Beranda / Romansa / Kuakhiri Dendam Ini / Bab 5 Pertemuan Nisa dengan Caroline

Share

Bab 5 Pertemuan Nisa dengan Caroline

Penulis: Nyi Malika
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-02 22:03:51

[Dengarkan baik-baik.]

Sebuah text masuk dari Nisa, wanita yang dikenalnya, lebih tepatnya mengenalkan diri padanya, beberapa bulan lalu.

Caroline menekan tombol play pada kiriman berikutnya. Terdengar rekaman suara Nisa sedang berbicara dengan Amanda, wanita yang telah mengubah hidup Caroline dari surga menjadi neraka.

[Tidak semudah itu, Mba. Saya dan Barry punya ikatan yang kuat. Saya bisa mundur, tapi Barry pasti akan tetap mengejar saya, jadi bukankah lebih baik tetap jalan aja. Saran saya, mba perbaiki aja diri sendiri. Atau … relakan Barry bersama saya saat dirinya sedang tidak bersama mba. Simple kan?]

Rahang Caroline mengeras, mendengar suara Amanda seakan sengaja menantang Nisa. Betapa tak tau malunya wanita licik itu, merebut suami orang dan berbangga atas perbuatannya.

[Hehehe … bagaimana dengan Caroline? Saya yakin dia tengah mempersiapkan hadiah spesial buat kamu. Setelah kau hancurkan hidupnya dan anak lelakinya. Saran saya, mundur dari hubunganmu dengan Barry atau hidupmu berakhir sia-sia!]

Caroline terkekeh mendengar suara Nisa mengancam Amanda dengan membawa namanya, bisa dipastikan Amanda kalang kabut mengetahui istri dari kedua lelaki yang dimanfaatkannya, ternyata saling kenal.

Senyum kepuasan menghiasi bibir Caroline, benaknya berkelana menjelajahi rencana selanjutnya. 

***

Beberapa bulan lalu, di sebuah restoran, saat masih tinggal di Jakarta. 

Caroline akan makan siang sendiri, ketika seorang wanita cantik berusia sekitar 35 tahun, mendatanginya. 

"Nama saya Nisa, istri Barry. Ada sesuatu hal penting yang ingin saya bicarakan." Nisa mengulurkan tangan yang disambut Caroline kaku. Sejenak dirinya mengamati Nisa, ia wanita sempurna. Kecantikan khas Asia, kecerdasan dan kekuatan terlihat dari tatapan matanya. Dari bahasanya, bisa ditebak, ada sesuatu yang serius. 

"Baiklah, Nisa. Apa tujuanmu datang menemui saya?" Caroline melanjutkan makan siang yang tertunda sejenak.

"Ini tentang Amanda." Nisa berujar dengan suara bergetar. Caroline pernah berada di posisi itu, dulu. 

Caroline tidak menunjukkan wajah kaget, ia tetap tenang melanjutkan makannya.

"Dari mana kamu tau tentang saya, Nisa?" 

"Itu tidak penting. Yang saya tau, anda dan saya satu kubu. Suami anda dan suami saya, ada dalam jeratan wanita yang sama." Caroline menghentikan kegiatan makannya sejenak, wajahnya mengeras. Nisa bicara tanpa basa basi, ia suka wanita tegas seperti itu. 

"Suamimu pasti punya banyaak kelebihan."

Nisa mendelik demi mendengar perkataan Caroline yang diucapkan dengan santai namun yakin. 

"Y-yaa, dia tampan," jawab Nisa.

"Dan punya uang?"

"Tentu saja. Uang yang seharusnya menjadi hak anak dan istrinya," geram Nisa.

Tidak heran, wanita seperti Amanda akan memangsa siapa saja semaunya, bila tidak tampan paling tidak lelaki itu harus kaya. Pikir Caroline.

"Saya harap kehadiran saya tidak mengganggu."

Caroline semakin mengagumi Nisa. Ucapannya tegas dan dirinya tidak menunjukkan ekspresi cengeng, apalagi minta dikasihani. Nisa, persis gambaran diri Caroline, saat hidupnya masih sempurna. Saat ia masih bisa tidur nyenyak tanpa mengkhawatirkan di mana sang suami berada. 

