Share

Bab 2 Madu yang Pahit

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2023-03-09 16:49:04

Lusi kembali menjerit di depan Raka. 

Akan tetapi, pria itu tetap bergeming.

Tatapan Lusi teralihkan pada sahabat yang sekarang sudah menjadi musuhnya. Padahal, dia menyayangi Mila seperti saudara sendiri. Namun, malah air tuba yang Mila balas untuk susu yang telah Lusi berikan.

Senyum itu, kini tampak menjijikkan di mata Lusi. Mila masih saja tersenyum walaupun sudah ia hina. Mungkin urat malunya sudah putus sampai Mila dengan bangga mengakui kehamilan hasil dari perselingkuhan. 

Luar biasa sekali.

"Untuk kamu! Aku baru tahu kalau kamu ternyata cuma seorang jalang!"

Wajah Mila seketika berubah. Ada kemarahan yang mulai terlihat di rautnya. Entah kenapa, itu justru membuat rasa sakit Lusi pelan-pelan tersamarkan.

"Aku memberimu kepercayaaan, tapi malah disalahgunakan. Aku tidak tahu kalau selama ini kamu hanyalah barang murahan!"

Kali ini ekspresi dua orang itu menegang. Mungkin tidak menyangka jika seorang Lusi bisa mengeluarkan kata-kata pedas dan menohok.

"Kalau memang kamu mau Mas Raka, ambillah! Tapi, kamu lupa sesuatu." Lusi menyeringai. "Dia ... bukan apa-apa tanpaku." Ucapan Lusi sukses membuat wajah Raka berubah pasi.

Mila terlihat bingung dan kesal mendengar perkataan perempuan di hadapannya, dan itu membuat hatinya bergejolak hebat. 

Ada bara api yang berkobar di dalam dada Lusi. Membuat lukanya kian terbakar. 

Ini dendam. 

"Ingat, Mas. Kalau kamu mau menikahi dia, talak aku dulu! Tapi, sebelum itu, akan kubuat kalian menderita. Camkan itu!"

Lusi mengatakan hal itu dengan hati yang berapi-api. 'Kalian salah sudah membuat masalah denganku. Aku memang pendiam dan penyabar, tapi saat kemarahan mencapai ubun-ubun, kalian tak akan tahu betapa menyeramkannya kemarahan orang penyabar.' 

Sumpah serapah pun diikrarkan dalam hati Lusi.

***

Lusi menangis sejadi-jadinya, tapi sengaja ditutupi dengan bantal. Kamarnya sengaja dikunci karena dia meyakini jika Raka akan menyusul. Untunglah Alia--anak mereka--masih sekolah, jadi Lusi bisa meluapkan emosi yang begitu menyesakkan saat ini.

Entah berapa lama Lusi menangis. Hingga tiba-tiba terdengar ketukan pintu menginterupsi. Dia yang sudah kelelahan menangis hanya bisa termenung tanpa pergerakan apa pun.

Suara Raka terdengar bersamaan dengan ketukan di pintu. Lusi langsung bangkit dan membuka pintu. Dia menumpahkan kesakitan yang sudah tertoreh.

"Apa ini, Mas? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini?" tanya Lusi kepada pria yang masih mengaku sebagai suaminya itu. "Kupikir, selama ini kita baik-baik saja. Kupikir, kamu pria baik-baik yang menjaga rumah tangga kita. Tapi, kamu tega menusukku dari belakang! Aku tidak mengerti, apa yang membuatmu berkhianat, Mas? Apa salahku?!" tuntut Lusi.

"Kamu tidak salah apa pun, aku yang salah. Aku yang berengsek. Tapi, kumohon jangan tinggalkan aku dan terimalah Mila sebagai madumu," terang Raka lirih, tapi itu membuat jantung Lusi tersentak.

Dengan cepat Lusi menarik kedua tangannya dari genggaman Raka. 

Pria itu terlihat kaget akan reaksi istrinya.

