“Jurus keheningan dalam kesunyianku ini akan membunuhmu Nenek Ular” terdengar sebuah suara yang diyakini Nenek Ular adalah suara Pertapa Hinip.
“Kegelapan ini adalah kegelapan hampa tanpa udara yang akan membunuh siapa saja yang masuk kedalamnya” ucap suara Pertapa Hinip lagi.
Wajah Nenek Ular berubah mendengar hal itu, dengan cepat Nenek Ular menutup penciumannya. Tapi seperti yang dikatakan oleh Pertapa Hinip, mau sampai kapan Nenek Ular bisa bertahan di ruangan yang tanpa udara. Dan benar saja, semakin lama semakin Nenek Ular merasakan sesak didadanya karena tak ada udara yang masuk kedalam paru-parunya. Hal ini membuat wajah Nenek Ular mulai berubah pucat.
Bleeeppp !!!
Tiba-tiba saja sosok Nenek Ular menghilang. Seiring dengan menghilangnya sosok Nenek Ular.
Blleeeppp !!!
Kegelapanpun menghilang, kembali menjadi tempat ruangan goa yang luas. Sosok Pertapa Hinip terlihat dengan wajah bingung dan heran menatap sosok
GOA ULAR tampak masih berantakan, reruntuhan batu masih terlihat disana sini, tapi keindahan goa itu masih terlihat begitu indah dipandangan mata. Bintang dan Wika sudah berada dihadapan Nenek Ular, dan Bintang mengagumi keindahan goa ular, saat Bintang menatap kearah danau kecil berair jernih yang ada dihadapannya, Bintang terkejut saat melihat dua ekor anaconda besar yang ada didalamnya. Satu berwarna belang dan satu lagi berwarna hitam. Sementara itu sosok Nenek Ular yang mengenakan pakaian merah masih terlihat duduk diatas batu besar yang berada didepan air terjun. “Kemarilah Wika” ucap Nenek Ular kepada Wika yang ada dibawahnya. Wikapun segera melangkah naik. “Akhirnya kau kembali juga Wika” ucap Nenek Ular dengan tersenyum tipis. “Apa yang terjadi nek ? kenapa Belang dan Hitam terluka ?” ucap Wika saat melihat kearah danau dimana terlihat anaconda Belang dan Hitam tengah berada didalamnya. Wika tau kalau danau yang oleh Nenek Ular disebut
“Ilmu kanuragannya sebenarnya biasa-biasa saja. Tapi dia memiliki sebuah ajian yang aneh, juga sangat mematikan” ucap Nenek Ular lagi hingga membuat Bintang tertarik mendengarnya. Tapi Bintang tetap diam untuk mendengarkan kelanjutannya.“Ajian Keheningan dalam kesunyian” ucap Nenek Ular lagi hingga membuat paras Bintang berubah.“Keheningan dalam kesunyian” ulang Bintang lagi merasa aneh dengan nama ajian itu.“Ajian itu bisa membawa kita terperangkap dalam sebuah ruang yang hampa udara. Kalau saja saat itu Ana tidak cepat menyelamatkanku. Aku pasti sudah tewas karena kehabisan udara” jelas Nenek Ular lagi dan ini semakin membuat Bintang heran mendengarnya.“Adakah ajian hebat seperti itu” batin Bintang lagi. Sebuah ajian yang bisa membawa lawan ke sebuah ruang hampa udara.“Apakah Belang dan Hitam terluka karena Pertapa Hinip yang melukainya ?” tanya Bintang
“Kan Wika udah bilang nek. Calon suami Wika itu adalah pendekar nomor 1 dijagat dunia persilatan” ucap Wika lagi.“Diatas langit masih ada langit Wika”“Tapi beneran nek. Kesaktian kakang Bintang berada diatas langit tertinggi” ucap Wika lagi tersenyum.“Apa calon suamimu itu bisa menghidupkan Ana ?” tanya Nenek Ular lagi hingga membuat wajah Wika berubah murung saat teringat ibu angkatnya itu.“Aku mungkin tak bisa menghidupkan yang telah mati, tapi mungkin ada cara lain yang bisa dilakukan” tiba-tiba saja sebuah suara yang mengaung ditempat itu. Hingga membuat Nenek Ular terkejut dan juga bingung. Hanya Wika yang tersenyum tipis, karena Wika tau suara itu berasal dari Bintang. Saat Nenek Ular menatap kearah Bintang, lalu menatap kembali ke arah Wika, tampak wajah Wika mengangguk, sebagai tanda membenarkan dugaan Nenek Ular.“Ilmu Pemecah Suara anak muda ini sangat sempurna sekali d
Bintang memang telah menggunakan salah satu kesaktiannya, Ajian Rohwicara, sebuah ajian yang membuat Bintang mampu berbicara dengan jasad orang mati. Ajian hebat ini adalah pemberian Mbah Suro dan ini pertama kalinya Bintang menggunakan pada mahluk yang bukan manusia. Ternyata berhasil.“Wika...” terdengar suara Ular Ana menyapa, kali ini suara Ular Ana terdengar jelas oleh Bintang dan Nenek Ular. Wajah Wika berubah mendengar hal itu.“Anakku, Wika...” kembali terdengar suara Ular Ana menyapanya.“Ibu....” terdengar suara bergetar Wika.“Akhirnya ibu masih bisa melihatmu anakku” terdengar Ular Ana bersuara.“Ibu bahagia sekali” sambung Ular Ana lagi.Wika dan Nenek Ular sendiri tak mampu menahan rasa haru mereka, air mata terlihat mengalir dimata mereka, air mata kesedihan dan kegembiraan bercampur menjadi satu.Wika tiba-tiba saja ingin berlari kedepan untuk memeluk
“Belang! Hitam!!” terdengar Ular Ana menatap kearah kedua ular besar yang ada didekat Wika dan Nenek Ular.SSssttttttt !! SSssttttttt !!Belang dan Hitam terlihat langsung bereaksi dengan mengangkat kepala mereka.“Mulai sekarang ! kalian jaga adik kalian. Kapanpun dia membutuhkan kalian. Kalian harus datang membantunya” ucap Ular Ana lagi.SSssttttttt !! SSssttttttt !!Kembali Belang dan Hitam mendesis seakan menjawab apa yang dikatakan oleh Ular Ana.Ular Ana sendiri kini menatap kearah Bintang.“Tuan. Sekali lagi terima kasih karena tuan telah memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan anak hamba” ucap Ular Ana. Bintang tersenyum dan mengangguk.“Nenek Ular ! Titip Wika...” ucap Ular Ana. Nenek Ular tampak mengangguk mantap.“Anakku... selamat tinggal. Sekali lagi ibu ucapkan selamat untuk pernikahanmu” ucap Ular Ana lagi.“Ibu...!”
ISTANA BLAMBANG SEWU kedatangan Pertapa Hinip beserta kedua muridnya, Bondo dan Woso. Pangeran Blambang Sewu, Jonggrang dan para pejabat Istana Blambang Sewu tengah menunggu ketiganya di aula utama Istana Blambang Sewu.Pertapa Hinip beserta kedua muridnya segera menjura hormat dihadapan Pangeran Blambang Sewu.“Bangunlah pertapa” ucap Pangeran Blambang Sewu mempersilahkan Pertapa Hinip beserta kedua muridnya untuk duduk.“Bagaimana dengan tugas yang kuberikan pada kalian ?” sambung tanya Pangeran Blambang Sewu lagi.Pertapa Hinip tidak menjawab, tapi mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya. Sebuah kitab tua dan usang terlihat ditangan Pertapa Hinip. Di singgasananya, wajah Pangeran Blambang Sewu tampak berubah melihat kitab tua yang ada ditangan Pertapa Hinip.Tanpa banyak bicara, karena memang mulut Pertapa Hinip yang terkunci, Pertapa Hinip lalu menyerahkan kitab tua ditangannya kepada Pangeran Blambang Sewu.
Sementara itu di Pulau Ular. Wika benar-benar menikmati masa bulan madunya bersama Bintang. Tiada hari dan waktu keduanya laluinya dengan merajut birahi bersama. Wika benar-benar ketagihan meregup kenikmatan dengan keperkasaan dan kepandaian Bintang memanjakannya. Sementara Bintangpun juga ikut ketagihan menikmati kecantikan dan keindahan tubuh yang dimiliki Wika. Sungguh perpaduan yang sempurna, saling membutuhkan dan saling pengertian satu sama lain. Siang itu, Pulau Ular dan pulau-pulau disekitarnya tengah diguyur hujan lebat, tapi hal itu justru semakin menambah keindahan pergulatan birahi Bintang dan Wika didalam gubuk tua milik Nenek Ular. Nenek Ular sendiri selama Bintang dan Wika berada di Pulau Ular lebih banyak berada di Pulau Ular, memberikan kesempatan Bintang dan Wika untuk menikmati bulan madu mereka tanpa gangguan. Lebatnya hujan yang mengguyur semakin membuat rintihan dan jeritan-jeritan kenikmatan yang keluar dari dalam gubuk Nenek Ular semakin tak terdengar keluar.
Kotaraja Blambang Sewu terlihat begitu ramai penduduknya, hal ini tentunya dikarenakan kerajaan Blambang Sewu merupakan salah satu tempat persinggahan juga menjadi pusat perekonomian. Diantara ribuan orang yang sibuk dengan segala aktivitasnya, terlihat sepasang muda mudi bercaping yang ada didalam keramaian tersebut. Sepasang muda mudi ini tampak berhenti sejenak diantara keramaian, keduanya mengangkat caping bambu yang mereka kenakan, terlihat seraut wajah tampan dan cantik keduanya.“Apa yang harus kita lakukan sekarang kang ?” terdengar suara lembut dari gadis cantik bercaping kearah lelaki muda bercaping disebelahnya.“Kita amati dan selidiki dulu keadaan disini Wika” ucap lelaki muda bercaping yang memang tak lain adalah Bintang. Keduanya sudah tiba di wilayah kotaraja Blambang Sewu.“Dimana kita harus memulainya kang ?”“Di tempat makan. Ayo kita cari makan dulu” ucap Bintang lagi hingga membuat Wika
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig