Beranda / Rumah Tangga / Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya / Bab 203 Barisan Pembenci Pelakor?

Share

Bab 203 Barisan Pembenci Pelakor?

Penulis: Dhesu Nurill
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-24 14:47:39

Karyawan itu diam sejenak, tapi wajahnya tampak kaget mendengar tawaran dari Raka. Sang pria meneliti penampilan Raka dari atas sampai bawah, lalu dia pun pergi sembari tersenyum miring.

"Jangan bilang kamu suruhannya Pak Devan untuk memata-mataiku dan sengaja mengajak kerjasama agar aku hancur, ya, kan?" tanya pria itu menuntut, membuat Raka terkesiap.

Wajah dari pria ini tampak muda, bahkan mungkin lebih mudah dari Raka. Tetapi, entah apa yang terjadi sampai orang di hadapannya ini begitu benci kepada Devan, sampai mengatakan hal yang seperti tadi.

"Aku baru saja masuk, mana mungkin aku tiba-tiba saja menjadi orang suruhan Devan. Apakah kamu tidak lihat bagaimana reaksi Devan kepadaku tadi? Dia itu benar-benar memuakkan. Aku juga benci kepadanya. Kalau kamu tahu, aku dan dia itu musuh. Tapi dia memanfaatkan kelemahanku untuk menyiksaku di tempat ini," aku Raka, terlihat sekali kalau dia itu mengeluarkan uneg-uneg yang sedari tadi mengganjal di hati.

Sang pria sekarang berubah eksp
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 204 Kamu Cemburu?

    Seharian ini Lusi sangat sibuk bekerja. Beberapa klien yang memang sebelumnya sudah bekerja sama, datang membahas perihal kepemimpinan yang sudah berganti dengan wanita itu. Lusi menjamin kalau dia tidak akan mengubah apa pun yang sudah ditetapkan jika memang itu baik. Tetapi adapun perubahan kalau memang peraturan yang ditetapkan oleh Raka sebelumnya tidak menguntungkan. Tentu saja Lusia akan mencabut dan mengganti dengan peraturan baru yang lebih baik untuk kedua belah pihak. Syukurlah di antara mereka juga setuju dengan Lusi, karena memang semua yang menjadi clientnya tidak suka dengan tabiat Raka yang sudah ketahuan. Berselingkuh, bahkan ada di antara mereka mengatakan untuk menguatkan Lusi agar wanita itu tetap berdiri tegak demi anaknya yang tercinta. Lusi benar-benar berterima kasih karena semua pihak mendukungnya. Awalnya wanita itu takut kalau ada orang-orang yang masih berpihak kepada Raka, tetapi untunglah semua clientnya itu berada di pihak Lusi. Ini benar-benar sebuah k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 205 Siapa Arya Sebenarnya?

    Raka menghela napas kasar. Dia benar-benar lelah, karena seharian harus bolak-balik menulis pesanan dan juga mengantar makanan kepada para pelanggan yang ada di restoran Devan. Beberapa kali pria itu mengeluh dan memperlihatkan wajah kesalnya. Semua itu tidak lepas dari tatapan Devan. Sang pria tidak langsung menegur Raka, tapi membiarkan pria itu sampai benar-benar merasa kelelahan. Ingin tahu saja, sejauh mana Raka bisa bertahan menjadi seorang pegawai. Karena sebelumnya mantan suami Lusi itu bekerja sebagai bos, jadi pasti ini termasuk syok kultur untuk sang pria. Sementara itu Arya yang memang sebelumnya kaget karena tawaran Raka, sedikit demi sedikit mulai meneliti interaksi antara Raka dengan pegawai lain dan juga pelanggan yang ada di sini. Pria itu juga tidak lepas memandang Devan, meneliti bagaimana bosnya melihat kinerja Raka. Sepertinya, apa yang dikatakan Raka itu benar. Tampaknya ada yang berbeda dari Raka dan Devan, sampai keduanya kentara sekali perubahan sikap dan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 206 Kepribadian Ganda?