"Menerima Mila sebagai maduku? Hah, lelucon apa yang sedang kalian mainkan, heh?!" Lusi mundur selangkah, menelusuri penampilan Raka yang masih rapi, tapi tidak dengan wajah itu.

Ada gurat sesal dan lelah yang tergambar jelas. Mungkin sebelum mengetahui Raka selingkuh, Lusi akan memanjakannya dengan segudang perhatian. Namun, kali ini dia tidak sudi hanya untuk sekedar menawarkan minum.

"Tidak, Lus. Aku serius. Aku hanya ingin pengertianmu. Aku harus menikahi dia, tapi juga tidak bisa menceraikanmu," ujarnya membuat Lusi tertawa.

Raka menatap Lusi bingung. Tetapi, wanita itu terus tertawa dengan rasa sakit yang menggerogoti hati. Kenapa sebagian pria selalu serakah seperti ini? Mereka tega menyakiti, tapi tidak mau melepaskan. Bajingan.

"Baik sekali kamu, Mas. Saking baiknya, kamu menawarkan madu yang terasa pahit. Maaf saja, aku menolak!" seru Lusi tegas.

Raka langsung menggeleng-gelengkan kepala. Dia kembali meraih tangan Lusi dengan paksa. Lusi mencoba menolak, tapi tenaganya kalah oleh pria itu.

Namun demikian, Lusi tidak patah arang. Dia tetap berusaha melepaskan diri dari Raka, sampai tiba-tiba Raka menarik istrinya ke dalam pelukan, begitu erat sampai Lusi tak bisa bergerak.

"Jangan. Jangan tinggalkan aku, Sayang. Aku mengaku salah, aku brengsek, aku bodoh. Tapi, aku tak berdaya. Maaf sudah mengkhianatimu. Tolong, beri aku waktu untuk menyelesaikan semua masalahku dengan Mila. Aku hanya butuh kesabaranmu, Lus."

Bibir Lusi bergetar mendengar permintaan Raka. Egois, semua kalimat yang diucapkan laki-laki itu adalah keegoisannya. Dia tidak tahu apa yang terjadi antara  Raka dan Mila, tapi mendengarnya berkata seperti itu, dipastikan ada masalah yang menyebabkan mereka harus bersama.

Namun, Lusi tidak peduli. Terlepas dari itu semua, dia terlanjur sakit hati. Apa pun penjelasan yang akan Raka berikan, tetap tak ada pengkhianatan yang bisa dibenarkan.

Hancur, semua sudah hancur. Tak akan ada lagi yang sama meskipun sudah diperbaiki. Nalar Lusi masih belum bisa mencerna tentang kejadian hari ini. 

Dia tak bisa memaklumi penyebab  mereka berselingkuh. Jadi, untuk apa Lusi memberi kesempatan pada orang yang sudah melukai hatinya? Jawabannya tentu saja tidak.

"Cukup, Mas. Kita berpisah saja."

"Tidak, Lus. Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikanmu," ujar  Raka tetap bersikukuh.

Dia menarik tangan Lusi untuk duduk di kasur. Tatapannya begitu dalam dan panuh arti, tapi Lusi berusaha tidak memedulikannya.

Hati wanita itu terlalu sakit untuk melihat wajah sialan milik Raka. Suami yang dikira surga, ternyata neraka yang ditutupi wajah kepalsuan. Dia tertipu oleh sikap manisnya selama ini.

Teman-teman Lusi banyak memuji keromantisannya dengan Raka, mereka mengatakan iri. Hanya Mila seorang yang bersikap biasa dan tak pernah membahas tentang rumah tangga mereka. Tetapi, Mila selalu mempertanyakan keseharian Lusi pada Bu Nur, tetangga sebelah rumah yang kebetulan kenal dengan Mila.

Lusi kira Mila adalah teman yang tidak suka membahas masalah pribadi. Ternyata, dia menaruh dengki padanya hingga akhirnya musibah ini terjadi.

