi,” jawab wanita muda itu

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 57 — MAURA MAU ADIK!

    Janu melipat kedua tangannya di depan dada. “Kau punya rencana lain?”Sambil meraih cangkir kopi, Manggala tersenyum misterius.Ia mencerup sedikit cairan pekat hitam di dalamnya sebelum berkata, “Kau lihat saja. Setelah ini, akan ada banyak drama di perusahaan Rosaline. Jika kita mencari bidak dan aktor yang membuat permainan ini lebih menarik, maka Lorena lah orangnya.”Manggala meletakkan cangkirnya kemudian menatap Janu dengan wajah serius. “Namun, itu hanya upayaku untuk mengulur waktu, agar Dewi dan Rosaline tidak ikut campur sementara waktu. Lalu kau dan aku bisa fokus pada para bedebah itu, karena cepat atau lambat mereka akan menyerang kita!”Mendengar pendapat sepupunya Janu memijat tulang hidungnya.Ia juga harus melakukan sesuatu, sebab waktunya bersama Gemintang dan Maura hanya tinggal sebentar, selanjutnya mungkin ia akan jarang bersama mereka lagi.***Tidak terasa, hari berjalan begitu cepat. Progress kesembuhan Maura cukup baik, sehingga dia bisa dipulangkan lebih cep

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 58 — GELISAH

    [Ada apa?]Janu mengirim balasan, sesaat kemudian Manggala membalas pesannya.[Ada yang tidak beres dengan pabrik produksi. Kau segeralah ke kantor, aku jelaskan di sana saja.]Janu menaikan alisnya. Pesan terakhir itu mengisyaratkan jika ada hal serius yang terjadi di perusahaannya. Ketika persetujuannya terkirim, Janu lalu melanjutkan langkahnya menuju bagian administrasi untuk mengurus kepulangan Maura.Setelah urusan selesai dan dokter menyatakan bahwa Maura sudah boleh pulang, akhirnya Janu bisa membawa putri dan istrinya keluar dari rumah sakit.Ia lega putrinya bisa pulang lebih awal, tetapi sepanjang perjalanan, pria itu terus memikirkan pesan dari Manggala.Sejak Maura dirawat di rumah sakit, Janu belum sempat mengunjungi kantor.Segala urusan perusahaan ia percayakan kepada Manggala. Janu yakin, sepupunya itu bisa diandalkan dan tidak akan ceroboh dalam menjalankan tugasnya. Namun, pesan tadi membuat hatinya tak tenang.Apa yang terjadi? Hal genting apa yang membuat Mangga

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 59 — MEMBERINYA NAPAS

    Gemintang mengawasi kepergian Janu dengan tatapan penuh tanya. Hatinya turut tak tenang melihat suaminya yang begitu tergesa-gesa, bahkan langkah kakinya bergerak cepat sebelum Gemintang memberikan persetujuan.Namun, wanita itu memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu dan memilih membereskan beberapa barang dan pakaian kotor yang perlu dicuci.“Maura, main sendiri dulu, ya? Ibu mau cuci baju yang kotor,” ujar Gemintang, yang dijawab dengan anggukan oleh Maura.Hanya saja, ketika sedang menyortir pakaian, ponsel Gemintang bergetar dari dalam tasnya.Ia lantas bangkit berdiri mengambil ponsel itu dan melihat layar. Ada panggilan video masuk dari Baskara.Gemintang lalu mengusap layarnya untuk menjawab.“Ya, Bas?” tanyanya ketika ponselnya menampilkan Baskara yang tengah duduk di sebuah restoran. Beberapa hari tak bertemu, Gemintang hampir lupa dengan pria itu.“Hai, apa aku sedang mengganggumu? Aku menghubungimu sejak semalam, tetapi sepertinya kau sedang sibuk.” Baskara terlih

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 60 — AWAS!

    Di sisi lain, Janu yang baru saja tiba di kantor, merasakan atmosfir yang berbeda.Para karyawan yang biasanya sibuk dengan rutinitas masing-masing, tampak saling berbisik satu sama lain, seolah sedang membicarakan sesuatu.Janu lalu melangkah cepat ke ruangannya, berharap segera bertemu dengan Manggala untuk mendapatkan penjelasan.Manggala menoleh saat mendengar suara pintu, lalu berdiri untuk menyambut kedatangan Janu.“Apa yang terjadi?” tanya Janu tanpa basa-basi.Manggala menghela napas panjang sebelum menjawab. “Ada dua masalah besar. Kau ingin dengar yang mana?”Janu mendudukkan dirinya di atas kursi kerja lalu berkata, “Terserah.”Manggala kemudian mengambil sebuah map kuning. “Ini laporannya. Empat mesin cetak spandek di pabrik alfa meledak tiba-tiba dan mengalami kerusakan serius. Tidak ada korban jiwa, hanya saja, itu membuat produksi spandek terhenti sejak tadi malam dan target pemasiran tidak terpenuhi.”Tentu saja, kabar ini mengejutkan bagi Janu. Selama ini, ia selalu

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 61 — MUNGKINKAH?