    "Memang, apa yang ingin kamu lakukan kepada Devan?" tanya Raka, ingin tahu terlebih dahulu. Karena sepertinya pria yang ada di hadapannya ini dendam sekali kepada Devan. Sebenarnya, ini akan menguntungkan baginya. Tetapi Raka juga harus hati-hati. Kalau misalkan dia salah langkah, mungkin ini akan menjadi bumerang untuknya. Arya terkekeh. "Nanti kamu juga tahu. Ya sudah, sebaiknya bekerja kembali. Aku tidak mau sampai banyak karyawan menggunjingkan kita dan menjadi masalah ke depannya." Setelah itu, Raka dengan terpaksa melanjutkan pekerjaannya yang sudah membuat tubuh pria itu terasa lelah. Ini benar-benar memuakkan untuk. Dia ingin sekali berkeluh kesah kepada Bu Sinta, tapi pasti pada akhirnya wanita paruh baya itu akan menyalahkannya atau mungkin malah memberikan ide gila yang akan membahayakan Raka. Jadi, memang mau tidak mau untuk sekarang Raka mengikuti alur yang dilakukan oleh Lusi dan Devan. Sementara itu, saat ini Devan sudah berada di kantor penerbitan Lusi. Beberapa o

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 207 Hati yang Membara

    "Iya, Mas. Aku juga tidak tahu bagaimana kabarnya Mila. Aku juga tidak berniat mencari tahu. Lagi pula aku yakin, dia pasti masih dipenjara.""Kamu yakin?" tanya Devan. Lusi menautkan kedua alis sembari menoleh, karena tidak mengerti dengan pertanyaan yang diajukan oleh pria itu. Devan mungkin berpikir kalau dirinya ini sedang berbohong atau mungkin salah kira. "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas? Bukankah kamu tahu sendiri, kalau Mila itu dipenjara." "Maksudku bukan seperti itu. Aku hanya mengingatkan, agar kamu itu tidak terlalu fokus kepada Raka. Sebab, aku yakin Mila itu pasti mencari celah agar menghancurkanmu," ucap Devan membuat Lusi termenung. Dia berpikir kalau perkataan pria ini benar. Bisa saja saat ini Mila sedang merencanakan sesuatu. Lusi tidak tahu kalau Mila sudah keluar dari penjara, karena setelah Mila keluar, wanita hamil itu benar-benar hanya menghabiskan waktu di kampung. Kembali pun langsung menemui Bu Sinta. Dia ingin mendapatkan Raka terlebih dahulu, b

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 208 Menyulut Api Cemburu

    Suara ketukan di kaca mobil membuat Maura terkesiap. Ternyata itu Devan. Pria itu tersenyum, memberi isyarat agar Maura segera keluar. Sang gadis pun berusaha untuk memperlihatkan senyuman terbaik. Hal kecil seperti ini saja sudah membuat Maura sangat senang. Andai saja dia lebih dulu bertemu dengan Devan, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Pasti pria itu juga akan menolongnya, sama seperti Lusi menolong Maura saat ini. Gadis itu pun langsung keluar dan mengikuti langkah Devan untuk masuk. Di sana terlihat Lusi sedang duduk sembari melihat ke arah lain. Tatapannya itu seperti sedang menghakimi. Lebih tepatnya tampak sedang serius menatap ke arah lain. Maura yang penasaran pun mengikuti arah pandang Lusi. Betapa terkejutnya gadis itu melihat Raka yang saat ini sedang menjadi pelayan, menulis pesanan dan juga mengambil makanan yang ada di belakang. Gadis itu terperangah kaget, sampai tidak bisa mengerjapkan mata. Benarkah yang ada di sana itu Raka? Seorang pria yang katany

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 209 Marahnya Orang Sabar

    "Bagaimana menurutmu? Apakah aku sudah pantas memberikan pelajaran kepada Raka?" tanya Devan kepada Lusi. Wanita itu menyipitkan mata sembari berpikir, lalu tak lama kemudian dia pun menganggukkan kepala."Iya, itu lebih baik, Mas. Daripada kamu memerintahnya macam-macam, ini akan lebih menyakitkan untuk Mas Raka jika melakukan hal seperti tadi." Lusi pun membuat Devan tersenyum. Sementara Maura yang ada di sana hanya bisa berdiam diri sembari melihat kedua orang itu. Dia kembali mengepalkan kedua tangan di bawah meja, benar-benar muak dengan semua yang ada di depannya. Bisakah dia berkomentar sedikit saja? Tapi rasanya itu tidak mungkin.Sang gadis hanya bisa memilih untuk berdiam diri melihat ke sekitar, lalu matanya tertuju kepada seorang pria yang sudah dari tadi melihat Devan dari kejauhan. Gadis itu menyipitkan mata. Dia sama sekali tidak kenal dengan siapa pria itu, tetapi tampaknya masih muda. Mungkin sekitar 20 tahunan. Hanya saja sorot matanya itu menandakan kalau dia san

