Home / Urban / Kubuat Mantan Suamiku Menyesal / Suami dan Keponakanku

Share

Kubuat Mantan Suamiku Menyesal
Kubuat Mantan Suamiku Menyesal
Author: Ans

Suami dan Keponakanku

Author: Ans
last update Last Updated: 2023-02-10 20:29:01

“Mas Fattan! Kalila! Dosa apa yang sedang kalian lakukan?”

Sosok berambut hitam ikal dengan hidung tinggi dan wajah khas Arab itu bangkit dari ranjang. Dia sangat terkejut dan terlalu terkejut hingga lupa bahwa tidak selembar benang pun tertambat di tubuhnya. Dalam keadaan telanjang, dia berusaha menghampiriku.

“Adina, apa… bagaimana… kenapa… kau ada di sini?”

“Berapa banyak lagi kata tanya yang ingin kau ucapkan? Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku.”

Aku berharap mata ini sedang mengkhianatiku. Aku bahkan tidak mampu berkedip hanya untuk mempercayai bahwa yang kulihat itu nyata. Di sini! Di depan mataku!

Mungkin, Mas Fattan baru menyadari bahwa ada orang lain di belakangku. Hal itu seketika membuatnya teringat bahwa dirinya tidak berbusana. Dia bergegas menyambar selembar celana panjang yang berserak di lantai.

Sementara Mas Fattan sibuk membungkus auratnya sesosok wanita yang ada di atas ranjang yang sejak tadi mengamati kami tetap diam. Tidak ada rasa penyesalan atau takut di wajahnya. Aku berjalan cepat menghampiri wanita itu

Erina yang sejak tadi ada di belakangku, berinisiatif menyalakan lampu kamar dengan penerangan yang lebih benderang. Aku bisa melihat jelas wajah wanita itu. Walau sebelumnya dalam keremangan aku juga sudah bisa mengenali wanita itu.

Bagaimana tidak, bertahun-tahun saat dia kecil dulu, dia tumbuh dalam pengasuhanku. Saat itu aku masih tinggal bersama kakak kandungku. Dia sudah seperti putri pertama bagiku.

“Kalila! Teganya kau melakukan ini. Apakah sudah habis pria di dunia ini sehingga suamiku menjadi sasaranmu?” bentakku sambil menarik selimut tebal yang menutupi tubuh tanpa baju wanita itu.

Seharusnya Kalila merasa bersalah bukan? Seharusnya dia takut dan berusaha mencari alasan. Tapi, yang kulihat justru senyum tipis di wajahnya yang bersimbah peluh. Tampaknya mereka baru saja mencapai kenikmatan dunia ketika aku dan Erina tiba-tiba membuka pintu kamar hotel mereka.

“Aku tidak menculik suamimu kan, Tante. Kami melakukan atas keinginan bersama!” Kalila justru berteriak padaku.

“Dasar wanita jal*ang! Aku malu mengakui bahwa kau berasal dari darah keluargaku!” emosiku mulai tersulut.

Sejak mendapatkan informasi itu, sebenarnya aku sudah berusaha tenang. Kutegarkan hati dan melangkah menuju tempat ini. Aku ingin menghadapi kedustaan suamiku dengan cara yang elegan. Tapi, jawaban Kalila yang tanpa rasa bersalah, tak ayal membuat darahku sampai ke ujung kepala

Mataku terasa panas, entah karena darah yang mendidih, air mata, kemarahan atau kesedihan. Semua perasaan seolah berkecamuk dalam diriku. Aku sendiri bahkan tidak tahu mana yang harus lebih dulu kuekspresikan.

Jawaban pedas Kalila sepertinya menjadi alasan untukku menuangkan perasaan. Aku mendekati Kalila yang sedang sibuk mencari bajunya yang terhampar di lantai. Baju mereka yang bertebaran di segala arah, seolah memperlihatkan betapa liarnya permainan yang baru saja mereka lakukan.