"Anda …."

"Caroline … panggil saja Carol atau Lin. Usia kita paling terpaut sepuluh tahun."

"Baiklah, Carol. Amanda mempermainkan suami kita."

"Betul. Dan bodohnya, suami kita terpedaya."

Nisa membiarkan Caroline mengunyah makanan dan menelannya, sebelum melanjutkan ucapannya.

"Harus ada yang kita lakukan. Kesabaranku telah mencapai batas akhir. Bila tidak sekarang, aku mungkin tak sanggup bertahan."

"Apa yang akan kita lakukan, Nisa?"

"Saya akan mencari tau siapa Amanda, apakah dirinya hanya kebetulan mendekati suamimu dan suamiku, ataukah ada hal lain yang terselubung."

"Ya, saya pun pernah berpikir yang sama, bagaimana mungkin Amanda tega mengkhianati Jefri yang lebih segalanya-galanya. Mungkin ke orang lain masih masuk akal, tapi ini ... papa Jefry sendiri yang dimangsanya. Apakah memang ada kesengajaan? Apakah sebenarnya Amanda memang mengincar suami saya? Tapi dengan mendekati Jefri terlebih dulu?"

Caroline tidak merasa perlu menjelaskan detil kejadian demi kejadian, karena dirinya yakin, wanita secerdas Nisa, yang telah berani mendatanginya, sudah tau jauh lebih banyak dari apa yang disampaikannya.

Sebagai pengusaha sukses tanah air, kehidupan Tedja—suaminya—tak pernah luput dari incaran pemburu berita. Dengan mudahnya, berita kecelakaan Jefry, putra tunggal Tedja dan Caroline, ditemukan di media cetak maupun elektronik. Begitupun berita tentang apa saja yang terkait bisnis Tedja.

Nisa sendiri, berhasil mengetahui bahwa Amanda ternyata simpanan Tedja, dari penelusuran Adam. Saat Adam membuntuti Amanda suatu hari, dirinya melihat Amanda menuju restoran. Adam mengikuti dengan menyamar sebagai pengunjung dan menempati kursi tidak jauh dari Amanda, dan berpura-pura seperti menunggu seseorang. Awalnya Adam berpikir, Amanda menunggu Barry. Ternyata, apa yang dilihatnya, lebih banyak dari perkiraan.

Tedja datang menghampiri Amanda, lalu mereka menuju ruang privat yang terletak di bagian dalam restoran. Ke sanalah para pelayan membawakan pesanan mereka. 

Tedja Sukma Karim, siapa yang tidak mengenalnya. Tapi Adam tidak tertarik memanfaatkan apa yang dilihatnya, dirinya hanya fokus membantu Nisa, Anisa—teman SMA yang telah mencuri hatinya sejak mereka masih berseragam putih abu—.

Beberapa kali, Adam mendapatkan kebersamaan Tedja dan Amanda, mesra. Tidak perlu dijelaskan lagi, ada hubungan khusus di antara keduanya.

Berdasarkan apa yang diketahuinya, Nisa memberanikan diri menemui Caroline, wanita yang selalu tampak anggun dan ceria di hadapan media. Namun, tampak kaku di hadapan Nisa. Tidak ada senyum apalagi tawa. Nisa paham, kehilangan cinta sama dengan hilang separuh nyawa, bahkan mungkin lebih dari separuh.

"Saya tidak ingin hubungan Amanda dengan suami saya terekspose media. Terlalu banyak yang akan dihancurkan."

"Saya paham itu, Carol. Saya pun demikian, Barry sebentar lagi naik jabatan, saya tidak ingin kariernya hancur gara-gara wanita itu. Biar bagaimanapun, dia ayah anak-anak saya. Dan saya tidak ingin mereka mengenal ayahnya dengan label negatif."

"Ini nomor private saya. Bulan depan saya akan pindah ke Singapore. Kau boleh menghubungi kapan saja, tapi ingat hanya ke nomor ini. Dan kau, gunakan nomor privat juga." Nisa menggangguk.

"Satu lagi. Hubungi saya hanya untuk hal yang sangat penting. Sangat penting!"