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 210 Hasutan yang Gagal

    Setelah makan usai, Lusi pun pulang bersama Maura menggunakan taksi. Lusi tidak bisa berlama-lama di restoran Devan karena takut Alia mencarinya. Sepanjang perjalanan, Lusi dan Maura saling diam. Sebenarnya gadis itu sedang memikirkan sesuatu, untuk memulai pembicaraan dia harus benar-benar tenang menghadapi ini semua. Tetapi juga harus memulai agar Lusi bisa termakan dengan omongan sang gadis. Sampai akhirnya Maura pun memberanikan diri untuk berucap. "Em, maaf sebelumnya, Mbak. Apakah Mbak memang punya hubungan khusus dengan Mas Devan?" tanya Maura membuat Lusi menoleh. Sebenarnya dia tidak masalah dengan pertanyaan itu. Hanya saja panggilan Maura yang mengatakan Mas, membuat Lusi tidak nyaman. Wanita itu tidak mau memikirkan perasaan Maura. Dia cukup sekali dimanfaatkan oleh Mila, sampai menjadi orang yang tak enakan dengan apa pun yang dipinta oleh mantan sahabatnya itu. Meskipun Maura itu adalah adiknya. Tetapi dia harus tetap tegas kepada sang gadis, tidak boleh menumbuhkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 211 Adiba Mendominasi

    Sesampainya di rumah, Alia langsung menyambut kedatangan Lusi dengan antusias. Gadis itu begitu riang dan menceritakan kalau dia seharian sudah bermain macam-macam dengan Adiba. Permainan yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Mendengar itu tentu saja Lusi merasa senang. Adiba yang ada di sana pun tersenyum sembari memperlihatkan kalau dirinya itu tampak keren. Lusi mengacungkan kedua jempol kepada temannya itu. Maura yang ada di belakang Lusi tampak cemberut. Hatinya kembali memanas, merasa cemburu kepada Adiba karena ternyata Alia begitu senang bersama Adiba. Berbeda jauh dengan Maura. Alia hanya menceritakan tentang sekolah dan juga main mainan anak-anak, seperti bermain boneka dan juga rumah-rumahan. Tetapi dengan Adiba, gadis kecil itu seperti memperlihatkan sosok aslinya. Ini benar-benar membuat Maura membara. Kenapa orang-orang yang ada di sini tidak pernah mendukung keinginannya? Dia hanya dituntut belajar dan menjadi yang terbaik. Sementara tidak pernah ada yang bertany

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15

Bab terbaru

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 476 Tidak Mempan

    "Karena Mila itu beda dengan Lusi. Mau seperti apa pun aku berusaha menyamakan Mila dan Lusi atau mengubahnya, itu mustahil, Bu. Mila ya Mila. Lusi ya Lusi, tidak bisa disamakan," ungkap Raka. Dia tidak suka kalau misalkan ada yang membanding-bandingkan dan menyuruh Mila sesuai dengan Lusi, karena mantan istrinya itu tidak ada duanya. Tak bisa ada yang menyamai sifat Lusi yang begitu baik hati."Kalau begitu untuk apa kamu melanjutkan hubungan dengan Mila? Kalau kamu alasannya anak, percaya pada Ibu, hati kamu tidak akan pernah bisa tenang dan anakmu juga akan punya trauma karena kalian menikah dengan terpaksa.""Bu.""Raka, dengarkan Ibu. Ibu tahu kamu tidak percaya kepada Ibu karena kejadian-kejadian kemarin, tapi kali ini Ibu benar-benar melakukan semua ini karena kebaikanmu. Ibu yakin, Mila itu bukan wanita yang baik. Coba kamu pikirkan ulang perkataan Ibu, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari." Raka tidak mau menanggapi perkataan Bu Sinta dan memilih untuk mengeluarkan

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 475 Tetap Pada Pendirian

    Seketika Raka terdiam. Dia melihat ibunya dengan tatapan bingung, tapi Bu Sinta saat ini begitu serius memandangi Raka dan berusaha untuk meyakinkan anaknya agar meninggalkan Mila."Apa maksudnya, Ibu? Aku meninggalkan Mila dan calon anakku?" tanya Raka, wajahnya berubah menjadi serius. "Iya, kamu benar.""Tidak bisa, Bu. Di dalam kandungan Mila itu ada anakku. Bukankah tes DNA sudah membuktikan kalau dia itu adalah anakku? Aku tidak bisa meninggalkan anakku, tidak bisa." Sesuai dengan perkiraan Bu Sinta, kalau pria ini tidak akan pernah tega meninggalkan anaknya. Sisi lain dari Raka itu sangat menyayangi darah dagingnya sendiri, meskipun Mila adalah wanita yang benar-benar memuakkan. "Ya, Ibu tahu kamu sangat menyayangi anakmu, tapi juga pikirkan ke depannya. Kamu akan terus-terusan dikekang oleh Mila. Kamu tidak akan betah kalau terus-terusan begini. Percaya pada Ibu. Mila itu bukan wanita yang baik untuk dijadikan seorang istri," ucap Bu Sinta mengatakan ini dengan sepenuh hati,