Tak pernah dikira, bahkan di mimpi sekalipun kalau Raka berani main belakang, dengan temannya sendiri pula. Kata orang, Lusi cantik, putih dan ideal. Bahkan mereka mengatakan kalau Raka beruntung beristrikan dirinya.

Namun, kenapa semua itu tidak seperti menyataannya? Apa salahnya diri Lusi? Apa kurangnya dia selama ini, sampai suaminya tega berkhianat? Pertanyaan itu membuat Lusi stres.

"Lus, dengar!"

Lusi tersentak dari lamunan kala  Raka berseru dan menggenggam tangannya dengan erat. Sorot mata memohon itu membuat Lusi muak. Jika ini bukan masalah perselingkuhan, dia akan memaafkan kesalahannya. Apa pun itu.

Lantas, apa yang akan Raka lakukan agar Lusi percaya padanya?

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Alika Nayla
gak lus jangan mau deh di kasih madu, apalagi madunya sahabat sendiri,udah gak bakalan bener itu mah
goodnovel comment avatar
Rani Saidah
jadi ikut sedih dan terbawa emosi
goodnovel comment avatar
Fifi Irawati
sedih kalau baca novel beginj
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 3 Janji Sebelum Ijab Kabul

    "Aku brengsek, katakanlah begitu. Tapi, aku terpaksa melakukan ini semua."Lusi tersenyum miring mendengar perkataan pria itu. 'Terpaksa katanya? Mana ada hubungan terpaksa yang menyebabkan wanita sundal itu hamil?' rutuk Lusi dalam hati."Terpaksa yang nikmat, ya, Mas. Kamu sampai menghamili Mila karena keterpaksaanmu."Raka mengerang keras. Dia mengguyar rambutnya dengan kasar, lalu kembali menatap Lusi dengan sendu. Wah, hebat sekali suaminya itu. Dia bisa melakukan akting dengan baik."Makanya, dengarkan aku dulu, Lus. Aku akan jelaskan kenapa sampai Mila hamil. Aku hanya ingin kamu mendengarkan penjelasanku." Suara Raka sangat lirih, sesaat Lusi tersentuh. Tetapi, bayangan Mila yang memeluk mesra lengan Raka membuat iba itu hilang begitu saja."Tidak perlu kamu jelaskan apa pun, Mas. Karena semua sudah terlambat. Tidak ada yang berubah, karena nyatanya kamu harus menikahi Mila."Raka terdiam. Dia masih menatap Lusi sendu. Kali ini sesal menyelinap antara kesedihan di mata Raka. L

    Last Updated : 2023-03-09
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 4 Alasan Berkhianat

    "Mas!" Lusi menaikkan nada bicara karena kesal pada Raka. Untuk apa Raka memohon pada Lusi jika tidak mau jujur? Tadi saja memaksanya untuk mendengarkan penjelasan Raka. Tetapi, sekarang? Kenapa dia bungkam? Apakah dia sudah berubah pikiran? Semua pertanyaan itu berputar di benak Lusi. "Kalau kamu tidak jawab pertanyaanku, maka--" "Tiga bulan, Lus." Jawaban Raka seperti petir yang menggelegar di atas kepala Lusi. Menyentak jantung dan meluluh lantak1an persendiannya. Apa katanya? Tiga bulan? Itu artinya saat Lusi mencarikan kontrakan baru untuk Mila dan itu kontrakan milik Lusi. Gila! Bagaimana bisa mereka melakukan pengkhianatan di belakang Lusi semulus ini? Lusi kecolongan sampai akhirnya Mila hamil duluan. "Hahaha. Luar biasa, Mas." Entah apa yang mendorongnya sampai tertawa seperti ini. Tidak ada yang lucu, justru hanya ada kepiluan dan miris akan nasib diri. Lusi menertawakan diri sendiri yang bodoh karena terpedaya oleh dua orang pengkhianat itu. "Tiga bulan? Itu artinya

    Last Updated : 2023-03-09
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 5 Keputusan Lusi