Ya, hanya perkara penting, seperti hari ini, Nisa mengirimkan rekaman percakapannya dengan Amanda, agar Caroline tau, bahwa Amanda mulai takut hubungannya dengan Tedja, akan diketahui Barry. 

Itu artinya, pergerakan Amanda akan terbatas. Entah akhirnya dia akan meninggalkan Tedja atau Barry? Atau bila tidak mempan, Caroline akan memisahkan mereka dengan paksa!

Nisa sudah tau, Caroline merencanakan sesuatu. Entah apa. Kemarahan, bisa membuat seseorang berbuat hal yang di luar logika.

"Ingat, Nisa. Tidak ada jejak komunikasi antara kita. Apapun yang kau lakukan, saya tidak terkait. Begitu juga, apapun yang kulakukan, kau tidak terkait." Nisa mengangguk tanda mengerti. Lalu, sesuatu mengusik hatinya.

"Apa yang kau rencanakan, Carol?"

"Entah, Nisa. Bagiku sekarang, membunuh atau bunuh diri, sama baiknya!"

Bab terkait

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 6 Kematian Jefry

    [Berhasil, Bos. Wanita itu pulang duluan, sesuai instruksi.]Caroline tersenyum membaca text yang dikirimkan Sandy. Lelaki itu memang sangat bisa diandalkan dalam segala hal.Pengintaian Sandy atas Amanda yang sedang berlibur di Bangkok bersama Barry, berhasil mulus.Panggilan telepon dari Caroline mengatasnamakan sekretaris direksi, ditelan mentah-mentah oleh Amanda. Dasar wanita bod*h!Gambar-gambar yang dikirimkan Sandy padanya, cukup membuktikan bahwa dia wanita culas yang memanfaatkan banyak orang demi kesenangan diri sendiri. Lalu, apa gunanya berbelas kasihan pada wanita sejenis itu.Bodohnya Tedja, mau saja diperalat oleh wanita yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 7 Bermain Dua Kaki

    [Barry ke Bangkok, bersama Amanda.] Pesan dari Nisa.Caroline mengeram."Sandy, kau ke Bangkok sekarang juga. Ikuti Amanda. Lakukan tugas seperti biasa!" Tanpa menunggu jawaban dari Sandy, Caroline melempar telepon genggamnya ke tempat tidur.Sandy tidak membantah, tidak juga menanyakan bagaimana detilnya. Tiket pesawat, uang jalan dan sebagainya. Dirinya tinggal menghubungi Tabitha—sekretaris pribadi Caroline—dan semua siap.Berbagai tugas pengintaian dari Caroline, telah dilakukannya. Di dalam negeri hingga ke luar negeri. Bahkan saat Caroline tinggal di Singapore, dirinya tetap disuruh kemana-mana. Kapan saja tidak boleh ada kata tidak bisa, apalagi tidak sanggup. 

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-11
  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 8 Amanda 1

    Namaku Andini Surya Atmadja. Putri kedua pasangan Prabu Surya Atmadja dengan Dini Lestari. Suami istri pemilik sebuah usaha percetakan di Jakarta Barat. Di usiaku yang baru menginjak 2 tahun, aku belum mengerti artinya bahagia. Ingatanku tentang masa kecil hanyalah dari cerita Bimo. Papa mama sangat penyayang, walau tidak bisa mengingatnya, tapi dengan melihat foto-foto, aku meresapi apa yang dikatakan Bimo. Keuangan kami pun cukup. Bimo—kakak satu satunya—yang berusia sembilan tahun, sangat menyayangiku. Aku, menjadi pusat keceriaan keluarga, maklum, awalnya mama berpikir tidak akan bisa memiliki anak lagi, setelah jeda terlalu lama dengan kelahiran Bimo. Tidak ada yang salah, tidak ada yang kurang. Hingga suatu hari, semua k

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 9 Amanda 2

    "Kak Bimo, kakak di mana? Kenapa nggak pernah cari aku," tangisku suatu malam. Entah sudah berapa kali aku merasa melihat seseorang yang mirip gambaranku tentang sosok Bimo. Sayang, selalu orang lain dan orang lain.Kadang putus asa itu datang, lalu timbul lagi berkali lipat. Semakin usia bertambah semakin kuat keinginan bertemu Bimo. Siapa lagi yang kumiliki?Aku tidak lagi tinggal di apartemen mewah, tapi memilih tinggal di rumah kost. Aku harus menghemat uang gaji, untuk sebuah masa depan yang aku belum tau.Selama berada di bawah 'cengkeraman' Robert, aku tidak pernah meminta segala kemewahan darinya. Aku hanya menerima, apa yang diberikannya.Hatiku tak pernah sanggup untuk mema

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 10 Barry 1

    Rapuh.Kata itu tepat untuk menggambarkan kesan pertama saat wanita cantik itu menatapku dari seberang meja. Duduk sendirian memegang ponsel. Jari lentik dengan kutek warna peach itu tak henti menggeser layar.Kuseruput secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Mataku memindai ke sekeliling ruang tunggu Executive Lounge Bandara Soekarno Hatta, tidak ramai orang seperti biasanya.Di sisi kiri, sepasang suami istri dengan anak balitanya tampak kerepotan mengejar sang anak yang terus ingin turun dari kursi. Lalu, di belakang persis ada seorang remaja, dengan buku dan tas ransel tersamoir di samping kursi. Dan, di depanku, wanita cantik berkulit putih yang terlalu mencolok di banding tamu lain.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 11 Barry 2

    "Sebuah kesetiaan adalah hal yang mahal, hal itu berarti, sulit menemukan seseorang yang memiliki sifat kesetiaan yang kuat. Hanya orang-orang yang berkelas yang memilikinya, seperti diriku ha ha ha."Ucapan itu masih kuingat, saat aku menasehati seorang teman yang menceritakan tentang perselingkuhannya.Hal yang tak kusadari kemudian, bahwa manusia memiliki kecenderungan sifat yang sering berubah dan jarang merasa puas dengan apa yang dimilikinya.Dan itu terjadi padaku, aku berubah!Seperti perkataan yang pernah kudengar, jangan coba-coba selingkuh, kau akan ketagihan.Aku mulai gila.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 12 Penyidikan

    "Apa yang kau lakukan, Nisa?! Nisa!""Memanggil polisi! Apalagi?!" Nisa berteriak kencang. Jari-jarinya terlihat gemetar menekan tombol di layar ponsel."Jangan, Nisa! Jangan!""Kenapa jangan? Singkirkan koper itu! Singkirkan! Sudah cukup semuanya. Mas kira saya nggak tau siapa Amanda? Haa … kalian bersama sejak lama. Akui saja, Mas. Nisa sudah muak."Nisa melempar barang-barang yang ada di dekatnya."Dalam keadaan seperti ini, mas masih nggak mau jujur!""Nisa, Mas tidak ingin menyakiti kamu.""Bukankah selama ini mas s

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 13 Percakapan Terakhir Amanda

    "Amanda ...! Andini …!"Teriakan histeris Sandy menggema, setelah berita penemuan mayat Amanda tersebar hampir di setiap media cetak maupun elektronik.Matanya nanar menatap tak percaya pada layar televisi 32 inch di depannya. Satu persatu berita diamatinya. Tidak salah, wanita itu adiknya. Polisi sudah mengkonfirmasi kebenaran identitasnya, begitu juga penyebab pematiannya."Tidak mungkin! Manda … tidak mungkin!"Dengan napas memburu, Sandy membanting barang-barang yang ada di dekatnya hingga bertebaran di lantai. Rumah yang di kontrak dirinya sejak setahun terakhir untuk menyimpan barang-barang pribadi tidak jauh dari kediaman Amanda, menjadi saksi kemurkaan dan kesedihan yang berbaur jadi satu.Pertama kali Sandy menangis,