    Prang!Gemintang yang sedang sibuk menyusun menu makan malam hampir kehilangan degup jantungnya karena terkejut.Di waktu yang sama, entah bagaimana caranya piring keramik di hadapan Maura terlepas dari genggaman dan jatuh ke lantai.Pecah berkeping-keping dan berhamburan ke segala arah.Wanita dengan apron hijau yang masih melekat di tubuhnya itu segera mendekat ke arah putrinya.“Maura? Kamu baik-baik saja?” tanyanya khawatir.Sementara gadis kecil itu menundukkan kepala dan berkata, “Maaf, Bu. Maura tidak sengaja.”Sejenak Gemintang membuang napas panjang, mengamati pecahan keramik yang tersebar di lantai, lalu mengembalikan pandangan ke arah Maura dan mengusap paha mungilnya dengan pelan.“Tidak apa-apa, Sayang. Ibu tidak marah, yang penting Maura tidak terluka. Lain kali, hati-hati ya. Kamu boleh minta bantuan Ibu kalau kesulitan.”Maura memberikan respon dengan anggukan kepala. Gemintang lantas meminta gadis itu tetap berada di tempatnya dan segera mengambil sapu untuk membersi

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 62 — GUGUP

    Sayangnya sebelum pertanyaan itu terjawab, ketukan pintu bertambah semakin keras, seolah mendesak agar seseorang segera membukanya.Dengan langkah tergesa, wanita berpiyama merah muda itu meletakkan buku di meja, lalu berteriak, “Ya, sebentar!”Pintu terbuka, dan sepasang mata membulat tak percaya saat menangkap sosok Janu di baliknya. Lelaki itu terlihat berbeda dari biasanya. Pakaian kantornya telah berganti dengan pakaian santai, celana pendek dan hoodie hitam. Satu tangannya menusuk saku jaket, sementara yang lain menggenggam sebuah paper bag hijau.Ketika pintu terbuka, sepasang mata Gemintang melebar, beberapa kali ia mengerjap tak yakin saat melihat seorang pria berdiri di hadapannya. Dia tahu, itu Janu, hanya saja lelaki itu datang dengan penampilan yang berbeda. Pakaian kantornya telah berganti dengan celana pendek dan hoodie berwarna hitam. Satu tangannya bersembunyi dalam saku jaketnya, sementara satu tangan yang lain membawa sebuah paper bag berwarna hijau.Dan, benar saj

Bab terbaru

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 151 — TAMAT

    Beberapa bulan setelah itu, Baskara sedang menyimak berita yang sedang trending di media. Soal Janu dan Gemintang yang sedang naik bisnisnya. Juga hubungan mereka yang diperdebatkan banyak orang. Entah bagaimana ia harus merasa. Dia tak rela, tetapi itulah menjadi pilihan Gemintang. Aruna yang tahu perasaan lelaki itu menyandarkan tubuhnya di kursi sebelah Baskara yang sedang menatap layar ponselnya, memperhatikan berita tentang Janu dan Gemintang. Semburat senyum tipis terlihat di wajahnya, tetapi matanya menunjukkan kesedihan yang tak tersembunyikan.“Kenapa Bapak masih melihat berita mereka?” Aruna bertanya lembut, mengambil alih perhatian Baskara yang sepertinya larut dalam pikirannya sendiri.Baskara menghela napas, mengunci layar ponselnya dan meletakkannya di meja. “Entahlah, mungkin aku hanya ingin memastikan bahwa dia bahagia di sana.”Aruna tersenyum lembut, mencoba mengusir suasana muram di wajah Baskara. “Gemintang memang sudah memilih jalannya sendiri, Pak. Terkadang, m

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 150 — KATA YANG TAK PERNAH TERUCAP