“Kalila! Rendah sekali moralmu! Orang tuamu akan sangat kecewa jika mereka tahu!”

Seperti ada dorongan iblis dalam diriku. Aku yang biasanya tenang dan sopan, begitu saja menarik rambut hitam panjang Kalila. Gadis itu berteriak kesakitan. Dia berusaha melepaskan diri dari cengkeramanku. Air mata mulai bergulir di sudut mata Kalila.

Tentu saja itu bukan air mata penyesalan. Itu hanyalah air mata kesakitan karena tampaknya beberapa rambut Kalila tercabut dari kulit kepalanya. Aku menarik rambut itu tanpa belas kasihan. Kalian yang belum berbusana terpaksa merunduk hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai demi mengimbangi gerakanku agar dia tidak semakin merasa kesakitan.

"Tante! Lepaskan! Tolong, Om!"

Mas Fattan tampak terkejut aku bisa sebrutal itu. Dia bergegas mendekat dan meraih pergelangan tanganku yang mencengkeram rambut Kalila.

“Adina! Lepaskan! Kau menyakiti Kalila. Lepaskan, Adina!”

Sekuatnya aku, kekuatan Mas Fattan tentu lebih besar. Dia berhasil menghentakkan tanganku dan aku terpaksa melepaskan rambut Adina dari cengkeramanku. Mas Fattan juga mendorongku sebelum dia berjongkok untuk menolong Kalila.

Beruntung Erina telah bersiaga di sana. Dia menangkap tubuhku sehingga aku tidak sampai terjerembab ke sofa besar yang ada di belakangku.

“Mas, kau justru membela Kalila? Sakit katamu? Sakit yang aku rasakan jauh lebih sakit dari apa yang kulakukan pada Kalila. Di mana perasaanmu, Mas? Aku ini istrimu!” Suaraku terdengar bergetar.

Aku berusaha untuk tidak menangis. Setiap kali butiran bening itu hendak keluar dari mataku yang lebar dan berwarna coklat, aku segera mengusapnya. Hatiku memang sakit dan terluka parah. Jika saja hati ini adalah benda yang bisa dilihat dengan mata, mungkin aliran darah akan menjadi warna karena deritanya. Meski begitu, aku tidak ingin memperlihatkan kelemahanku.

Sementara Mas Fattan sibuk menutup tubuh Kalila dengan selimut yang diraihnya dari atas ranjang, hatiku semakin tercabik dengan pemandangan itu. Goresan perih bertabur garam yang sampai kapan pun tidak akan pernah aku lupakan.

“Aku tahu Adina. Aku tahu ini semua salah. Setidaknya dengarkan penjelasanku dan jangan melakukan hal kasar seperti ini. Bagaimana pun juga, Kalila ini adalah keponakanmu.” Mas Fattan telah kembali dari rasa terkejutnya. Suaranya terdengar bijak dan tenang.

“Keponakan? Aku bahkan malu mengakui dia sebagai bagian dari keluargaku. Kalian bukan hanya menyakitiku tapi juga menorehkan luka pada keluarga besarku.”

Beberapa orang mulai berkerumun di pintu kamar kelas deluxe executive yang seharusnya tenang itu. Saat kami membuat keributan, sepertinya kami membiarkan pintunya terbuka. Suara teriakan dari dalam kamar menarik perhatian orang yang melintas.

Erina sebagai manager hotel berbintang lima itu, menjadi orang pertama yang menyadari keberadaan para penonton yang tidak diundang tersebut. Dia segera memberikan kode padaku untuk keluar dari kamar itu.

“Adina, kita selesaikan nanti. Terpenting kau sudah mendapatkan bukti,” bisik Erina.

Aku mengeluarkan ponselku dari dalam tas. Lalu tanpa basa basi, aku memotret pemandangan mengenaskan kedua orang di hadapanku. Dua orang yang aku sayang dan aku cintai dari dalam hati. Mereka juga yang tanpa segan telah menabur racun dalam mahligai rumah tanggaku.