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 474 Sisi Rapuh

    Raka menundukkan kepala dengan menutupi wajahnya. Terdengar suara sesenggukan begitu menyakitkan. Tiba-tiba saja Bu Sinta merasa kalau dirinya saat ini benar-benar melihat anaknya yang masih kecil. Raka yang begitu polos dan memohon agar apa yang diinginkannya dikabulkan.Sudah cukup lama dia tidak melihat sisi rapuh anaknya sendiri."Aku bingung, Bu. Aku harus bagaimana? Semua orang menghimpitku, menyalahkanku seolah-olah aku ini adalah orang yang paling berdosa di sini. Aku tidak ingin hal yang lebih, Bu. Aku ingin kembali kepada Lusi dan hidup seperti dulu bersama anakku. Tapi, itu juga tidak bisa. Sekarang yang aku inginkan adalah bertemu dengan Alia. Dia anakku, dia adalah hidupku. Jika aku sekarang hancur karena perbuatanku dulu, setidaknya ada anakku yang bisa menguatkanku untuk tetap bertahan dan melanjutkan hidup," ungkap Raka, kembali sesenggukan. "Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tidak bisa mengerti dengan keadaanku saat ini? Aku menghukum Ibu karena memang Ibu sudah sangat keterlal

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 473 Tangisan Raka

    Bu Sinta kembali pura-pura menangis, karena dia akan benar-benar membuat anaknya merasa bersalah sebab sudah meninggalkannya. "Jadi, karena itu kamu berani mengusir Ibu? Kamu meninggalkan Ibu karena wanita itu?" tanya Bu Sinta dengan mata berkaca-kaca.Raka langsung menggelengkan kepala, menghela napas berkali-kali dan berusaha untuk tenang. Di hadapannya ini adalah ibunya sendiri. Dia harus membuat Bu Sinta mengerti, kalau dirinya punya tujuan tertentu dan tidak sembarangan melakukan hal-hal itu. "Bu, Kalau boleh jujur. Dari dulu saat aku bersama Lusi sudah berkali-kali aku ingatkan, Ibu tolong jaga sikap. Jangan terlalu banyak meminta uang kepada Lusi dan apa pun yang membuat Lusi mungkin merasa terbebani, tapi apa? Jawaban Ibu selalu saja memaksakan kehendak. Itu pun aku tetap diam, karena memang Lusi tidak mempermasalahkan itu. Tapi kemarin, aku hampir saja benar-benar kehilangan Lusi karena ide Ibu, kan? Apa Ibu tidak merasa bersalah kepadaku?" Sekarang giliran Raka mengungkap

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 472 Kesempatan Langka

    Bu Sinta tetap diam di teras dan duduk dengan wajah sendu. Dia melihat ke sekeliling, mengecek mungkin ada Maura. Tetapi entah itu ada Maura atau tidak, yang penting saat ini rencananya sudah berhasil. Berharap kalau kali ini Raka mau mendengarkan ibunya. Saat ini pria itu sedang mengambil minum ke dalam. Setelah datang dia meminta ibunya untuk hati-hati meneguk air yang bersedia. Setelah itu Raka duduk di depan ibunya. Dia menatap Bu Sinta sedemikian rupa, takut jika ibunya itu terluka. "Ibu, nggak apa-apa, kan? Apa ada yang terluka?" tanya Raka, yang langsung digelengi kepala oleh Bu Sinta.Wanita paruh baya itu mengusap pipi anaknya dengan sangat pelan dan juga penuh perasaan. "Akhirnya kamu pulang juga, Nak. Entah sudah berapa lama. Ibu merasa kangen sama kamu, sulit sekali untuk bertemu dengan kamu. Tapi kamu datang ke sini untuk bertemu Ibu? Benar-benar ibu merasa senang," ungka Bu Sinta, kali ini ucapannya dicampur dengan kebohongan. Karena itu terlalu berlebihan jika diung

