“Biar kami yang menghadapinya guru” ucap bondo.
“Benar guru...” timpal woso.
Tanpa menunggu persetujuan Pertapa Hinip, Bondo dan Woso segera memburu kearah Bintang.
Bintang hanya bergerak sedikit untuk menghindari serangan Bondo dan Woso. Dan wajah Bondo dan Woso berubah saat merasakan telapak tangan lawannya sudah menempel diperut mereka, keduanya ingat betul apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu saat telapak tangan lawannya juga menempel diperut mereka.
“Pemecah Karang, heaaa !!!”
Bintang melepaskan Pukulan Pemecah Karangnya ketubuh Bondo dan Woso.
Aaaggkkkhhhhhh !!! Aaaggkkkhhhhhh !!!
Jeritan keras keluar dari mulut Bondo dan Woso, seiring dengan terpental jauhnya sosok besar keduanya. Jeritan keras Bondo dan Woso membuat Pertapa Hinip seakan baru tersadar dari keadaannya, tapi terlambat, sosok Bondo dan Woso sudah terpental jauh dan akhirnya terkapar diujung pandangannya.
Apa yang terjadi pada Wika, benar-benar memberikan pukulan keras terhadap Bintang, Bintang semakin menyadari dengan semua kesaktian yang dimilikinya saat ini masih belum cukup mampu untuk menolong Wika. Masih banyak kesaktian yang belum Bintang miliki untuk menjalani kehidupan ini. Pikiran Bintang yang kalut setelah meninggalkan wilayah Blambang Sewu, Bintang mampir sejenak ke Setyo Kencana untuk memberikan penawar racun ular emas kepada Patih Ranggalawu dan Patih Sahdewa, setelah itu Bintang langsung kembali ke Bukit Bayangan. Bintang ingin menenangkan pikirannya dirumah sambil terus memikirkan cara untuk menolong Wika.Kembalinya Bintang, tentu saja disambut dengan sangat suka cita oleh seluruh keluarga dan istri-istri Bintang, tapi karena kekalutan pikirannya membuat Bintang hanya menanggapinya dengan senyum datar.Malam itu, Bintang yang pikirannya sedang kalut, berjalan keluar dari rumahnya untuk mencari udara segar, Bintang tampak menatap kearah bulan yang bersin
Di kegelapan malam, hanya cahaya api unggun besar yang terlihat menemani Bintang melewati malam yang dingin, sedangkan Bintang terlihat tenggelam dialam tapa bratanya, dipikirannya Bintang terus memikirkan cara untuk menyelamatkan Wika, walaupun sampai saat ini Bintang belum menemukan caranya.Tiba-tiba saja sekelebat angin berhembus kencang menerpa wajah Bintang, merasakan ada yang aneh pada angin tersebut, kedua mata Bintang yang terpejam terbuka, angin yang tadi berhembus menerpa wajah Bintang tampak berputar-putar diatas api unggun yang ada didekat Bintang. Lalu angin itu tampak turun menyatu dengan api unggun tersebut membentuk sesosok bayangan. Sosok yang sangat Bintang kenali. Sosok bayangan api itu adalah sosok Putri Ahtisa. Api yang membentuk sosok Putri Ahtisa itu tampak bergoyang-goyang tertiup angin.“Dinda Ahtisa” ucap Bintang bingung melihat api kecil yang menjelma sosok Putri Ahtisa mini. Bintang kagum melihat kemampuan Putri Ahtisa itu.
Serrrrrrr rasanya, ada sensasi geli-geli. Ketika itu Bintangpun sudah memejamkan mata menikmati pijatan tangan lembut Putri Ahtisa. Entah sengaja atau tidak, Putri Ahtisa terus memijat hingga di pangkal paha tengahnya, kadang tersentuh-sentuh buah zakar Bintang. “Dibuka saja celananya kanda”, Bintangpun melepas celananya dan kembali pada posisi semula, Bintang tengkurap lalu Putri Ahtisa kembali memijat hingga ke pantat. Bintang menahan pada posisi agak nunging supaya makin luas bidang yang bisa dicapai tangan Putri Ahtisa. Tak lama Putri Ahtisa mulai mengurut dan meremas biji Bintang sampai Bintang sendiri sudah nggak karuan rasanya. “Agak bawahan dikit dinda” pinta Bintang. Lalu Putri Ahtisapun memijat makin dalam sampai pangkal batang Bintang, diurutnya dengan agak susah karena posisi Bintang yang telungkup. “Kanda telentang saja, soalnya susah kalau gini” pinta Putri Ahtisa lagi. Dengan senang hati Bintang turuti, lalu Bintang berbalik badan dan Yunior Bintang masih tertutup