    “Kalian memang manusia tidak tahu diuntung! Awas saja! Awas saja kalian!”Usai mengatakan demikian, Bu Dewi gegas pergi dari ruangan itu, meninggalkan Janu dan Rosaline yang kini berdiri pada posisinya masing-masing. “Bibirmu berdarah.” Janu menunjuk setitik darah yang tampak di sudut bibir Rosaline.Janu lalu menghubungi sekretaris untuk meminta kotak obat lewat sambungan pararel.“Duduklah, sekretaris akan datang bawakan obat.”Rosaline kemudian duduk di sofa, sementara Janu mengambilkan satu botol air mineral dan membukakan tutupnya untuk Rosaline, bersamaan dengan itu pula, sekretaris Rosaline mengantar obat. Saat sekretarisnya memberikan kotak obat, Rosaline menunduk sambil mengambilnya dari tangan sang sekretaris. "Terima kasih, tapi saya bisa obati sendiri," ucapnya pelan yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh sang sekretaris.Janu menyerahkan botol air mineral yang baru saja ia buka untuk Rosaline. “Ini, minumlah dulu,” ujarnya dengan nada lembut. Rosaline mengucapkan te

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 149 — SETITIK DARAH

    “Kau yakin aku ingin membahas hal itu?” Rosaline memelankan suaranya. Dia sedikit terkejut dengan permintaan Janu. “Lakukan saja, pancing hingga dia mengatakan semuanya.”Rosaline mengangguk.Janu lantas beringsut mundur, mencari tempat strategis, tak lupa membawa pena perekam yang diberikan oleh Rosaline dan memastikan dirinya tak meninggalkan jejak apapun. “Rosaline!”Seruan Bu Dewi semakin jelas dan keras, hampir memekakan telinganya. Rosaline lalu membawa dirinya duduk di kursi direktur, membuka laptopnya dan bersikap seolah ia sedang bekerja. Hingga akhirnya ….Brakk! Pitu ruangannya dibuka dengan kasar, Rosaline menghentikan gerakan jarinya di atas papan ketik. Dia mendongak menatap Bu Dewi yang memberikan ekpsresi marahnya. “Bisa-bisanya meminta sekretarismu untuk berbohong dan mengatakan kau sedang menemui tamu, padahal kau sedang tidak bertemu dengan siapa-siapa?” Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ke arah Rosaline dengan wajah penuh amarah, kedua tangan juga mengep

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 148 — WELLCOME BACK!

    Pagi-pagi sekali, Janu segera pergi ke kantor Ferinco.Empat tahun tidak pernah mengunjunginya, gedung pencakar langit itu masih sama, tidak banyak hal yang berubah, hanya mengalami renovasi di beberapa titik denah. Janu mengikuti arah langkah Manggala yang berjalan lebih dulu di depannya, mengantarnya menuju tempat tujuan. Setelah beberapa saat menyusuri lorong, dan menaiki lift, mereka bedua akhirnya tiba di depan ruang milik Rosaline.Sementara Manggala menghela napas panjang sebelum menepuk pundak Janu. Pria yang berusia lebih muda darinya itu merentangkan tangan. “Akhirnya, kau kembali. Welcome back to work!”“Thanks, Brother! Kau harus menemaniku memulai semuanya dari awal,” ucap Janu membalas pelukan Manggala. “Itu pasti! Oh iya, Kau langsung masuk saja, biasanya Rosaline akan datang sebentar lagi.” Manggala melepas peluknya, lalu melirik arloji perak pada tangan kirinya. Pria berjas itu lalu mengambil sebuah kartu dari dalam saku jasnya.“ID card milikmu, mulai hari ini kau

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 147 — BERITA BAIK

    Selepas bertemu dengan Manggala di kafe, menjelang makan siang Janu kembali ke rumah. Kedatangan pria itu disambut oleh si kembar yang berlari ke arahnya seraya memanggil, “Ayah!”“Yeeeay! Ayah pulang!”Janu pun menggendong mereka berdua. “Kamu sudah selesai, Mas?” tanya Gemintang ketika melihat Janu menggendong putra dan putrinya. Dia melihat sekilas ke arah Janu, sebelum mengembalikan pandangan pada untaian daun bawang di hadapannya.“Sudah,” jawab Janu ketika menurunkan Keenan dan Kinara di ruang tengah. Kedua bocah itu segera menghampiri mainan mereka lagi. Sementara Janu mendekat ke arah Gemintang yang sedang sibuk di dapur. “Apa yang kalian bahas? Sepertinya kamu ceria sekali setelah bertemu dengan mantan istri?” mendengar itu Janu terkekeh. Selanjutnya melingkarkan lengannya di tubuh Gemintang. Dagunya bersandar di pundak kanan wanita itu. “Kamu cemburu, hm?”“Tidak. Hanya penasaran, apa yang dibahas suamiku ketika bertemu mantan sehingga ketika pulang wajahnya bisa sumring

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 146 — RENCANA JANU

    Janu memandangi surat itu dalam diam. Hatinya berkecamuk antara kaget dan heran. Satu sisi, ia merasa diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Namun di sisi lain, ada keraguan yang masih muncul dalam hatinya. Apakah ini semua bisa dipercaya? Atau hanya akal-akalan Rosaline saja?"Aku mengerti keraguanmu. Awalnya, aku tidak ingin percaya dengan Rosaline, tetapi, jika dipikirkan ulang, untuk apa dia rela untuk melepas ini semua, kalau bukan karena dia memang ingin berubah?"Janu masih membisu, mencoba mempertimbangkan kata-kata sang sepupu. Hingga akhirnya, pria itu membuka suara. “Jika aku menerima kembali ini semua, lantas bagaimana dengan Rosaline?”“Dia sudah punya tujuannya sendiri. Kau tidak perlu cemaskan itu, yang penting sekarang dia sudah berada di pihakku, dia juga sudah bersedia bersaksi atas semua kesalahan Bu Dewi.”“Dia bersedia?” ulang Janu, tak percaya. “Iya, yang aku tahu hubungannya dengan Bu Dewi memburuk. Anak buahku melapor jika Rosaline tinggal di aparteme

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 145 — APAPUN ALASANNYA

    “Aku tidak tahu, tetapi Manggala bilang Rosaline ingin bertemu denganku.”Janu memperhatikan wajah istrinya yang berubah. Begitu nama Rosaline disebut, senyum di wajah Gemintang pudar perlahan. Janu paham, hati wanita itu begitu sensitif, terlebih jika mendengar nama mantan atau orang yang pernah menjadi masa lalu pasangannya.Dia bahkan tahu, Rosaline adalah sumber masalah mereka selama ini. Seharusnya nama itu tak pernah ia sebutkan.“Rosaline?” ulang Gemintang, “Kamu… masih berhubungan dengan dia?”Janu cepat-cepat menggeleng. “Tidak. Jangan salah paham dulu. Aku sudah lama putus kontak dengannya. Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh tanya ke Manggala. Aku juga tidak tahu apa yang akan Rosaline bicarakan; tiba-tiba saja dia meminta bertemu.”Gemintang tetap diam, membuat Janu khawatir dia akan marah.“Begini saja, kita pergi bersama, supaya kamu tahu apa yang akan Rosaline bicarakan,” tawar Janu, berharap bisa menenangkan hati istrinya.Namun, jawaban Gemintang tak sesuai harapannya

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 144 — ANAK KE EMPAT?

    “Mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Janu.”Manggala menatap map berwarna biru yang baru saja disodorkan Rosaline. Sepasang matanya menyipit kala melihat barisan tinta yang tertulis di atas kertas itu. Apakah semudah itu Rosaline menyerahkan kembali semua aset yang telah dia dapatkan ini?“Kalau kau berpikir aku punya rencana buruk, kau salah. Aku serius, Manggala. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku bersedia menjadi saksi. Bahkan jika aku dinyatakan bersalah, aku siap menerima konsekuensinya.” Rosaline mengatakan kalimat itu dengan suara yang agak parau. Sebenarnya Manggala iba dengan wanita itu, tetapi mengingat semua perbuatannya di masa lalu, ia tetap harus waspada, bukan? Bisa saja ini hanya permainan liciknya?“Apa yang membuatmu berubah pikiran seperti ini, Rosaline? Apa yang akan terjadi ketika kau mengembalikan semua ini pada Janu?” Manggala bertanya setelah menyeruput kopinya. Helaan napas panjang meluncur dari bibir Rosaline. “Sudah kukatakan sebelumnya karena

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 143 — MENGEMBALIKAN HAK MILIK

    “Maksudmu… Janu?” Manggala mengulang, keningnya berkerut, mencoba mencerna maksud ucapan Rosaline. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba membicarakan pria itu.Mengingat sudah bertahun-tahun lamanya wanita itu tak mengungkit nama Janu. Hingga sekarang ketika Janu sudah bersama lagi dengan Gemintang, mengapa tiba-tiba dia membahas soal pria itu?Apa dia sudah tahu tentang mereka?[“Ya, aku tidak bisa menjelaskan di sini. Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Akan aku jelaskan semuanya.”] Rosaline menjawab dari seberang sana. Suaranya terdengar parau. Entah apa yang terjadj dengan wanita itu tetapi Manggala hanya bisa menebak-nebak. Manggala menghela napas panjang, bergulat dengan keengganan, tetapi rasa penasaran yang begitu besar memaksanya setuju. “Oke, sebaiknya kita bertemu di luar kantor saja. Takutnya ada banyak orang yang mendengar,” usulnya yang kemudian disetujui oleh Rosaline. Setelah sepakat, mereka meluncur ke sebuah kafe di pusat kota. Meski ramai, mereka menemukan s

DMCA.com Protection Status