    "Lusi ...."Pria itu akhirnya bersuara. Dia mendongak, menatap Lusi yang hanya diam dengan sorot mata datar."Lus, tolong ampuni aku. Aku hanya akan menikahi Mila sampai bayinya lahir, setelah itu aku akan menceraikannya. Tolong mengertilah posisiku, Lus."Bajingan itu lagi-lagi menggenggam tangan Lusi dengan sangat erat. Tetapi, sang wanita sudah tak memedulikannya."Aku sudah jujur padamu, Lus, dan aku akui semua kesalahanku. Aku khilaf, maaf."Lusi terkekeh hambar. Jujur setelah berselingkuh itu bukanlah kejujuran, tapi keterpaksaan."Mas, tadi kamu bilang aku terlalu sempurna? Lalu, kamu bilang jika kamu jenuh? Terus, kamu melampiaskannya dengan cara berselingkuh? Itu biadab namanya, Mas!"Raka diam. Kali ini dia tidak menunduk, tapi menatap istrinya dengan sesal. Sayangnya, Lusi memilih melempar pandangan ke depan."Kamu tahu, Mas? Aku manusia biasa, dan tidak ada yang sempurna di dunia ini. Itu penilaianmu saja yang tidak pernah merasakan bagaimana menjadi diriku. Lalu, jenuh? K

    Last Updated : 2023-03-09
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 6 Terancam Sengsara

    Lusi tersenyum miring, lalu Raka langsung menggenggam erat tangan wanita itu. Tetapi, Lusi mencoba melepaskan diri darinya."Lepas dulu, Mas. Aku mau mengambil Hp."Raka kontan melepaskan genggamannya. Lusi pun dengan cepat mengambil ponsel dari saku. Setelahnya, dia menyetel rekaman."Untuk apa kamu menyetel rekaman, Lus?" tanya Raka, terlihat bingung."Oh, ini? Aku sengaja merekamnya, biar aku dan kamu sama-sama ingat, apa saja yang sudah kita sepakati bersama." Raka masih terlihat bingung, tapi Lusi tetap melanjutkan untuk merekam pembicaraan mereka. Sekarang, situasinya membuat Lusi rugi dari segala arah. Jadi, akan dia pastikan semuanya adil.Lusi mengajak Raka untuk duduk di ruang tengah. Ini mengantisipasi kalau Alia pulang. Jika anak mereka datang, Lusi akan secepatnya menghentikan pembicaraan itu."Nah, Mas. Dengarkan semua yang aku katakan, karena aku malas jika harus menjelaskannya lagi."Raka diam saja dan Lusi pun langsung mengatakan apa saja yang menjadi syarat dari wan

    Last Updated : 2023-04-05
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 7 Silakan Pilih, Mas!

    Raka tidak melanjutkan ucapannya. Cukup lama dia terdiam, membuat Lusi mendesah kasar. Kalau Raka tidak mau, Lusi akan menawarkan perceraian hari ini juga. "Gimana, Mas? Itu syarat pertamaku. Kalau kamu tidak mau, gak masalah. Aku akan kirim gugatan--" "Oke, oke. Aku mau." Raka langsung memotong ucapan Lusi. Dia pasti takut mendengar kata cerai. Lusi tersenyum puas. Sekarang, dia akan melanjutkan syarat yang kedua. "Oke, yang kedua. Semua usaha yang kamu kelola, aku ambil alih. Aku yang akan mengelolanya." "Apa?!" Raka berdiri dengan wajah syok. Wajah yang membuat Lusi bersorak dalam hati. Inilah yang ditunggu-tunggu oleh wanita itu. Kejatuhan Raka dan keterpurukan suaminya, akan membuat Lusi bahagia. "Apa kamu bilang tadi? Kamu mau mengelola usaha kita?" "Sttt!" Lusi menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri, menyuruh Raka untuk diam. "Kita? Maaf, ya, Mas. Itu usahaku, atas namaku. Kamu hanya mengelolanya saja, hak paten itu ada padaku. Apa kamu lupa?" Otot wajah Raka t

    Last Updated : 2023-04-07
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 8 Hukuman atau Balas Dendam?

