Share

Buronan Pulau Ular - 6

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sekali lagi saya minta maaf, saya tidak bisa memenuhi keinginan raden” ucap Wika lagi dengan lembut.

“Kenapa ?”

“Raden terlambat, kang Bintang sudah melamar Wika untuk menjadi istrinya. Dan Wika menerimanya” ucap Wika tersenyum seraya memeluk lengan Bintang dengan mesra.

Kemesraan yang diperlihatkan oleh Wika, membuat Raden Gumiwang menjadi panas.

“Memangnya apa kelebihan dia dibanding aku nona Wika. Aku lebih kaya, aku lebih terpandang dan aku juga lebih gagah darinya” ucap Raden Gumiwang dengan marah.

“Itu semua benar sayang” bisik Bintang ditelinga Wika sehingga membuat Wika tersenyum mendengarnya, lalu dicubitnya lembut pinggang Bintang hingga membuat Bintang tertawa.

Sikap mesra dan acuh Wika dan Bintang membuat hati Raden Gumiwang semakin panas melihatnya. Tindakan Wika dan Bintang seolah-olah didunia ini milik mereka berdua saja. Tidak perduli siapa yang ada diantara mereka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 2   Buronan Pulau Ular - 7

    Tubuh Raden Gumiwang terlihat langsung gemetaran saat melihat sosok bercaping Bintang kini tengah menatapnya tajam.“Raden. Anggap hal ini tidak pernah terjadi. Kalau raden ingin memperpanjang urusan ini. Aku akan datang mencari raden. Percayalah, raden akan menyesal kalau aku sampai mendatangi raden” ucap Bintang dari balik caping yang dikenakannya.Raden Gumiwang sendiri yang memang pada dasarnya tidak memiliki dasar kanuragan terlihat sangat ketakutan mendengar hal itu, begitu takutnya, sampai-sampai Raden Gumiwang terlihat basah celananya karena terkencing dicelananya, selanjutnya sosok Raden Gumiwang tampak langsung jatuh terduduk lemas.Sementara Bintang sendiri tampak tidak memperdulikan hal itu, lalu berbalik dan berjalan kembali kearah Wika yang masih berdiri dengan memegangi tali kekang kudanya.“Kakang benar-benar hebat sekali” ucap Wika tersenyum kepada Bintang yang sudah berdiri dihadapannya. “Pantas saja kakang

  • Ksatria Pengembara Season 2   Buronan Pulau Ular - 8

    Settt !! Settt !! Settt !! Settt !! Settt !!Tiba-tiba saja lelaki itu melepaskan senjata rahasianya kearah Wika, kilatan benda-benda hitam melesat cepat kearah Wika yang tak menyadari serangan gelap tersebut, sipelempar senjata rahasia tampak tersenyum melihat sebentar lagi lawannya akan terkena serangan rahasianya, tapi ;Seerrrr !!!!Trangg !! Trangg !! Trangg !!Satu sosok bayangan melesat disebelah Wika, selanjutnya dengan gerakan yang sangat cepat sekali, sosok yang baru saja muncul itu menangkis serangan senjata rahasia itu dengan senjata ditangannya, sipelempar senjata rahasia tampak berubah wajahnya melihat serangan rahasianya berhasil dimentahkan.Di dekat Wika sudah berdiri sosok Bintang yang telah menolong Wika dari serangan gelap, Wika sempat terkejut tapi saat melihat Bintang yang telah menolongnya, bibir indahnya tersenyum. Ditanah terlihat beberapa paku hitam terlihat, rupanya senjata rahasia yang tadi dilepaskan adalah paku-paku hi

  • Ksatria Pengembara Season 2   Buronan Pulau Ular - 9

    PULAU ULAR, adalah sebuah pulau yang menjadi tempat tinggalnya semua jenis ular yang ada diatas muka bumi ini, hal ini dikatakan oleh orang-orang karena melihat begitu banyaknya jumlah ular yang menghuni Pulau Ular, jumlahnya ribuan bahkan mungkin jutaan tak terhitung, itulah kenapa para penduduk sekitar mengatakan Pulau Ular merupakan tempat kediaman semua jenis ular yang ada diatas muka bumi ini.Beberapa kilometer dari Pulau Ular, tampak sebuah kapal besar tengah berlayar kearah Pulau Ular, di anjungan kapal, tampak berdiri sosok seorang kakek berpakaian layaknya seorang pertapa, hanya saja kakek pakaian yang dikenakan oleh kakek ini tidak berwarna putih, melainkan berwarna hitam. Wajahnyapun tampak sangat tidak bersahabat seperti seorang pertapa pada umumnya, tapi yang paling mengejutkan dari sosok kakek pertapa hitam ini adalah kondisi mulutnya, terlihat mulut sikakek pertapa hitam ini merapat, seperti dijahit karena tidak tampak belahan bibirnya, alias mulut kakek perta

  • Ksatria Pengembara Season 2   Buronan Pulau Ular - 10

    Pertapa Hinip sendiri tampak berjongkok, matanya terpejam dan telapak tangan kanannya menyentuh tanah.Tuk !Terdengar Pertapa Hinip mengetukkan jari tengahnya yang tertekuk ketanah.Tuk !Kembali Pertapa Hinip melakukannya. Sesaat kemudian Pertapa Hinip membuka kembali kedua matanya. Lalu bangkit berdiri.“Sepertinya Nenek Ular masih berada di pertapaannya” ucap Pertapa Hinip lagi. “Ayo kita kesana” ucap Pertapa Hinip lagi melangkah terlebih dulu menuju kearah belakang pondok. Bondo dan Woso segera mengikutinya dari belakang.Langkah ketiganya sampai juga disebuah goa yang sangat besar sekali lubangnya masuknya. Didepan goa besar tersebut, Pertapa Hinip dan kedua muridnya berhenti. Didepan pintu goa, dua ular anaconda berukuran raksasa tampak tengah berbaring malas-malasan.Yang satu berwarna belang dan yang satu berwarna hitam, ukuran keduanya cukup besar untuk menelan sapi / kerbau hidup-hidup.Sssstt

  • Ksatria Pengembara Season 2   Buronan Pulau Ular - 11

    “Apa kesalahan muridku sehingga gusti pangeran ingin menangkapnya ?” tanya Nenek Ular lagi“Dia telah membunuh Adipati Wetan dan Adipati Kemangi juga lurah bayan” ucap Pertapa Hinip lagi, wajah Nenek Ular tampak berubah terkejut, tapi kemudian tersenyum.“Ternyata Wika berhasil membalaskan dendamnya” batin Nenek Ular lagi.“Muridku belum kembali. Sebaiknya kau kembali lagi kemari purnama mendatang” ucap Nenek Ular dengan tenangnya. Kali ini wajah Pertapa Hinip yang berubah.“Aku tak bisa kembali dengan tangan kosong. Nyawamu saja sebagai ganti nyawa muridmu” ucap Pertapa Hinip lagi. Nenek Ular terlihat tersenyum sinis, tapi sesaat kemudian wajah Nenek Ular beruba.“Ana, cepat kau pergi keluar bantu belang dan hitam, sepertinya mereka sedang kesulitan menghadapi lawannya” ucap Nenek Ular tiba-tiba.Sssttttt !!!Anaconda raksasa yang dipanggil ana itu langsung mende

  • Ksatria Pengembara Season 2   Buronan Pulau Ular - 12

    Kalau saja Nenek Ular bisa mendengar, dari gesekan kedua tangan Pertapa Hinip terdengar suara gemerisik-gemerisik aliran petir, ditempatnya walaupun Nenek Ular tidak bisa mendengar, tapi Nenek Ular yakin Pertapa Hinip tengah mengerahkan ajian dahsyatnya, hal ini dapat terlihat dari kedua tangan Pertapa Hinip yang saling bergesek mengeluarkan asap.Tak ingin kalah, Nenek Ular segera mengerahkan tenaganya. Hawa panas menjalar cepat. Pusaran angin tercipta dari sekeliling tubuh Nenek Ular, pusaran tersebut tercipta sebagai bentuk pengembangan Ajian Bayu Bajra yang dipadu dengan Serat Jiwa. Ajian Bayu Bajra sanggup melipatgandakan kekuatan Ajian Serat Jiwa. Bagai badai yang berputar memusat, menciptakan gemuruh dan meruntuhkan dan merengkahkan tanah di sekitar Nenek Ular berdiri. Kedua tangan Nenek Ular tampak mulai dialiri Cahaya hijau keemasan itu perlahan mengalir kearah kedua tangan dan menjalar hingga sampai pergelangan tangan.“Ajian Serat Jiwa!” ucap Per

  • Ksatria Pengembara Season 2   Buronan Pulau Ular - 13

    “Jurus keheningan dalam kesunyianku ini akan membunuhmu Nenek Ular” terdengar sebuah suara yang diyakini Nenek Ular adalah suara Pertapa Hinip.“Kegelapan ini adalah kegelapan hampa tanpa udara yang akan membunuh siapa saja yang masuk kedalamnya” ucap suara Pertapa Hinip lagi.Wajah Nenek Ular berubah mendengar hal itu, dengan cepat Nenek Ular menutup penciumannya. Tapi seperti yang dikatakan oleh Pertapa Hinip, mau sampai kapan Nenek Ular bisa bertahan di ruangan yang tanpa udara. Dan benar saja, semakin lama semakin Nenek Ular merasakan sesak didadanya karena tak ada udara yang masuk kedalam paru-parunya. Hal ini membuat wajah Nenek Ular mulai berubah pucat.Bleeeppp !!!Tiba-tiba saja sosok Nenek Ular menghilang. Seiring dengan menghilangnya sosok Nenek Ular.Blleeeppp !!!Kegelapanpun menghilang, kembali menjadi tempat ruangan goa yang luas. Sosok Pertapa Hinip terlihat dengan wajah bingung dan heran menatap sosok

  • Ksatria Pengembara Season 2   100. Dendam Kesumat – 1

    GOA ULAR tampak masih berantakan, reruntuhan batu masih terlihat disana sini, tapi keindahan goa itu masih terlihat begitu indah dipandangan mata. Bintang dan Wika sudah berada dihadapan Nenek Ular, dan Bintang mengagumi keindahan goa ular, saat Bintang menatap kearah danau kecil berair jernih yang ada dihadapannya, Bintang terkejut saat melihat dua ekor anaconda besar yang ada didalamnya. Satu berwarna belang dan satu lagi berwarna hitam. Sementara itu sosok Nenek Ular yang mengenakan pakaian merah masih terlihat duduk diatas batu besar yang berada didepan air terjun. “Kemarilah Wika” ucap Nenek Ular kepada Wika yang ada dibawahnya. Wikapun segera melangkah naik. “Akhirnya kau kembali juga Wika” ucap Nenek Ular dengan tersenyum tipis. “Apa yang terjadi nek ? kenapa Belang dan Hitam terluka ?” ucap Wika saat melihat kearah danau dimana terlihat anaconda Belang dan Hitam tengah berada didalamnya. Wika tau kalau danau yang oleh Nenek Ular disebut

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 17

    Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 16

    Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 15

    “Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 14

    Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 13

    Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 12

    “Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 11

    Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 10

    Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 9

    Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig

DMCA.com Protection Status