Bab 62 Penghujung Cerita
"Bu, selama aku berada di penjara, apakah Zorah tidak pernah datang menjenguk ibu?"
Bu Farah diam saja mendengar pertanyaan anaknya.
"Jawab Bu, apakah Zamorah pernah datang kemari?" Arza mengulangi pertanyaannya.
"Pernah dulu sekali. Namun Ia datang ketika ibu sedang sakit."
"Lalu apakah yang dia lakukan ketika mengetahui Ibu sedang sakit?"
"Panjang ceritanya, Nak. Biar Ibu ceritakan dari awal,"
***
Kala itu Bu Farah baru saja pulang dari rumah sakit. Kondisinya sudah mulai membaik. Namun matanya tidak bisa disembuhkan karena kendala biaya. Semua uang tabungan dan harta perhiasan yang ada sudah dijual h
Selamat sejahtera untuk semua pembaca Novel KKBS (Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu) 🤚🤚🤚🤚Author kembali menyapa nih. Semoga semuanya dalam keadaan sehat ya. Amiiin. Author mau kasih info terbaru nih buat teman-teman pembaca semua. Eiit, kabar apa ya? Hehee ... Yang pastinya kabar gembira dong. Jadi gini ya, Author kasih tahu kalau Novel KKBS akan segera terbit season keduanya.Terus gimana alur ceritanya? Jangan khawatir, season kedua dikemas sebaik mungkin karena Author berusaha menyuguhkan bacaan yang lebih menarik buat para pembaca setia KKBS semuanyaTerus kalan mulai updatenya, Thor? Nah teman-teman semuanya, season kedua akan update dalam waktu dekat. Bab pertama akan update tepat di tanggal 01 Desember mendatang. Nah nggak lama lagi kan? Terus akan update rutin setiap hari. Jadi para pembaca semua tidak usah khawatir kalo nanti Author jarang updatelah, jarang nongol, apalagi sampai
Bab 1 Arza memandang sebuah potret kecil di dompetnya. Sebuah potret yang kini kembali mengusik hatinya, lima belas tahun telah berlalu, namun hingga kini ia belum mampu menemukan pengganti pendamping hidupnya. "Andaikan aku ini banyak uang, pastilah banyak perempuan-perempuan cantik yang datang menghampiri. Tapi dalam kondisi seperti ini, jangankan menghampiri, mendekatpun mereka tak sudi. Arza mengelap keringat yang mengucur dari dahinya. Ya, laki-laki itu baru saja pulang dari bekerja. Status kuli yang ia geluti sekarang benar-benar menguras tenaganya. "Nadine, andai dulu aku tak banyak tingkah, sudah pasti sekarang kita masih hidup bahagia bersama anak-anak. Aku menyesal, Nadine." Arza mengelus poto di dompetnya. Fyuuuh, Arza menghela nafas panjang. Hatinya pilu meratapi nasibnya yang tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Arza termenung seorang diri. Di kamarnya yang terlihat tak terawat, dengan beberapa atap b
Bab 2Dengan merogoh hampir seluruh dari tabungannya, Arza berhasil merental sebuah mobil yang lumayan bisa membuat penampilannya tampak lebih menarik.Kemarin ia mendapatkan sebuah informasi bahwa George sedang kerja keluar kota.Dengan begitu, ia memastikan jika di rumah George hanya ada Nadine beserta anak-anak beserta para pembantunya.Hari ini adalah hari libur."Pasti Nadine ada di rumah." tebaknya.Arza berpikir ini adalah kesempatan bagus untuk mendekati Nadine tanpa sepengetahuan George. laki-laki yang dalam anggapan Arza cukup menjauhkan jarak antara dia dan sang mantan istri.Dengan penampilan yang lebih rapi, serta semprotan parfum, membuat aroma tubuhnya yang biasa bau keringat sekarang lebih segar.Sebelum sampai ke rumah tersebut, terlebih dahulu ia membeli sekeranjang buah-buahan segar."Kurasa Nadine tidak akan menolak kedatangan ayah dari anak-anaknya ini." Arza menepuk dad
"Kau mengusirku, Nadine?" mata Arza menatap nanar."Aku hanya bertindak atas apa yang harus kulakukan." tanggap Nadine."Tapi kurasa tidak seharusnya kau berkata seperti itu." lanjut Arza.Nadine mulai merasa tak suka dengan tingkah Arza yang terus mendebatnya."Begini, kamu datang kemari dan tujuanmu telah selesai, apalagi yang ingin kau lakukan?" Nadine melemparkan pertanyaan."Aku hanya ingin menemui anak-anak kita, Nadine." jawab Arza."Sudah kukatakan bahwa mereka sedang tidak berada di rumah.""Kalau begitu aku akan menunggu hingga mereka kembali.""Mereka akan pulang siang nanti. Sekarang masih pagi.""Baiklah, kalau begitu kita punya waktu setengah hari untuk berbicara dan mengobrol."Nadine menangkap gelagat aneh dari cara bicara Arza."Arza, aku ini wanita yang telah bersuami. Tidak sepatutnya aku menerima tamu laki-laki dari pagi hingga siang hari. Apalagi kau adalah laki-laki
"Mengapa kunci mobilku bisa berada di tanganmu?" Nadine panik.Perlahan Arza mendekat."Maafkan aku, Nadine. Aku masih ingin berbicara dan berbagi cerita denganmu. Tak bisakah kau menemaniku dalam waktu sebentar saja?" Ujar Arza."Kembalikan kunci mobilku!" teriak Nadine."Aku pasti akan mengembalikan kunci mobilmu. Tapi tidak untuk sekarang."Di tengah suasana yang mencekam Nadine tersadar bahwa ia harus menghubungi seseorang.Dengan cepat tangannya sibuk dengan layar ponsel."Baterainya habis. Aduh, tadi lupa dicharger." Ingin rasanya Nadine menangis dengan apa yang terjadi padanya hari ini. Sedangkan sebaliknya Arza, laki-laki itu justru merasa menang melihat Nadine kebingungan. "Nadine, kamu tidak usah panik. Aku tidak akan menyakitimu." imbuh Arza lagi."Jangan coba-coba menyakiti ataupun berbuat lebih. Aku bisa saja berteriak. Cepat kembalikan kunci mobilku!" ancam Na
Serta merta Nadine bergerak cepat dan secepat kilat merebut kunci mobil dari tangan Arza.Sekarang kunci itu akhirnya berada di tangan Nadine.Namun ketika Nadine bersiap menutup pintu mobil, tiba-tiba saja George mengambil gerak cepat melompat dan ikut masuk ke dalam kendaraan."Aaaaaa!” Nadine berteriak.Huupp!Arza melakukan sesuatu. Telapak tangan kanan Arza yang kasar segera membungkam mulut Nadine. Sementara tangan kirinya menahan tangan wanita itu, hal ini membuat perempuan tersebut tak mampu bergerak bebas."Nadine, sudah cukup aku bersabar dengan penolakanmu! Sudah cukup aku mengalah dengan sikapmu yang kasar dan tak bisa sedikitpun menerima kehadiranku." ucap Arza Kasar.Nadine ingin berontak, namun sama sekali ia tak bisa."Kau pikir kau akan dengan mudah lepas dariku? Hahaha." Arza tertawa lirih bak orang Gila.Batin Nadine mulai menangis. Tidak menyangka akan menemui hal sebegitu pelik.
Bab 68Di kamarnya, Nadine masih saja terbayang akan kejadian yang menimpanya tadi siang."Tunggu saja kau Arza akan kulaporkan kau kepada pihak yang berwajib!" Nadine berkata seorang diri."Berani-beraninya kau bersikap terlalu kurang ajar padaku!"geramnya lagi.Tidak terkira bagaimana besarnya kebencian yang Nadine rasakan atas perlakuan buruk Arza.Tengahnya dalam kekesalannya, sebuah notifikasi muncul di atas layar ponsel.Nadine mengernyitkan dahi."Nomor siapakah ini? Tidak tersimpan dalam kontak telepon." Nadine bingung. Perasaan malas membuatnya mengabaikan notifikasi itu. Notifikasi itu datang berulang kali.Terasa mengganggu, dengan malas, Nadine meraih ponsel. Lagi-lagi Nadine harus mengelus dada. Setelah dicek, nomor asing itu mengirimkan sebuah pesan yang cukup panjang.[Nadine, jangan pernah kau mengatakan apapun kepada orang lain meskipun suamimu sendiri, atas apa yang pernah terjadi denganmu. Khususnya ke
Nadine terkesiap dari lamunannya tatkala didengarnya suara bel. Ia melangkahkan kaki menuju ke ruang depan."Siapa, Bi?" Nadine bertanya kepada asisten rumah tangganya. "Alea, Nyonya." Jawab Bi Lasmi. "Alea?" Nadine mengernyitkan dahi. "Ini kan belum saatnya dia pulang?" Nadine bertanya heran. "Entahlah, Nyonya. Mungkin hari ini jadwal mata pelajaran lesnya memang sedikit, atau apalah. Hehee Bibi tidak tahu pasti masalah pelajaran sekolah. Maklum hanya tamatan SD." Bi Azmi terkekeh. Nadine hanya tersenyum simpul mendengarnya. Hari ini adalah jadwal untuk les privat bahasa Inggrisnya. Namun anak ibu pulang lebih cepat. Membuat Nadine bertanya-tanya. Kebetulan hari ini adalah hari libur nasional. Namun les buat Alea tetap berjalan seperti biasanya. &nbs
