Share

Menjual Rasa Malu

“Kenapa kamu mendadak pergi? Saat aku sampai di rumah, aku pikir kamu sudah tidur, jadi aku tidak membangunkanmu. Lalu saat aku mau ke kantor, pavilyunmu tertutup rapat. Sampai hari ini pavilyun itu tidak pernah terbuka.”

Andre pasti sedang membicarakan hari di mana aku pergi dari Bali. Hari di malam sebelumnya ketika kata yang sama membuat Ibunya mengtur jarak untuk kami berdua. Keramahan yang semula tersirat mendadak hilang setelah Nauri mengucapkan kata yang sama. Statusku sebagai janda, lalu dipertanyakan.

Kata-kata ibu Andre masih jelas terekam dalam ingatanku. Tidak membuatku sakit hati karena itu memang keyataannya. Itu cukup untuk membuatku mengerti, seberapa besar seseorang ingin dihargai dan menghargai.

Suara berikutnya membawaku kembali bahwa itu adalah tentang harapan untuk bersama.

“Din… aku perlu bertemu denganmu. Untuk menjelaskan semuanya.”

Aku menarik nafas, berharap oksigen bisa menenangkan ‘pesawatku’ yang sedang terguncang.

“Ndre, tidak ada yang perlu dijelask
Ans

Beneran lagi panen karma ya?

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status