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09

Bab terbaru

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 28 Kedatangan Teman Lama

    "Maaa!" teriak Caitlin kaget akibat tubuhnya terdorong pelan ke depan. "Sorry, Sayang. Mama kaget jadi ngerem mendadak. Sorry," pungkas Nisa dengan rasa bersalah. Untung saja tidak ada kendaraan lain di belakangnya. Walau dalam kecepatan pelan, tetap saja bahaya. "Jemput seperti biasa, ya. Love u." Nisa mengusap kepala sang putri saat mobil telah berhenti di parkiran. "Okay, Ma. Love u too." Caitlin berlari setelah melabuhkan ciuman di pipi sang mama. Dengan cepat ia membaur bersama teman-temannya. Nisa bergegas pulang untuk mengurus Axel dan Ayesha, sebelum berkutat dengan urusan kantor. Jarak dekat antara rumah ke sekolah Caitlin memudahkannya bolak-balik dengan cepat. Sementara jarak dari rumah ke kantor pun terbilang dekat, ia bisa

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 27 Sosok Misterius

    "Nisa, jangan lupa nanti malam." Pesan dari ibu mengingatkan Nisa akan pentingnya kehadiran dirinya nanti malam di kediaman nenek. Setelah mengirimkan jawaban bahwa ia pasti berangkat, Nisa kembali diselimuti ingatan tentang masa kemarin.Nisa berusaha membuang potongan demi potongan peristiwa yang berkelebat di benaknya. Betapa lelah dirinya bertarung dengan hati selama berbulan-bulan, tanpa jalan keluar tanpa penghiburan akan kesesakan hingga memilih jalan nekat. Merencanakan pembalasan dendam atas perbuatan sang suami.Wajah cantik Amanda kini berada di tempat yang pantas. Seringai puas bersamaan raut kesedihan mencuat di wajah Nisa.Barry dan Amanda telah mengubahnya dari seorang wanita lembut yang bahkan takut menyakiti cicak, menjadi seo

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 26 Semua Berubah

    Hari terus berganti namun ingatan akan potongan tubuh dalam koper di rumah Nisa tampaknya betah bersemayam di benak orang-orang.Sayup terdengar bisik yang mengganggap kebodohan Barry terperosok ke dalam jurang celaka pasti ada peran Nisa sebagai istri. Media ikut membubuhkan narasi yang memantik berbagai analisa, ya tentu saja. Walau kemudian berita penangkapan Barry, Santoso dan Amir ramai menghiasi layar kaca dan media cetak, tetap ada saja pihak yang mengiring opini seakan kesalahan seorang suami adalah wujud kegagalan sang istri. Opini yang sangat dibenci Nisa namun angin terus mengembuskan kabar hingga membentuk rantai kisah yang tiada ujungnya."Ooo itu istrinya. Cantik sebenarnya tapi buat laki-laki gak cukup cuma cantik," cibir mereka dengan nada mencela. Tidak semua laki-laki begitu, ingin Nisa men

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 25 Hanya Kita yang Tahu

    "Apa yang kau pikirkan?"Aku menghampiri Caroline yang sedang duduk di sebuah kursi taman, tidak jauh dari komplek perumahan yang dihuninya."Hanya memikirkan apa yang sudah terjadi.""Menurutmu apakah semua orang sudah mendapatkan keadilan?""Entah. Versi keadilan bagi setiap orang berbeda. Bahkan seorang pembunuh yang dihukum mati akan merasa belum tentu adil, dia punya hak hidup. Bagi keluarga korban, sekalipun pelaku pembunuhan di hukum mati, tidak dapat mengembalikan nyawa yang hilang. Keadilan itu relatif."Aku terdiam. Betul, sekalipun Amanda sudah mati, Tedja mendekam di penjara, Jefry-nya Caroline tak kan kembali. Barry di pen

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 24 Saling Menjaga Rahasia

    Ijin menggunakan toilet, Nisa beranjak ke sisi rumah bagian dalam. Tak terlihat siapapun di lorong rumah besar dan mewah itu. Lalu, sepasang tangan kokoh menarik tangannya dan berhenti di balik tembok yang menghalangi pandangan pekerja atau bahkan Caroline, yang mungkin lewat."Apa apaan ini?" Nisa tersentak. Sejenak ketakutan menderanya."Ssstttt ...."Lelaki itu meletakkan telunjuk pada bibirnya pertanda meminta Nisa agar diam."Kau siapa, Nisa. Ya namamu Nisa, bukan? Saya tidak akan pernah lupa.""Harusnya saya yang bertanya, kau siapa? Kenapa bisa ada di pemakaman g

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 23 Pertemuan Dengan Sandy

    Beberapa bulan lalu, pada saat pemakaman Amanda."Kau siapa?"Pemakaman Amanda yang dilakukan di tempat pemakaman umum, oleh pihak kepolisian, hanya dihadiri oleh beberapa orang, termasuk Nisa. Panas menyengat, Nisa memutuskan untuk berteduh di bawah pohon rindang, sembari menunggu acara pemakaman usai. Sebagai saksi, dirinya diperbolehkan hadir di tempat tersebut. Walaupun dirinya sangat membenci Amanda, tapi hati kecilnya meminta dia agar hadir. Apalagi setelah ditelusuri, Amanda ternyata tidak punya keluarga. Toh tidak rugi apa-apa, pikir Nisa kala itu.Hal yang mengherankan, sejak awal kedatangan jenazah, seorang lelaki berpakaian serba hitam, berkaca mata hitam dan mengenakan topi, terlihat memantau aktivitas petugas pemakaman, dari

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 22 Adam, Sahabat Nisa Semasa SMA

    *Di penghujung sore, Adam dan Nisa bertemu di sebuah kedai kopi tidak jauh dari kantor Adam. Tempat itu nyaman, tapi tidak ramai pengunjung. Duduk menikmati kopi atau camilan, menjadi sangat menyenangkan.Sejak resign, baru kali ini Nisa benar-benar meninggalkan rumah untuk bersantai. Dia rindu masa-masa dirinya menjadi wanita pekerja, kejar-kejaran dengan deadline, lalu ngopi bareng teman kerja seusai jam kantor.Hidup terasa komplit. Rumah tangga bahagia, anak-anak sehat, keuangan cukup, karier terus meningkat. Tidak banyak wanita yang bisa memiliki kehiduoan yang seimbang. Nisa merasa saat itu hidupnya sempurna."Melamun lagi."A

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 21 Perhatian Sandy Pada Caroline

    Pelaku pembunuhan Amanda sudah ditangkap. Santoso dan Amir menghadapi ancaman hukuman mati, begitu pula Barry. Teka teki kematian Amanda, sudah terpecahkan."Kau tenang di sana ya, Dek. Para penjahat itu akan menghadapi hukuman yang setimpal. Walau tidak sanggup mengembalikan nyawamu, paling tidak kakak bisa melanjutkan hidup. Banyak hal yang harus ditata kembali."Sandy membuka lembar demi lembar bukti kepemilikan beberapa aset atas nama Amanda. Tidak satupun yang akan dimilikinya. Sesuai amanat Amanda, semua aset akan digunakan untuk amal. Mendirikan panti asuhan, menjual beberapa aset untuk digunakan uangnya membantu keluarga miskin."Hatimu sungguh mulia, Dek. Kakak bangga pernah memilikimu." Sandy mengusap hidungnya yang basah

  • Kuakhiri Dendam Ini   Bab 20 Santoso dan Amir Diamankan

    Polisi bekerja keras mengkaji kasus mutilasi terhadap Amanda, wanita cantik kekasih Barry dan Tedja. Dua lelaki yang sama-sama telah beristri. Semakin digali, semakin banyak fakta baru mengejutkan bermunculan.Diketahui, ternyata Amir pernah bekerja sebagai porter di Bandara Soetta, dan di sanalah ia berkenalan dengan Sidik—yang bertugas sebagai pengawas kamera keamanan—lelaki berkulit sawo matang, pria beranak satu. Mereka masih berkomunikasi sekalipun Amir sudah tidak bekerja di tempat yang sama.Saat menerima orderan pembunuhan dan mendapatkan detail kedatangan Barry, mereka menyusun skenario bersama. Sidik-lah yang bertugas mematikan kamera pengawas, yang untungnya ada rekaman asli dari sisi lain yang belum dibuang Sidik, hanya di simpan di rumahnya.Banyak orang berpikir dirinya pintar,&

DMCA.com Protection Status