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 471 Hanya Garam

    Raka tampaknya masih ragu untuk menghampiri Bu Sinta, karena dia tahu kalau ibunya itu sangat licik. Bisa saja Bu Sinta itu sedang pura-pura. Tetapi dia berpikir ulang, mana mungkin ibunya bisa berpura-pura sementara wanita paruh baya itu belum tahu kalau dirinya akan datang ke sini.Raka masih menganalisis Bu Sinta dari jauh. Wanita itu masih terus menangis dan berpura-pura sedih, mengatakan hal yang macam-macam. Membuat Raka semakin tak enak hati.Di sisi lain, Maura mulai merekam kejadian itu. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan Raka. Kalau misalkan memang pria itu mudah sekali terhasut, maka dipastikan saat ini Raka akan menghampiri ibunya. Wanita itu kesal sekali karena dari tadi Raka hanya mematung dan meneliti apa yang dilakukan Bu Sinta di sana. Begitu juga dengan sang wanita paruh baya, dalam hati menggerutu. Kenapa Raka hanya diam di situ saja? Tidak menghampirinya. Tampaknya dia harus benar-benar membuat kejadian yang ekstrem, agar anaknya itu mau menghampirinya. "Aku

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 470 Trik dari Maura

    Di mobil, Maura langsung menelepon Bu Sinta. Untunglah wanita paruh baya itu memang sudah dari tadi menunggu. "Halo, Bu," ucap Maura saat menelepon. "Gimana? Kenapa kamu dari tadi susah banget dihubungi atau kamu nggak hubungi Ibu?" tanya Bu Sinta kesal sendiri."Sabar dulu, Bu. Jangan marah-marah dulu. Sekarang Ibu sebaiknya ikutin perkataanku. Ibu ke depan gerbang dan terlihat pura-pura menangis." "Apa maksudnya?" "Pokoknya, Ibu buat hal yang sedih aja. Soalnya Mas Raka menuju ke sana.""Terus, apa yang terjadi barusan?" "Nanti aku akan ceritakan, tapi sekarang Ibu jangan banyak tanya. Pokoknya Ibu pura-pura makan sama nasi aja atau digaramin atau apa kek, yang penting Ibu itu terlihat sedih dan menderita. Tapi Ibu harus ada di depan. Dengan begitu Mas Raka pasti tidak akan tega dan langsung menghampiri Ibu." "Begitu, ya?" "Iya, pokoknya Ibu ikuti semua perkataanku," ucap wanita itu yang langsung disetujui oleh Bu Sinta.Wanita paruh baya itu sebenarnya tidak mengerti dengan

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 469 Hanya 3 Hari

    Raka masih diam, tidak tahu harus mengatakan apa, karena semuanya serba mendadak. Padahal sebelumnya pria itu berpikir kalau Winda akan dengan senang hati memberinya bantuan tanpa harus meminta apa pun darinya. Tetapi, semua itu ternyata salah. Winda tetap saja meminta hal yang rasanya mustahil dilakukan oleh Raka. Masalahnya Raka memang tidak punya perasaan kepada wanita ini, ditambah lagi kalau misalkan Mila tahu apa yang sudah dilakukan Raka maka rencana semula akan benar-benar hancur. Hanya saja, pria itu juga ingin bertemu dengan Alia. Bagaimana kalau misalkan Alia ternyata dibawa ke luar negeri oleh Lusi? Entah berapa lama dia akan memendam rasa rindu kepada anaknya itu. Semua ini seperti sebuah simalakama untuknya. Melihat diamnya Raka, Winda tersenyum sinis. Dia menghela napas panjang, tahu kalau semua ini sulit untuk Raka dan mungkin pada akhirnya pria ini akan menolak tawaran itu. Jadi, tidak ada alasan Winda untuk menerima semua permintaan Raka. "Baiklah, Mas. Kalau mema

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 468 Lebih Baik Dimadu

    Maura menutup mulut, tak menyangka. Dia ingin menjerit dan memprotes apa yang dikatakan oleh Winda. Jika memang Winda tidak mengejar Raka, maka dia tidak akan mendapatkan rumah kecuali kalau misalkan dia memberikan ancaman. Tetapi tetap saja wanita itu tidak bisa memanfaatkan Winda kalau wanita itu tidak mengejar Raka lagi. Ini akan berat untuknya, tapi Maura juga tidak bisa melakukan apa-apa selain diam dan mendengarkan pembicaraan mereka sampai selesai. Tidak lupa wanita itu menyetel rekaman keduanya. Dia melakukan ini demi sebuah keamanan dan juga materi. Karena bagaimanapun hidup di sini butuh uang, jadi Maura tidak mau menjual rasa kasihannya demi orang lain. "Kenapa, Mas? Kamu diam saja. Kamu tidak beranikan menentukan jaminan apa-apa?" Winda menghela napas panjang. "Mas, aku memang prihatin dengan apa yang terjadi kepadamu. Tapi seperti yang kamu bilang, semua ini berawal dari kamu sendiri, kan? Kalau memang kamu mau aku membantu bertemu dengan Alia, maka kamu harus menikah

DMCA.com Protection Status