Di kegelapan malam, hanya cahaya api unggun besar yang terlihat menemani Bintang melewati malam yang dingin, sedangkan Bintang terlihat tenggelam dialam tapa bratanya, dipikirannya Bintang terus memikirkan cara untuk menyelamatkan Wika, walaupun sampai saat ini Bintang belum menemukan caranya.
Tiba-tiba saja sekelebat angin berhembus kencang menerpa wajah Bintang, merasakan ada yang aneh pada angin tersebut, kedua mata Bintang yang terpejam terbuka, angin yang tadi berhembus menerpa wajah Bintang tampak berputar-putar diatas api unggun yang ada didekat Bintang. Lalu angin itu tampak turun menyatu dengan api unggun tersebut membentuk sesosok bayangan. Sosok yang sangat Bintang kenali. Sosok bayangan api itu adalah sosok Putri Ahtisa. Api yang membentuk sosok Putri Ahtisa itu tampak bergoyang-goyang tertiup angin.
“Dinda Ahtisa” ucap Bintang bingung melihat api kecil yang menjelma sosok Putri Ahtisa mini. Bintang kagum melihat kemampuan Putri Ahtisa itu.
Serrrrrrr rasanya, ada sensasi geli-geli. Ketika itu Bintangpun sudah memejamkan mata menikmati pijatan tangan lembut Putri Ahtisa. Entah sengaja atau tidak, Putri Ahtisa terus memijat hingga di pangkal paha tengahnya, kadang tersentuh-sentuh buah zakar Bintang. “Dibuka saja celananya kanda”, Bintangpun melepas celananya dan kembali pada posisi semula, Bintang tengkurap lalu Putri Ahtisa kembali memijat hingga ke pantat. Bintang menahan pada posisi agak nunging supaya makin luas bidang yang bisa dicapai tangan Putri Ahtisa. Tak lama Putri Ahtisa mulai mengurut dan meremas biji Bintang sampai Bintang sendiri sudah nggak karuan rasanya. “Agak bawahan dikit dinda” pinta Bintang. Lalu Putri Ahtisapun memijat makin dalam sampai pangkal batang Bintang, diurutnya dengan agak susah karena posisi Bintang yang telungkup. “Kanda telentang saja, soalnya susah kalau gini” pinta Putri Ahtisa lagi. Dengan senang hati Bintang turuti, lalu Bintang berbalik badan dan Yunior Bintang masih tertutup
Keesokan harinya.Putri Ahtisa segera mengajak Bintang ke perpustakaan istana, dimana terdapat ratusan ribu bahkan mungkin jutaan buku didalamnya. Lemari-lemari berukuran raksasa yang menjulang tinggi terlihat tersusun rapi didalam perpustakaan istana negeri atas angin tersebut. Bila orang lain yang masuk kedalam ruangan tersebut, pasti akan bingung melihat jutaan buku yang sangat banyak diruangan tersebut.“Di perpustakaan ini telah tersimpan sejarah jutaan tahun kehidupan manusia dibumi kanda” ucap Putri Ahtisa menjelaskan kepada Bintang. Bintang mengangguk. Lalu Putri Ahtisa meminta Bintang untuk mengikuti langkahnya, menyusuri lorong-lorong lemari-lemari raksasa yang ada dikiri dan kanan mereka. Putri Ahtisa baru menghentikan langkahnya didepan lemari raksasa yang bertuliskan angka 4112019.Putri Ahtisa tampak memutar-mutarkan tongkat ditangan kanannya, terlihat sebuah buku yang berada paling atas lemari tampak terbang melayang turun kearahnya. P
“Benar juga, terima kasih ratu” ucap Bintang dengan wajah berbinar.“Tapi paduka tidak hari inikan berangkat ke Istana Dasar Samudra ?” tanya Ratu Ayu Pitaloka tiba-tiba. Bintang menatap kearah Ratu Ayu Pitaloka dengan penuh arti.“Tinggallah semalam disini paduka. Hamba rindu sama paduka” ucap Ratu Ayu Pitaloka dengan wajah tertunduk, walaupun usianya sudah berada jauh diatas Bintang, tapi saat bersama Bintang, Ratu Ayu Pitaloka merasa muda kembali.Dengan lembut Bintang mengangkat wajah Ratu Ayu Pitaloka yang tertunduk.“Baiklah ratu... Malam ini, aku akan menemani ratu” ucap Bintang tersenyum seraya memandang wajah jelita Ratu Ayu Pitaloka yang ada dihadapannya. Ratu Ayu Pitaloka balas tersenyum bahagia mendengar ucapan Bintang.-o0o-NEGERI DASAR SAMUDRA...Kedatangan Bintang segera disambut Putri Samudra dengan kebahagiaan. “Tumben kanda datang tiba-tiba
Bintang dan para dewa pelindung memang memiliki cara untuk bisa berkomunikasi satu sama lain melalui batin ruang dimensi dan waktu dan inilah yang saat ini Bintang lakukan, mencoba menghubungi para dewa pelindung.Clebbb !!! Clebbb !!! Clebbb !!! Clebbb !!! Clebbb !!!Satu demi satu sosok para dewa pelindung muncul didalam batin ruang dimensi dan waktu dan semuanya langsung menjura hormat dihadapan Bintang.“Bagaimana kabar kalian semua ?!!” tanya Bintang lagi.“Kami baik-baik saja ketua”“Aku mengumpulkan kalian semua disini karena ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan pada kalian...” ucap Bintang berhenti sejenak, para dewa pelindung masih tetap diam menunggu.“Apakah kalian pernah mendengar kain bulu domba emas ?!!” tanya Bintang lagi. Semua wajah para dewa pelindung berubah, lalu semuanya terlihat menatap kearah Venus. Bintang sendiri ikut-ikutan memandang kearah Venus.&ldq
Malam itu, secara diam-diam Bintang menemui Aurelie dikamarnya.Tok...Tok...Tok...Pintu kamar diketuk Bintang dengan pelan. Dari dalam kamar terdengar langkah halus mendekati pintu.Kreaakkk !!!Pintu kamar terbuka, sesosok dara berparas jelita muncul, dan wajah dara jelita itu tampak terpaku melihat sosok Bintang yang berdiri didepan pintu kamarnya.“Aurelie...” ucap Bintang tersenyum kearah sosok dara jelita yang memang adalah Aurelie.“Kaa...kakang!” ucap Aurelie dengan suara bergetar menatap Bintang dengan takjub.“Apa kakang boleh masuk ? atahu berdiri disini saja..” ucap Bintang tersenyum menggoda. Aurelie segera menyadari keadaan dirinya.“Ayo kang, cepat masuk!” ucap Aurelie dengan cepat menarik tangan Bintang tanpa sungkan untuk masuk kedalam kamar. Sejenak Aurelie terlihat memandang kesana kemari diluar kamar untuk memastikan tidak ada orang yang melihat Bintang masuk k
Akhirnya, Bintang bangkit berdiri, Aurelie merapatkan tubuhnya kearah Bintang dan memeluk leher Bintang dengan kedua tangannya. Bintang dan Aurelie saling melumat hangat dengan posisi masih berdiri berdekapan. Suasana dingin dan hujan lebat diluar dengan diselingi beberapa kali suara guntur menggelegar. Di situ rupanya keduanya sudah tidak sabaran menunggu karena sambil mulut tetap sibuk diikuti dengan tangan Bintang yang langsung bekerja melepas seluruh pakaian yang melekat ditubuh Aurelie, anehnya Aurelie hanya membiarkan Bintang melakukan hal itu hingga akhirnya sosok Aurelie sudah bertelanjang tanpa sehelai benangpun ditubuhnya di pelukan Bintang. Tubuh indah Aurelie terpampang jelas didepan mata Bintang hingga darah Bintangpun langsung panas menggegelegak. Aurelie segera menarik Bintang lagi dalam pelukannya untuk melanjutkan berciuman sambil Aurelie juga membalas membantu melepas pakaian yang melekat ditubuh Bintang. Kali ini jelas lebih asyik, bergelut lidah bertempelan hangat
Pagi itu Bintang tengah menikmati makan paginya bersama Aurelie. Sepanjang jamuan makan, Aurelie terlihat terus tersenyum sumringah. Entah apa artinya, hanya Aurelie yang tahu. Setelah makan keduanya selesai.“Kakang dengar, Aurelie juga ikut dalam sayembara senopati agul Setyo Kencana ya ?” tanya Bintang.“Benar kang... Tapi kalah”“Kalah di semi final itu tidak memalukan Aurelie, Aurelie sudah cukup hebat” ucap Bintang lagi.“Kalau saja lawannya tidak curang, pasti Aurelie yang menang waktu itu ?!!”“Curang! curang bagaimana maksudnya ?” tanya Bintang penasaran.“Lawan Aurelie selalu mengandalkan serangan bawah. Kakangkan tahu, jurus tai chi yang kakang ajarkan sangat lemah bila menghadapi serangan bawah” ucap Aurelie lagi bersungut. Bintang kini mengerti maksud Aurelie.“Bukankah Aurelie masih punya jurus harimau singgalang ?” tany
Dengan mengendarai 2 ekor kuda, Bintang dan Aurelie meninggalkan Setyo Kencana. Keduanya terus memacu kuda mereka hingga setelah sekian lama, akhirnya Bintang membawa Aurelie kesebuah tebing curam dimana dari ujung tebing tersebut terlihat sebuah pemandangan laut yang sangat luas. Sejauh mana memandang, hanya lautan yang ada didepan mereka. Tapi saat Aurelie menolehkan pandangannya kearah Bintang yang masih ada diatas punggung kudanya, Aurelie heran melihat Bintang yang menatap kearah lautan luas yang ada dihadapan mereka. Ingin bertanya, tapi Aurelie menahannya, saat melihat kedua mata Bintang menyipit, hal ini membuat Aurelie ikut-ikutan mengikuti pandangan Bintang kearah lautan yang luas.Aurelie ikut menyipitkan pandangannya memandang kearah lautan luas yang ada dihadapannya, dicobanya menatap lebih jelas keujung pandangan dan tiba-tiba saja wajah Aurelie tampak berubah. Dari kejauhan, terlihat 5 buah kapal layar besar terlihat tengah menuju kearah mereka dengan berlayar