    Raka terdiam saja. Dia mungkin bingung untuk memberikan keputusan. Karena, Mila pun harus tahu tentang persyaratan dari Lusi.Sebelum memutuskan untuk memilih yang mana, Lusi akan melanjutkan persyaratan yang sudah dibuat. Tentu saja dia akan memberikan banyak persyaratan, untuk membuat hidup suaminya menderita."Persyaratan yang ketiga.""Hah?!" Suaminya kontan terperanjat mendengar Lusi mengeluarkan kata-kata itu. Terlihat ekspresinya malah membuat wanita itu merasa puas."Kok, hah? Aku bilang persyaratan yang ketiga. Kenapa kamu kaget kaya gitu, sih?"Raka mulai kebingungan, tapi Lusi melanjutkan persyaratan ketiga yang diajukan pada pria itu."Yang ketiga, jangan sampai Alia tahu kalau kalian berselingkuh. Alia tahunya Mila itu teman baikku. Kalau sampai dia tahu kelakuanmu, aku tak bisa mencegah hal buruk yang mungkin saja terjadi di antara kamu dan Alia. Biarkan dia tahu kalau kamu sedang bekerja di tempat lain, sampai harus pergi dari rumah ini."Raka terperangah. Dia juga men

    Last Updated : 2023-04-08
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 9 Hanya Alasan

    Jikalau Lusi kembali pada Raka dan bertahan dengan suaminya, itu tidak akan sama lagi. Tidak. Pria itu sudah melakukan kesalahan fatal dan sayangnya Lusi bukan wanita pengemis cinta.Alasan bertahan demi anak hanya akan memberikan luka pada anak dengan tekanan berbeda. Dia melihat orang tuanya bersatu, tapi seperti musuh yang dibatasi oleh jurang. Lusi tidak mau Alia mengalami semua itu.Lusi sadar, serapat apa pun menyembunyikan perselingkuhan Raka dan Mila, Alia akan tahu. Hanya saja, dia melakukan ini demi mencari cara yang lebih baik.Lusi akan menjelaskan pada Alia secara pelan-pelan dan semoga anak itu akan mengerti."Lus, jangan seperti ini. Banyak laki-laki di luar sana yang melakukan perselingkuhan, tapi dimaafkan oleh istrinya. Bahkan, mereka rela dimadu."Lusi terperangah mendengar perkataan suaminya. Dia pikir Raka sudah paham saat menyetujui syarat dari Lusi. Tetepi, Raka sudah melontarkan perkataan salah karena membandingkan Lusi dengan wanita lain."Sayangnya aku bukan

    Last Updated : 2023-04-09
  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 10 Momen Terakhir

    "Maaf," ucap Raka tiba-tiba, membuat Lusi tersadar dari lamunan.Lusi terkekeh tajam, manatapnya dengan datar. "Sekarang, maafmu tidak akan mengubah apa pun yang sudah terjadi. Kamu mau menyesal dan bersujud padaku pun, tak akan kembali seperti dulu. Dari pada seperti itu, ada baiknya kamu gunakan waktu bersama Alia sebaik mungkin."Lusi memilih meninggalkan Raka dan bergegas berganti baju. Walaupun enggan dan malas jika berpergian dengan Raka, tapi ini adalah momen terakhir sebelum semua berubah. Sebelum syaratnya berlaku untuk Raka.'Baiklah, Lus. Tenang, dan anggap ini sebagai kenangan manis yabg bisa dikenang untuk Alia.'Alia dan Raka sedang tertawa bersama saat Lusi selesai berganti pakaian. Mereka berdua langsung menoleh pada Lusi. Tetapi, terlihat Raka tak mengedipkan mata kala melihat penampilan dirinya."Wah, Ibu cantik sekali. Iya, kan, Yah?"Bocah itu kenapa juga harus bertanya pada ayahnya? Membuat Lusi serba salah saja.Raka masih tak berkedip, tapi dia mengangguk sebaga