“Adina! Untuk apa kau melakukan itu?! Hapus! Berikan padaku ponselmu! Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!” Mas Fattan berteriak kasar.

“Sebakan saja, Tante. Semua orang harus tahu betapa Tante tidak becus menjadi seorang istri. Coba Tante pikir kenapa suami Tante bersamaku saat ini jika memang dia sudah terpuaskan?!” Kalila begitu berani mengancamku.

Reaksi luar biasa yang membuatku kehabisan kata. Mereka yang bersalah tapi justru aku yang menjadi pelaku kejahatannya. Aku menatap keduanya dengan ekspresi wajah nyaris membeku, berusaha memperlihatkan ketegaran yang tersisa dalam hatiku.

 “Ini imbalan yang kau berikan padaku atas pengabdian yang kuberikan padamu selama ini, Mas?” Lalu pandanganku beralih pada Kalila, “Aku ingin tahu, apa komentar kedua orang tuamu jika melihat foto ini nanti. Kalila, anak kebanggan mereka telah menggoda suami dari tantenya sendiri. Biar mereka yang memutuskan hukuman apa yang akan diberikan pada kalian berdua.”

Ans

Halo Goodreader, Ikuti terus perjalanan Adina dari seorang wanita yang lemah menjadi seorang wanita yang powerful. Tambahkan buku ini ke koleksi/rak bukumu, untuk selalu mendapatkan update ya. Salam sayang, Ans.

| 5
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ahmad shaifu
uuuhhhhh...tragisnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Mengalami Kecelakaan

    “Maksudmu, suamimu dan Kalila pergi bersama?” tanya Erina. “Suamiku adalah seorang pebisnis yang sibuk. Dia biasa pergi ke banyak kota dan negara. Jadwal kepergiannya yang sama dengan jadwal penerbangan Kalila tidak pernah membuatku curiga. Aku justru merasa aman karena Mas Fattan bersama Kalila.” “Apakah selama ini suamimu dekat dengan keponakanmu itu? Kalila.” “Kalila bertugas sebagai pramugari di salah satu maskapai. Entah bagaimana, jadwal tugas Mas Fattan seringkali sama dengan jadwal tujuan pesawat tempat Kalila bertugas. Bodohnya aku sama sekali tidak mencium gelagat busuk mereka.” Aku menumpahkan semua perasaanku saat tiba di ruang kerja Erina. Dia duduk di sampingku dan berusaha memberiku dukungan kekuatan. “Maafkan aku ya, Din. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih,” ucap Erina penuh penyesalan. “It’s ok, Erin. Seandainya kau tidak memberitahuku, mungkin aku akan selamanya buta. Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi di depan mataku.” Air mataku jatuh bercucuran. Rasa s

    Last Updated : 2023-02-10
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Aslan

    “Siapa kamu?” tanyaku lemah. “Oh, Nyonya Adina. Anda sudah bangun.” “Bagaimana kau bisa tahu namaku?” Tubuhku terasa ngilu, kepalaku berdenyut dan pandanganku berkunang-kunang. Ada rasa nyeri di tangan kiriku. Saat aku mengangkatnya, ternyata tanganku terhubung dengan sebuah selang infus. Baru kusadari, bahwa aku sedang terbaring di rumah sakit. Aku melihat sosok pria duduk di sofa yang terletak tidak jauh dari kaki ranjang. “Oh, maaf. Saya terpaksa membuka tas dan dompat anda untuk menemukan identitas anda,” pria itu berjalan mendekati ranjang. “Apa yang terjadi?” aku semakin linglung. “Mobil anda menabrak mobil saya dengan sangat keras. Balon penyelamat di mobil gagal mengembang sehingga kepala anda terbentur cukup keras.” Aku baru mulai mengingat semuanya. Saat itu tentu saja aku sedang dalam perjalanan kembali dari hotel tempat Erina bekerja menuju ke rumah. Setelah kejadian menyakitkan yang kulihat, ternyata aku tidak sekuat yang kuinginkan. Kalutnya pikiran membuatku hil

    Last Updated : 2023-02-10
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kemarahan Kak Zahra

    “Bagaimana ini menjadi hal yang biasa? Kalila seorang gadis yang belum menikah dan berhubungan badan dengan seorang pria. Ini adalah kesalahan dan aib, Kak.” Emosiku nyaris tidak bisa dibendung lagi. “Kalila ini memang sudah berada di dalam pergaulan internasional. Hal seperti bukan lagi sesuatu yang bisa kami kendalikan.” Kak Zahra menambahkan. Untuk berhubungan badan dengan seorang pria? Kami adalah keluarga keturunan Arab Indonesia. Abi dan Umi mengajarkan kami untuk memegang teguh norma agama dan adat ketimuran. Pergaulan bebas bukan hal yang wajar untuk terjadi di keluarga kami. Entah sejak kapan keluarga kakakku rupanya sudah menganut tradisi Eropa. Kalila yang baru melewati usia dua puluh tahun itu, bahkan telah hidup bebas tanpa batas. Tapi, sudahlah jika mereka memang memiliki cara hidup sendiri. Itu sama sekali bukan urusanku. Tubuhku ini rasanya terlalu lelah. Rasa nyeri akibat kecelakaan tadi siang masih juga kurasakan. Aku tidak punya energi lagi untuk melayani debat

    Last Updated : 2023-02-10
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Tawaran Kerja

    “Aduh… Maaf deh… Siapa donk….” “Aku Marisa!” “Marisa! Apa kabar? Lama sekali tidak bertemu!” “Iya, habis kamu sih bertapa melulu!” ujar Marisa. Aku tersenyum mendengar perkataan Marisa. Senyum sinis untuk meledek diriku sendiri. Semua teman-temanku tahu, bahwa sejak aku menikah, aku bagai ditelan bumi. Hanya sibuk mengurus anak dan suami. Jika sesekali keluar rumah atau berlibur, pasti bersama Mas Fattan dan Anaya. Tidak pernah terselip dalam agenda untuk bertemu dengan teman-temanku. Mas Fattan tidak suka jika aku terlalu banyak kegiatan di luar rumah. Sebagai istri aku tidak pernah membantah kata-kata suamiku. Walau aku adalah alumni S2 salah satu universitas terkemuka di Madinah, namun ketika aku menikah, semua itu aku tanggalkan begitu saja. Suara Marisa di telepon terdengar penuh semangat saat dia menyampaikan maksudnya menghubungiku. “Adina, aku ingin menawarkanmu sesuatu. Sekarang aku bekerja di sekolah International milik seorang warga negara Turki.” “Wah, keren betul!”

    Last Updated : 2023-02-10
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kejanggalan Fattan

    “Siapa yang harusnya malu, Mas? Sebagai istri yang telah dikhianati, apakah aku tidak berhak marah?” “Kalila itu hanya anak-anak, Adina. Dia mungkin melakukan kesalahan menurutmu. Tapi, menurut Kalila itu mungkin hal yang biasa.” Aku menoleh dan memandang wajah Mas Fattan. Bukan, bukan karena aku mencintainya. Aku hanya sedang berusaha menemukan ekspresi bercanda atau salah bicara. Keduanya sama sekali tidak kutemukan di wajah suamiku. “Anak-anak katamu? Perempuan yang sudah mengerti hubungan suami istri. Tahu caranya memancing dan memuaskan hasrat seorang pria, bukan anak-anak lagi. Dia adalah wanita dewasa. Mungkin Kalila sudah biasa tidur dengan berbagai pria karena pemikiran modern yang dia banggakan itu, tapi kenapa harus kamu Mas? Kenapa harus suamiku? Suami dari adik kandung ibunya sendiri?” rentetan pertanyaan yang merupakan ungkapan kekesalan. Mendengar nada bicaraku yang mulai meninggi, Mas Fattan memutuskan untuk diam. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil teru

    Last Updated : 2023-02-10
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Diminta Memilih

    “Adina, aku tahu ini tidak mudah. Tapi, anak di kandungan Kalila adalah anakku.” Dia menghentikan kata-katanya dan berjalan mendekati Kalila. Lalu gadis itu bergelayut manja di lengan suamiku. Di sini, di depan mataku. “Aku harus bertanggung jawab atas anak ini. Kau tentu tidak mau jika kehamilan Kalila menjadi aib bagi keluargamu,” sambungnya. “Apa maksudmu, Mas? Katakan dengan jelas.” Walau aku meminta kejelasan namun hatiku bergetar hebat. Aku tidak siap dengan jawaban yang akan Mas Fattan berikan. Senyum di wajah Kak Zahra dan Kalila, sama sekali tidak berkurang walau mereka melihat air mataku mulai berjatuhan. Bang Hasyim kembali duduk untuk menunggu jawaban tegas dari Mas Fattan. “Aku akan menikahi Kalila. Dia akan menjadi istri keduaku.” Seketika jiwaku hancur berserakan. Duniaku runtuh dan aku merasa tulang-tulang di tubuhku tidak mampu lagi menyangga berat badan. Kepalaku berkunang-kunang, aku merasa menjadi pecundang di tengah mereka semua. Tidak ada yang berpihak padaku

    Last Updated : 2023-02-10
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Menerima Tawaran Pekerjaan

    “Din, aku baru saja menghubungi pemilik sekolah International itu dan dia meminta sekilas datamu. Kuberikan saja fotomu, aku bilang surat lamaran dan CV akan menyusul kemudian. Lalu kuceritakan juga rencanamu untuk tinggal di rumahku, dia justru menawarkanmu untuk tinggal di rumahnya yang ada di dalam komplek sekolah.” “Di rumahnya? Maksudnya tinggal bersama pemilik sekolah itu?” “Bukan, pemilik sekolah itu tinggal di apartement. Dia memiliki sebuah rumah di dalam komplek sekolah. Rumah itu hanya sesekali dia singgahi jika sedang melakukan kunjungan. Semua perabotan sudah ada di sana. Jadi kau bisa menempati dengan nyaman’ Entah kenapa aku merasa pertolongan Allah begitu cepatnya datang. Seolah DIA mendukung keputusanku dengan memberikan kemudahan. Aku yang tadinya limbung setelah mendengar keputusan Mas Fattan, sekarang lebih kuat. Aku percaya Allah tidak akan membiarkan aku dan Anaya sengsara. “Adina! Kenapa kau diam saja? Mau nggak? Atau kau mau ke rumahku dulu? Besok baru kita

    Last Updated : 2023-02-10
  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Pertolongan Dan Kebetulan

    “Sejak Marissa memberikan fotomu padaku, aku sudah tahu apa yang terjadi,” ujar Aslan. “Maksudmu?” “Duduklah.” Aku memandang Aslan dengan kening berkerut. Tangan Marissa meraih pundakku dan memintaku untuk mengikuti Aslan masuk ke dalam rumah. Design rumah itu sangat eksklusif. Semua barang yang ada di sana di pilih dengan selera dan kualitas tinggi. Tirai-tirai panjang berwarna keemasan berpadu putih tinggi menjuntai sampai ke lantai. Sebagian besar dinding terbuat dari kaca. Bagian bawah rumah ini tampaknya memang diperuntukkan sebagai kantor kedua bagi Si Pemilik rumah. Sehingga hanya dengan duduk di sana, dia bisa memantau kegiatan di area universitas. “Adina, duduklah,” pinta Aslan. “Oh, iya.” Aku yang sedang berdiri termangu mengagumi keindahan rumah itu pun sedikit tergagap. Mata Aslan berpaling pada Mbak Pia yang sedang menggendong Anaya yang masih tertidur. “Di atas ada empat kamar tidur. Aku sudah meminta pelayan untuk membereskan. Salah satunya sudah disesuaikan untu

    Last Updated : 2023-02-10

Latest chapter

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Memilih Bersamamu

    “Betul, Adina. Maaf karena aku terlambat memberitahumu tentang hal ini. Atau bahkan sebenarnya aku tidak perlu memberitahumu.” Manaf tertunduk lesu. Berita kematian Vivian seperti tenggelam di telan oleh kabar yang Manaf berikan. Semua ini terjadi secara tiba-tiba. Aku bahkan tidak mengerti bagaimana seharunya berekspresi dengan semua ini. Jika aku adalah anak angkat El Khairi, maka artinya aku dan Tara sama sekali bukan saudara. Tidak ada darah yang sama diantara kami. Keesokan harinya, Maaf meninggalkan Indonesia dan kembali ke Turki. Tara tinggal di mansion yang sama denganku. Hubungan kami menjadi sangat canggung dan aneh, terutama ketika kami hanya berdua saja. Di depan Anaya, Rayyan dan Jafar semua terlihat normal. Namun saat itu hanya tentang aku dan Tara, maka kami menjadi dua orang asing yang sedang belajar saling mengenal. “Nyonya, malam ini akan ada pesta di Deluxe Building. Tuan Tara meminta anda bersiap untuk ikut bersamanya.” Harry menyampaikan pesan Tara saat aku seda

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kematian Vivian

    “Adina, maafkan aku. Aku sudah melakukan yang terbaik, tapi ini semua di luar kendaliku.” Kata-kata Tara semakin membuatku khawatir. Aku yakin ada hal buruk yang terjadi. “Tara, katakan dengan jelas. Jangan menganggapku terlalu lemah untuk mendengar apa pun. Aku lebih kuat dari yang kau bayangkan. Aku ingin tahu semuanya. Katakan!” Aku tidak bisa lagi menahan amarah karena Tara terlalu lama diam dan berusaha menahan tiap detik untuk berbicara “Vivian tewas tertembak.” Sebuah bom meledak di kepalaku. Ponsel di tanganku meluncur ke bawah dan mendarat di atas lantai batu taman. Tentu saja panggilan telepon dari Tara terputus. Aku membeku tanpa ekspresi. Berita ini terlalu sulit untuk diterima dan diidentifikasikan dengan kata. Dari kejauhan Harry berlari dan mendekatiku. Setelah sambungan telepon kami terputus, Tara pasti langsung menghubungi Harry. Karena itulah Harry datang untuk memastikan keadaanku baik-baik saja. Harry tertegun elihat ponselku yang hancur di atas tanah. Dia berl

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Di Tempat Yang Seharusnya

    “Ke tempat dimana seharusnya anda berada, Nyonya.” Harry menyahut dari kursi penumpang depan tanpa menoleh ke arahku. Aku yang duduk bersama Anaya di kursi belakang memilih diam. Anaya tertidur nyenyak dengan kepala di pangkuanku sejak kami mulai meninggalkan cluster. Aku tidak pernah meragukan Tara atau Harry. Bahkan dengan menutup mata dan tanpa memberikan detail, aku akan mengikuti mereka dengan rasa percaya. Sebuah tempat yang Harry katakan itu akhirnya adalah sebuah mansion yang berada di perbatasan Jakarta-Bogor. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan bahkan dengan sebuah imajinasi tentang Adina El Khairi. Pintu gerbang mansion itu berada sekitar dua kilometer dari bangunan utama. Gerbang emas tinggi dengan penjagaan beberapa security berbadan tegap. Saat tiba di depan pintu gerbang, para penjaga mansion berlarian dan bergegas membuka pintu. Mobil yang kami naiki dan empat mobil lain di belakang kami masuk dengan lancar. Jalanan menuju ke bangunan utama adalah sebuah taman de

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Tidak Akan Pernah Kembali

    “Ya kita berangkat.” Aku mengangguk. Harry mengangkat tangan dan memberikan instruksi pada beberapa orang pria yang berbaju hitam di luar gerbang. Mereka masuk ke dalam rumahku dan mulai berbicara dengan para pelayan dan pengasuh. Ibu-ibu tetangga yang melihat pemandangan itu mendadak diam. Mereka tentu saja bingung karena ini adalah hal berbeda dari yang biasa mereka saksikan. Sebaliknya, Meylani justru mencibir. “Oh! Jadi memang kamu sudah berniat tidak tinggal lama ya di cluster ini. Pantas saja kamu tidak peduli dengan ketentraman cluster ini,” ujar Meylani sinis. “Iya! Bener tuh! Baguslah dia pergi. Jadi cluster kita kembali aman dan damai!” “Dia memang tidak pantas tinggal di sini.” “Itu pasti orang-orang suruhan suaminya. Dia mungkin istri kedua atau simpanan seorang pejabat.” Suara-suara terdengar di sekitar telingaku. Para wanita itu bergumam dengn opini mereka sendiri. Satu hal yang pasti, tidak ada opini baik yang kudengar di sana. Aku hanya diam dan membiarkan semuan

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Sejuta Pertanyaan

    “Kita akan menuju ke tempat seharusnya kita berada. Tempat ini bukan tempat seharusnya kita tinggal.” Aku menggeser berdiriku dan melihat keluar jendela. Tatapanu menyapa sekitar di mana sebelumnya kami berharap banyak pada kehidupan. Mbak Pia diam. Dia bingung dengan apa yang aku katakan. Pembantuku itu selalu percaya pad keputusan apa pun yang aku buat. Dia tidak bertanya lebih banyak. Setelah mengangguk tanda mengerti, dia beranjak ke dapur. Beberapa saat kemudian, rumah kami sedikit riuh karena pengasuh Jafar dan Rayyan mulai mengemas barang-barang pribadi dua bayi itu. Belum lagi sesekali tangisan muncul dri keduanya. Aku bahkan perlu sedikit beradaptasi mendengar suara-suara yang tidak biasa aku dengar. Sejak Anaya beranjak dewasa, di rumah kami segalanya menjadi tenang. Nyaris tidak pernah terjadi keributan dan tangisan seperti yang terjadi saat ini. Aku menenangkan diri di dalam kamr setelah Anaya pulang dari sekolah dan menyelesaikan makan siangnya. Sebuah ketukan memaksa

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Keputusan Baru

    “Banyak hal yang berjalan dan tidak bisa kita ubah.” Aku menegaskan pada Andre. Sejujurnya ini terasa seperti sedang membunuh harapan dalam diriku sendiri. Semua ini jauh lebih baik daripada terus tenggelam dalam mimpi. Harapan tentang hubungan mereka bagiku nyaris seperti hamparan pasir yang tidak ingin digenggamnya. Semakin erat aku merapatkan tangan, akan semakin banyak yang harus rela untuk kulepaskan. “Din, kita sudah jauh berjalan. Masa depan yang pernah aku bayangkan adalah bersamamu.” Andre menggenggam tanganku. Aku tersenyum dan menarik tanganku dari genggaman Andre. “Terima kasih sudah begitu percaya pada hubungan kita, Ndre. Keputusan ini aku ambil bukan murni karenamu. Ini juga tentang diriku sendiri.” “Apa maksudmu dengan tentang dirimu sendiri? Apakah kau memang tidak ingin bersamaku sejak awal? Lalu kenapa kita berdua harus membuang waktu jika kau memang tidak serius dengan semua ini sejak awal?” Andre memaksa agar arah angin berpihak padanya. Aku menggeleng ringan.

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Mari Menjauh

    “Apakah aku perlu memberikan alasan untuk bertemu denganmu?” tanyaku. Andre tertawa kecil di seberang sambungan. “Tentu saja tidak. Aku hanya terkejut kau ingin bertemu denganku setelah keributan kemarin. Aku pikir kau akan kesal atau marah padaku. Kau bahkan tidak mempersilahkan aku masuk. Kau juga tidak menghubungiku.” Aku diam. Marah dengan Andre? Tentu saja aku marah. Aku bahkan tidak ingin lagi berada di dalam kondisi di mana aku tidak punya kekuatan untuk mengendalikannya. Dua jam kemudian aku sudah duduk di sebuah café dan Andre ada di depanku. Aku lebih tenang meninggalkan rumah karena dua keponakan Mbak Pia sudah datang untuk membantunya mengasuh Jafar dan Rayyan. Seorang security sengaja ditempatkan di rumahku oleh Harry. Pria yang memakai baju security itu sebenarnya adalah salah satu bodyguard Tara dibawah kepemimpinan Harry. Kadang aku merasa takjub dengan hal-hal kecil yang seolah sudah disiapkan oleh Tara. Harry tidak mungkin mengambil keputusan tanpa perintah dari T

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Kedatangan Rayyan

    “Tuan Tara memberikan alamat ini padaku. Tolong buka pintunya, Tuan Muda Rayyan perlu istirahat segera.” Aku yakin itu adalah orang suruhan Harry yang membawa Rayyan. Ternyata Tara berhasil mengeluarkan Rayyan dari Singapura. Aku bergegas membuka pintu. Saat pintu terbuka seukuran tubuh, aku mundur ke belakang dengan cepat karena pria itu menerobos masuk. Seorang bayi laki-laki tertidur pulas di pelukannya. Pria dengan rambut coklat gelap dan tubuh tegap itu berdiri dengan wajah tegang. Beberapa kali dia menoleh ke belakang seolah sedang cemas jika sesuatu mengikutinya. Aku keluar dari pintu gerbang, menoleh ke kanan dan ke kiri. Entah apa yang aku cari. Aku hanya memastikan semuanya aman. “Kau tidak membawa mobil?” tanyaku ketika masuk kembali ke dalam gerbang. Pria itu menggeleng. Lalu dia melihat ke arah pintu gerbang yang terbuka. “Tolong cepat tutup pintunya,” ujar pria itu. Aku mengangguk dan segera menutup pintu gerbang. Tidak lupa aku kembali memasang gembok pengaman. Wa

  • Kubuat Mantan Suamiku Menyesal   Fattan dan Kebohongannya

    “Kembali padamu? Apa kau serius dengan kata-katamu?” tanyaku menyelidik. Segumpal harapan seolah berhasil Fattan dapatkan. Dia terdengar antusias ketika menjawab pertanyaanku. “Tentu saja, aku serius. Aku sangat serius. Aku memang bukan pria yang baik untukmu, tapi aku akan berusaha memperbaiki semuanya.” Jantungku ingin meledak karena tawa yang tertahan di dalam sana. Hari ini benar-benar luar biasa. Begitu banyak kejutan dan kecemasan yang datang bersamaan. Bersama dengan senyum, butiran air mata berjatuhan di pipiku. “Kau bodoh, Fattan!” Aku mengucapkan dengan nada ketus yang pasti menusuk telinga siapa pun yang mendengarnya. “Kau pikir aku selugu dulu ketika masih menjadi istrimu?” “Apa maksudmu, Din? Buka pintunya. Biarkan aku masuk dan mari kita bicara.” Fattan memohon. “Tidak! Jika kau bilang kau bukanlah pria baik, lalu untuk apa aku harus memberikan lagi hidup, waktu dan hatiku untuk pria yang tidak baik? Lalu kau berjanji untuk memperbaiki diri. Kalau kau tidak berhasil

DMCA.com Protection Status