Selamat sejahtera untuk semua pembaca Novel KKBS (Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu) 🤚🤚🤚 Author mau kasih info terbaru nih buat teman-teman pembaca semua. Author kasih tahu kalau sekarang udah update sekuel novel KKBS ya. Dengan judul : Ketika Istriku Mulai Membangkang Pembaca boleh kepoin novelnya sekarang ya, hehee. Othor usahain akan update rutin setiap hari. Jadi para pembaca semua tidak usah khawatir kalo nanti Author jarang update, jarang nongol, apalagi sampai novelnya nggak tamat. Oh iya, Author boleh minta dukungannya ya, dukung Author dengan rate bintang lima, terus tambahkan novelnya ke pustaka. Hehee ... Makaciih semua pembacaku... Semoga novel "Ketika Istriku Mulai Membangkang" ini bisa menghibur para pembaca semua. Amiiin Suksesnya seorang Author tak lepas dari dukungan para pembaca setianya. peluk jauh dari Author....😘😘😘😘😘
Bab 162 "Aduuuh!" Zea menengadahkan kepala. Menahan sakit. Sekarang sakit itu kian naik ke ubun-ubun. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Di tengah malam sepi ini ia sendiri berbaring di ranjang rumah sakit. "Ya Tuhan tolong aku!" dalam kegelisahannya, Zea mengadu dan memohon kepada Tuhan. Karena kesakitan yang ia rasakan, sejenak ia melupakan derita masalah ekonomi yang tengah ia hadapi. Ya, malam ini adalah malam terakhir Zea dirawat di rumah sakit ini. Sebenarnya masih panjang riwayat perawatan yang harus ia kalani, namun karena semua biaya yang mengalir benar-benar telah menguras kering semua isi tabungan. sekaligus kendaraan dan apapun yang dimiliki telah hangus terjual tanpa tersisa. Tidak ada lagi yang bisa ia gunakan untuk menjalani prosedur kesehatan. Untuk selan
Bab 161 "Ibu!" Arza tergagap. Arza kembali mencoba menyentuh telapak tangan sang Bunda. Lagi lagi hanya dingin terasa. Mendadak Arza jatuh lunglai. "Ibu ...!" gumamnya lirih. Air matanya menetes. Namun sebanyak apapun tetesan air mata yang meleleh di pipinya, semua itu tidak akan pernah mengembalikan nyawa ke raga sang ibu yang kini telah terbaring dingin dan kaku. Arza menangis sendiri. Memperhatikan keadaan orang tuanya yang terbaring sendirian sejak malam menjelang. Arza menyesal. Setelah menemui ibunya yang telah terbujur dengan kaku. Sepertinya nyawa telah lama melayang meninggalkan raga si ibu. Sedangkan Arza baru saja menyadari bahwa ibunya telah tiada sejak semalam.***  
Bab 160 "Silakan kamu bayar dulu uang tunggakan kontrakan selama 2 bulan belakangan ini Arza!" suara Bu Dian terdengar kasar. Muka Arza memerah menahan rasa malu sebab suara Bu Dian menggema dan didengar oleh orang-orang yang menguping pertengkaran mereka. "Tuh orang kaya, bayar dulu kontrakanmu! Katanya kaya, tapi kontrakan nunggak, mana selama dua bulan lagi. Aduh, kaya dari mana? Aku saja yang merasa orang miskin tidak pernah Tunggak menunggak. Nggak malu tuh ngaku-ngaku sebagai orang kaya?" suara laki-laki yang tadi bertengkar dengannya membuat kuping Arza memanas. Dengan bergegas ArzaMelangkah mendekati Bu Dian. "Iya Bu, saya pasti bayar kok tapi tolong bicaranya jangan terlalu keras. Bisa malu saya kalau didengar sama tetangga." Arza berusaha untuk merayu. "Kalau mau
Bab 159"Kau pasti sudah dengar kalau aku bilang apa?" pria tua tersebut memandang tajam. "Jangan pernah kau merendahkan aku seperti tadi, Pria tua busuk!" sergah Arza. "Nah jika kau tidak ingin dibilangi tak baik, seharusnya kau juga jangan keterlaluan bicara kotor dan menyinggung perasaan lawan bicaramu. Bagaimana kau sakit hati mendengar ucapan buruk orang terhadapmu, maka begitu juga perasaan orang lain ketika menerima ucapanmu!" Arza menghela nafas panjang. Kekesalan nampak jelas pada raut wajahnya. Arza sungguh tidak terima akan ucapan laki-laki tersebut. "Tapi kau tidak bisa balik mengatakan aku seperti itu" Arza menunjuk muka lelaki itu."Mengapa tidak? Nukankah aku juga bisa bicara, Arza?" "Tapi aku tidak bisa terima kau bilang aku miskin." sergah Arza. "Lhoo, kenapa nggak bi
Bab 158Arza duduk dan menikmati secangkir kopi di teras kontrakan. menyeruput kopi hangat sambil memperhatikan gadis-gadis remaja berlalu lalang di depan kontrakan. Mereka sedang berjalan menuju ke sekolah terdekat. Sesekali nampak bibir Aeza tersenyum nakal.Deretan kontrakan tersebut memang terlihat kumuh. Di tambah dengan ketersediaan air bersih yang kurang memadai. keadaan itu membuat sebagian besar penduduk pergi kesungai yang tidak bisa di bilang bersih untuk mencuci pakaian dan sebagainya. Untuk minum, mereka menggantungkan kebutuhan air minum pada saluran pdam yang kecil dan hanya tersedia di siang hari saja. Itupun terkadang tidak menentu. Oleh sebab itulah mereka terpaksa menggantungkan kebutuhan selain untuk minun pada air sungai yang jauh dari standar kesehatan. Karena nampak jelas jika aliran sungai tersebut menghitam dan bau. namun karena keterpaksaan, mereka terpaksa melakukan itu. Apalagi pada cuaca panas kala ini.
Bab 157 "Pak Arza, saya punya kabar besar buat Bapak." Farid datang tergopoh-gopoh menghampiri Arza yang tengah duduk beristirahat. "Kabar apa?" Arza tak terlalu mempedulikan pria yang baru saja datang padanya. Sebenarnya ia tak terlalu suka terhadap sosok Farid yang beberapa waktu lalu Arza anggap taelah merendahkan harga diri Arza. "Pak, ini kabar sangaat penting. Apa Bapak ingin dengar?" Farid memainkam sebelah mata "Jangan bertele-tele. Katakan saja terus terang." sergah Arza. "Pak Arza ... tidak bisa asal memberitahu doang, dong. Kita perlu ini .." Farid terkekeh seraya mengisyaratkan jarinya. Bermaksud mengatakan jika Arza harus membayar. "Kau ingin meminta bayaran hanya untuk sebuah berita yang kau bawa?" "Tentu saja!" Pak Farid tersenyum. &n
Bab 156 "Ada apa ini, Pak? Apa-apaan ini?" Zea bertanya kaget.Tentu saja ua kaget melihat orang-orang itu datang secara tiba-tiba. "Kami membawa surat perintah penangkapan terhadap Ibu Zea Marlinda. Atas dugaan tersangka kasus percobaan pembunuhan." Seorang lelaki menyodorkan selembar kertas surat perintah. Zea menyipitkan mata. Merasa aneh dan bingung.Dalam kebingungannya, Zea memperhatikan durat perintah itu dengan seksama. Mata Zea menelisik huruf demi huruf, poin demi poin yang tertera di sana. Tak terasa air mata Zea meleleh. "Apaaa?" Zea terkesiap melihat data dirinya memang tertera dengan jelas di sana. "Ini tidak mungkin." Zea menggelengkan kepala. "Ini semua sudah berdasarkan fakta se
Bab 155 Zea duduk di sisi sofa menghadap televisi yang tengah menyala. Namun perhatian perempuan itu bukanlah tertuju pada layar televisi. Melainkan kembali teringat pada ucapan-ucapan dokter spesialis yang ia datangi tadi siang. "Aku akan ikuti semua saran dokter. Tak peduli jika aku harus mengeringkan isi rekening." Zea bertekad dalam hati. Untuk melakukan semua prosedur pengobatan, Zea sadar jika ia harus menguras banyak uang.Sekarang, yang menjadi masalahnya adalah, ia mempertanyakan apakah seluruh isi rekeningnya cukup untuk melakukan seluruh biaya pengobatan tersebut Atau tidak?Zea sadar, ia harus segera mencari bantuan. sebab uang di rekening yang telah jauh menipis akibat hidup foya-foyayang ia lakukan sebelumnya.Untuk mencoba mencari jalan keluar buat menghadapi kemungkinan tersebut, Zea menghubungi beberapa teman seperjuangan yang ia mili