    Last Updated : 2023-04-11

Latest chapter

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 513 Izin dari Alia

    Suara ketukan pintu di kamar Alia membuat gadis itu menoleh, ternyata Lusi sudah berdiri di ambang pintu dengan senyuman merekah. "Ibu boleh masuk?" tanya Lusi yang langsung diangguki oleh gadis kecil itu. Sang wanita ingin bercerita, meminta izin kepada anaknya untuk bekerja. Bagaimanapun saat ini yang tersisa hanyalah Alia. Satu-satunya keluarga yang bisa diandalkan dan alasan Lusi bisa bersemangat sampai hari ini."Apakah Ibu mengganggu kamu?" Alias tersenyum sembari menggelengkan kepala. "Enggak kok, Bu. Aku baru selesai mengerjakan PR." Lusi tersenyum sembari mengurus kepala anak itu. "Bagaimana sekolahnya? Apa sudah punya teman?""Iya, aku udah punya teman. Mereka pada baik kok, Bu." "Syukurlah kalau begitu. Tidak ada yang bertanya tentang Ibu atau Ayah?" Seketika Alia terdiam. Dia tidak memperlihatkan kesedihan atau kesenangan. "Enggak ada teman-teman Alia juga nggak pernah nanyain Ayah kerja di mana, Ibu kerja. Mereka semua baik," ungkap Alia, membuat Lusi menghela na

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 512 Masih Bimbang

    "Bukan masalah itunya, Adiba. Mau perusahaan hebat atau tidak, bukan. Bukan itu yang lebih utamanya. Aku sudah punya usaha sendiri, hanya ingin mengisi waktu luang bukan menyibukkan diri dan tidak ada waktu untuk anakku," ujar Lusi menjelaskan. Dia tidak mau terlalu larut dalam dunia sendiri. Sementara ada anak yang harus diurus olehnya. "Ya, kalau gitu di rumah saja," ucap Adiba, akhirnya memberikan solusi. "Tetapi akan bosan kalau aku di sini terus. Kamu tahu kan, setiap hari aku biasanya itu punya kegiatan. Kalau misalkan hanya berdiam diri juga waktuku terbuang percuma.""Ya sudah, kalau begitu terima saja tawarannya," ujar Adiba lagi, lama-lama kesel sendiri dengan kelakuan sahabatnya ini. "Tapi, bagaimana dengan Alia?" Adiba berdecak sembari duduk di samping temannya itu. "Percaya deh sama aku, Alia juga pasti senang kalau kamu punya kegiatan. Yang penting kan kamu pasti punya waktu sama Alia, ditambah lagi sekarang ada ibuku. Bisa saja Alia main sama Ibu. Anggap dia main

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 511 Mila Mulai Lelah

    Suara dering ponsel membuat Mila terkesiap dan kontan menghentikan tangisannya. Ternyata dari karyawannya. Tampaknya wanita itu harus segera kembali ke butik, sebab pasti kerjaannya semakin banyak.Dia tidak mungkin terus-terusan larut dalam kesedihan karena menangisi Raka, sementara ada usaha yang harus terus dijalankan. Kalau tidak, dirinya akan jatuh miskin dan benar-benar kehilangan Raka. Pria itu tidak mungkin mau hidup susah dengannya, jadi cara satu-satunya mempertahankan Raka yaitu dengan banyak uang. Miris, bukan? Harusnya di sini seorang pria yang melakukan ini semua, tetapi Mila mau tidak mau harus menghasilkan banyak uang demi mempertahankan Raka.Ya, demi agar anaknya bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah. Demi dirinya yang tidak lagi dijandakan oleh pria itu. Mila hanya bisa tersenyum miris, tetapi tak urung tetap kembali menjalankan mobilnya. Berusaha untuk tegar. Wanita hamil itu mengelus-elus perutnya yang mulai membesar. "Sabar ya, Nak. Ibu akan berusaha sebaik

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 510 Tolong Jaga Rahasia!

    "Kamu sudah gila, ya? Apa yang baru saja kamu katakan?!" tanya Bu Sinta, kali ini wanita paruh baya itu marah karena anaknya malah merahasiakan pernikahan dengan Winda. Harusnya biarkan saja diberi tahu semua orang, termasuk Mila. Agar ketahuan bagaimana reaksi wanita hamil itu, berharap kalau Mila mau tahu diri dan memilih untuk pergi dari kehidupan Raka. Tetapi tampaknya Raka sama sekali enggan untuk mempublikasikan hubungannya dengan Winda. "Aku tidak gila, Bu. Karena aku waras, makanya merahasiakan semua ini.""Lalu, bagaimana dengan perasaan Winda?" "Aku yakin, Winda juga pasti akan mengerti dengan situasi ini. Kami sudah saling sepakat. Jadi, aku harap Ibu tidak merecoki rencana kami.""Apa yang sedang kamu rencanakan sebenarnya, Raka? Ibu kasihan kalau Winda statusnya disembunyikan dari siapa pun." "Bu, aku melakukan ini demi kebaikan bersama. Bahkan Winda juga berkata, dia tidak akan ikut campur urusan aku dan juga Mila. Sebaliknya, Mila juga tidak boleh ikut campur urusan

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 509 Bagaimana Kalau itu Ibu?

    "Itulah masalahnya, Bu. Mila tidak sebodoh yang kita kira. Dia bisa saja mengantisipasi untuk mendapatkan hak asuh anak dengan cara menahanku. Dia pasti sudah melakukan berbagai cara agar aku bisa berada di sisinya, termasuk anak itu." "Lalu, bagaimana? Kalau memang kamu tidak mau terikat dengan Mila, lepaskan anak itu. Kalau misalkan kamu ingin anak itu, cari cara menyingkirkan Mila. Mudah, kan?" "Tidak semudah itu, Bu. Aku tahu Ibu benci Mila, tapi tolong jangan benci anakku. Dia tidak tahu apa-apa. Bukankah bayi yang ada di dalam kandungan setiap Ibu hamil itu tidak berdosa? Kalau pun memang harus disalahkan, Mila sendiri dan aku. Jadi, kumohon kali ini saja Ibu mau menuruti permintaanku." Bu Sinta menghela napas kasar. Dalam hatinya tidak mau mengurusi cucunya itu. Lagi pula menurutnya cucu yang baik itu hanya Alia. Walaupun dia tidak tahu bagaimana nanti anak Mila, tapi wanita paruh baya sudah menafsirkan kalau sifat Mila pasti akan turun kepada anaknya sendiri. "Ya, terserah

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 508 Tanggapan Bu Sinta

    "Bagus, bagus! Ibu setuju dengan keputusanmu. Kan sudah Ibu bilang, Winda itu adalah istri yang baik untuk kamu. Dibandingkan dengan Mila, Ibu lebih setuju dengan Winda. Dia itu baik hati, tidak perhitungan dan juga mengerti keadaan kamu dan Ibu. Jadi, menurut Ibu kamu itu memang harus memilih Winda. Bagus-bagus," papar Bu Sinta dengan semangat. Dia bahkan terus-terusan tersenyum sembari membereskan piring bekas makan Raka. Pria itu belum berani untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi, kalau diam saja pun tidak akan mengubah situasi yang ada. Keadaan semakin kacau karena pasti Bu Sinta akan menyerang Mila atau malah melakukan sesuatu yang sangat membahayakan untuk rencana ke depannya."Iya, Bu. Tapi aku akan menjadikannya istri kedua."Bu Sinta hampir saja melepaskan piring yang ada di tangan saat Raka mengatakan hal tersebut. Wanita paruh baya itu langsung menyimpan piring kotor dan kembali ke hadapan anaknya dengan wajah kaget. "Apa kamu bilang tadi? Istri kedua? Maks

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 507 Masakan Rumah

    Wanita hamil itu hanya bisa pergi dengan perasaan kesal. Mungkin Mila bisa saja menerobos masuk, tetapi dia khawatir kalau Raka akan benar-benar murka kepadanya dan semua perkataan pria itu menjadi kenyataan. Membayangkannya saja membuat Mila ketakutan, apalagi kalau benar Raka akan meninggalkannya dan anak yang ada di dalam kandungan. Akhirnya Mila tidak punya pilihan lain, kecuali mengalah terlebih dahulu. Dia akan mencoba kembali untuk membujuk Raka setelah 3 hari, berharap kalau pria itu benar-benar akan kembali kepadanya. Setelah kepergian Mila, Raka dan Bu Sinta pun sedang duduk berhadapan di meja makan, tepat di depannya tampak sekali makanan yang sudah terhidang dan aromanya begitu menggugah selera Raka. Kebetulan pria itu hanya makan ala kadarnya. Saat melihat semua ini, tentu rasa lapar pria itu menyeruak. Tetapi sebelumnya Raka harus memberitahukan kedatangan dirinya kepada Bu Sinta. "Ibu masak untukku?" "Tentu saja. Kamu pikir Ibu akan masak untuk siapa? Istrimu? Ibu

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 506 Mulai Muak (2)

    "Mas, aku mohon. Pulanglah bersamaku, jangan seperti ini." Mila sekarang menghiba sembari menangis. "Tolong, jangan buat aku merasa menderita dan tertekan seperti ini. Aku janji, aku tidak akan mengekangmu lagi. Kamu boleh keluar, asalkan kamu bicara dulu kepadaku." "Tidak, ini sudah ketiga kalinya kamu mengatakan hal yang sama, tetapi kenyataannya seperti apa? Kamu tetap saja mengganggu dan menuduhku macam-macam.""Lalu, aku dengan siapa, Mas? Aku tidak mungkin sendiri.""Ada Maura."Seketika Mila malah terdiam. Dia sedang berusaha untuk akting sebaik mungkin agar Raka mau pulang dengannya. Tetapi malah nama Maura yang disebutkan. Dia benar-benar kesal karena adiknya itu malah masuk dalam permasalahan rumah tangganya. "Dia kan bukan siapa-siapa kita. Lagi pula di sini yang harus tanggung jawab atas keselamatan aku dan anak ini kan kamu, Mas." Mila sama sekali tidak bisa diajak berbicara baik-baik. Sekeras apa pun Raka menjelaskan, Mila juga sama kerasnya. Tidak mau mengalah. Rak

  • Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya   Bab 505 Mulai Muak (1)

    "Tidak sekarang, Mila. Aku akan pulang setelah semua urusanku selesai." Mila menautkan kedua alis dengan perasaan bingung. "Apa maksud kamu, Mas? Urusan apa yang kamu lakukan di sini?" Raka menghela napas panjang sembari memijat pelipisnya yang berdenyut. Tidak mungkin dia mengatakan kalau besok dirinya akan menikah dengan Winda. Yang pasti pria itu harus mengelabui Mila. Jangan sampai wanita itu benar-benar menghancurkan semua rencananya. Karena kalau Mila tahu kalau dirinya ingin mencari Lusi dan juga Alia, maka saat itu juga dia mendapat tekanan lagi dari wanita ini. "Aku hanya ingin bertemu dengan ibuku, menghabiskan waktu dengan ibuku." "Lalu, kamu meninggalkan istrimu?" tanya Mila. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka Raka akan melakukan hal seperti ini. Padahal yang harus ditemani adalah Mila. Dia sedang hamil. Kenapa Raka tidak mau melakukan itu? "Dia anakku. Hak dia dong untuk menemani ibunya!"Mila kesal karena Bu Sinta malah ikut campur. Harusnya wanita paruh bay

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status