Keesokan harinya.Putri Ahtisa segera mengajak Bintang ke perpustakaan istana, dimana terdapat ratusan ribu bahkan mungkin jutaan buku didalamnya. Lemari-lemari berukuran raksasa yang menjulang tinggi terlihat tersusun rapi didalam perpustakaan istana negeri atas angin tersebut. Bila orang lain yang masuk kedalam ruangan tersebut, pasti akan bingung melihat jutaan buku yang sangat banyak diruangan tersebut.“Di perpustakaan ini telah tersimpan sejarah jutaan tahun kehidupan manusia dibumi kanda” ucap Putri Ahtisa menjelaskan kepada Bintang. Bintang mengangguk. Lalu Putri Ahtisa meminta Bintang untuk mengikuti langkahnya, menyusuri lorong-lorong lemari-lemari raksasa yang ada dikiri dan kanan mereka. Putri Ahtisa baru menghentikan langkahnya didepan lemari raksasa yang bertuliskan angka 4112019.Putri Ahtisa tampak memutar-mutarkan tongkat ditangan kanannya, terlihat sebuah buku yang berada paling atas lemari tampak terbang melayang turun kearahnya. P
“Benar juga, terima kasih ratu” ucap Bintang dengan wajah berbinar.“Tapi paduka tidak hari inikan berangkat ke Istana Dasar Samudra ?” tanya Ratu Ayu Pitaloka tiba-tiba. Bintang menatap kearah Ratu Ayu Pitaloka dengan penuh arti.“Tinggallah semalam disini paduka. Hamba rindu sama paduka” ucap Ratu Ayu Pitaloka dengan wajah tertunduk, walaupun usianya sudah berada jauh diatas Bintang, tapi saat bersama Bintang, Ratu Ayu Pitaloka merasa muda kembali.Dengan lembut Bintang mengangkat wajah Ratu Ayu Pitaloka yang tertunduk.“Baiklah ratu... Malam ini, aku akan menemani ratu” ucap Bintang tersenyum seraya memandang wajah jelita Ratu Ayu Pitaloka yang ada dihadapannya. Ratu Ayu Pitaloka balas tersenyum bahagia mendengar ucapan Bintang.-o0o-NEGERI DASAR SAMUDRA...Kedatangan Bintang segera disambut Putri Samudra dengan kebahagiaan. “Tumben kanda datang tiba-tiba
Bintang dan para dewa pelindung memang memiliki cara untuk bisa berkomunikasi satu sama lain melalui batin ruang dimensi dan waktu dan inilah yang saat ini Bintang lakukan, mencoba menghubungi para dewa pelindung.Clebbb !!! Clebbb !!! Clebbb !!! Clebbb !!! Clebbb !!!Satu demi satu sosok para dewa pelindung muncul didalam batin ruang dimensi dan waktu dan semuanya langsung menjura hormat dihadapan Bintang.“Bagaimana kabar kalian semua ?!!” tanya Bintang lagi.“Kami baik-baik saja ketua”“Aku mengumpulkan kalian semua disini karena ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan pada kalian...” ucap Bintang berhenti sejenak, para dewa pelindung masih tetap diam menunggu.“Apakah kalian pernah mendengar kain bulu domba emas ?!!” tanya Bintang lagi. Semua wajah para dewa pelindung berubah, lalu semuanya terlihat menatap kearah Venus. Bintang sendiri ikut-ikutan memandang kearah Venus.&ldq
Malam itu, secara diam-diam Bintang menemui Aurelie dikamarnya.Tok...Tok...Tok...Pintu kamar diketuk Bintang dengan pelan. Dari dalam kamar terdengar langkah halus mendekati pintu.Kreaakkk !!!Pintu kamar terbuka, sesosok dara berparas jelita muncul, dan wajah dara jelita itu tampak terpaku melihat sosok Bintang yang berdiri didepan pintu kamarnya.“Aurelie...” ucap Bintang tersenyum kearah sosok dara jelita yang memang adalah Aurelie.“Kaa...kakang!” ucap Aurelie dengan suara bergetar menatap Bintang dengan takjub.“Apa kakang boleh masuk ? atahu berdiri disini saja..” ucap Bintang tersenyum menggoda. Aurelie segera menyadari keadaan dirinya.“Ayo kang, cepat masuk!” ucap Aurelie dengan cepat menarik tangan Bintang tanpa sungkan untuk masuk kedalam kamar. Sejenak Aurelie terlihat memandang kesana kemari diluar kamar untuk memastikan tidak ada orang yang melihat Bintang masuk k
Akhirnya, Bintang bangkit berdiri, Aurelie merapatkan tubuhnya kearah Bintang dan memeluk leher Bintang dengan kedua tangannya. Bintang dan Aurelie saling melumat hangat dengan posisi masih berdiri berdekapan. Suasana dingin dan hujan lebat diluar dengan diselingi beberapa kali suara guntur menggelegar. Di situ rupanya keduanya sudah tidak sabaran menunggu karena sambil mulut tetap sibuk diikuti dengan tangan Bintang yang langsung bekerja melepas seluruh pakaian yang melekat ditubuh Aurelie, anehnya Aurelie hanya membiarkan Bintang melakukan hal itu hingga akhirnya sosok Aurelie sudah bertelanjang tanpa sehelai benangpun ditubuhnya di pelukan Bintang. Tubuh indah Aurelie terpampang jelas didepan mata Bintang hingga darah Bintangpun langsung panas menggegelegak. Aurelie segera menarik Bintang lagi dalam pelukannya untuk melanjutkan berciuman sambil Aurelie juga membalas membantu melepas pakaian yang melekat ditubuh Bintang. Kali ini jelas lebih asyik, bergelut lidah bertempelan hangat
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig