"Siapa yang barusan bicara?! Mengapa tidak unjukkan diri?!" Orang bernama Pajohor membentak. Dia lalu saling membagi pandang dengan tiga temannya.
Kembali menggema suara tawa mengekeh. Lalu dari kegelapan muncul sesuatu, mengapung di udara, bergerak ke arah ke empat orang itu. Begitu melihat siapa yang muncul terkejutlah orang-orang dari Istana Surga Dunia ini.
"Jin Terjungkir Langit!" Dua di antara mereka berseru. Yang dua lagi segera bersiap sedia, menggerakkan tangan ke pinggang masing-masing dimana terselip sebilah parang. Walau dalam kegelapan namun masih bisa terlihat bagaimana wajah ke empat orang ini jadi berubah begitu mengenali siapa adanya orang yang muncul.
"Suamiku tidak datang sendiri! aku menemaninya!" Tiba-tiba satu suara lain terdengar. Suara perempuan, disusul tawa cekikikan dan ditutup suara butt prett! Satu bayangan kuning berkelebat. Di samping Jin Terjungkir Langit kini tegak berdiri si nenek tukang kentut Jin Selaksa Angin.
"J
Betina Bercula melangkah mendekati Bayu dan sementara sambil senyum-senyum dan gosok-gosok telapak tangannya."Aku sudah menggeledah! Tapi Sendok Pematung Nasib itu tak ada pada mereka!" Betina Bercula memberi tahu."Lalu apa saja yang kau temukan?" tanya Bayu."Apa saja yang kau lakukan?" menyambung Arya."Yang kutemukan hanya dua pisang batu buruk rupa! Yang kulakukan cuma meremas. Masih untung tak kukupas kulitnya! Hik... hik... hik!" Betina Bercula tertawa cekikikan. Ketiga orang-orang itu lalu menemui Pasedayu dan Ruhpingitan. Mereka semua merasa heran. Keempat orang dari Istana Surga Dunia itu, dari pembicaraan mereka yang sempat didengar, sudah dapat dipastikan sebagai orang-orang Jin Muka Seribu yang disebar untuk mencari Sendok Pemasung Nasib. Tapi anehnya sendok emas sakti itu tidak ditemukan. Kalau masih berada di dalam perut Jin Lintah Hitam, lalu dimana mayat mahluk itu mereka sembunyikan?"Seharusnya kau menanyai dulu pada
Tak lama kemudian muncullah seseorang memanggul sosok yang mengenakan pakaian hitam lekat licin seolah menempel ke tubuhnya. Masih dengan memanggul sosok hitam licin itu, orang yang datang menjura memberi hormat pada Jin Muka Seribu yang saat itu tegak tak bergerak. Hanya sepasang matanya membeliak besar dan empat wajahnya yang tadi berupa wajah lelaki gagah separuh baya, kini membayangkan berubah menjadi empat wajah tua seorang kakek pucat pasi, pertanda Sang Junjungan berada dalam kaget besar."Pasedana!" seru Jin Muka Seribu menyebut nama lelaki yang memanggul sosok licin hitam. "Kau adalah salah seorang anggota rombongan yang kuperintahkan mencari Jin Berpipa Emas dan menyelidik Sendok Pemasung Nasib. Yang kau panggul itu adalah Jin Lintah Hitam. Mana Pajohor, pimpinan rombongan. Mana Patuding dan dua kawanmu lainnya?! Apa yang terjadi dengan Jin Lintah Hitam?!""Junjungan, izinkan saya meletakkan tubuh yang saya panggul ini di lantai ruangan," berucap Pasedana. "S
Jin Muka Seribu berpaling pada Pasedana. "Kita perlu menghadirkan putera Jin Lintah Hitam di tempat ini! Dia perlu mengetahui bahwa ayahnya telah berbuat satu jasa besar Harap kau segera memanggil orang itu!"Pasedana menjura lalu tinggalkan ruangan segi enam dengan cepat Tak selang berapa lama dia kembali bersama seorang pemuda bertubuh tegap tinggi, berwajah gagah tapi berkulit sangat hitam, berkilat dan licin, menyerupai Jin Lintah Hitam. Pemuda ini bernama Pakembangan dan adalah putera tunggal Jin Lintah Hitam.Sampai di hadapan Jin Muka Seribu Pakembangan segera hendak menjura. Namun pandangannya membentur sosok yang tergeletak di lantai ruangan. Pemuda ini tersurut ngeri. Tapi begitu menyadari bahwa orang itu adalah ayahnya, Pakembangan langsung menggerung dan jatuhkan diri."Apa yang terjadi dengan ayahku! Hai! Siapa berbuat sekejam ini?!" Berurai air mata tapi tubuh menggeletar dan dua tangan terkepal Pakembangan bangkit berdiri. Dia memandang tak berked
Ruhkinki memperhatikan bagaimana Jin Muka Seribu melangkah ke arah dinding ruangan sebelah kanan. Dinding itu merupakan petak-petak segi empat berjumlah tujuh menyamping tujuh ke bawah. Berarti ada empat puluh sembilan petak. Masing-masing petak diberi angka mulai dari angka 1 sampai 49.Jin Muka Seribu tekankan telapak tangan kirinya ke petak berangka 21. Secara aneh batu rata petak tersebut bergerak naik ke atas. Lalu terlihat sebuah ruangan empat persegi. Jin Muka Seribu masukkan Sendok Pemasung Nasib ke dalam ruangan itu. Batu petak yang tadi naik ke atas bergerak turun kembali.Di depan pintu ruangan Ruhkinki melihat jelas semua apa yang dilakukan Jin Muka Seribu. Dia mengingat-ingat nomor petak dimana tadi Jin Muka Seribu memasukkan sendok emas sakti, lalu cepat-cepat menarik ujung kipas dari celah pintu. Tanpa suara pintu batu itu bergerak perlahan lalu menutup rapat.Di dalam ruangan Jin Muka Seribu menyeringai. Dalam hati dia berkata. "Aku suka be
Dari balik pohon Ksatria Pengembara melangkah keluar. "Ada apa?" tanya Bintang pada Ruhtinti, lalu memandang ke arah Ruhkinki."Tak ada apa-apa. Sudahlah, kau kembali saja ke balik pohon!" jawab Ruhtinti.Bintang jadi geleng-geleng kepala. "Aneh kau ini. Tadi memberi isyarat agar aku datang. Sekarang bilang tidak apa-apa..." Bintang memandang lagi pada Ruhkinki lalu kedipkan mata kirinya. Sambil senyum-senyum dia kembali ke balik pohon besar."Kau sudah melihat wajahnya. Sekarang apa lagi?" berucap Ruhtinti."Hai, dia memang gagah. Lebih gagah dari yang aku bayangkan! Tapi agak genit!" jawab Ruhkinki. "Hati-hati, jangan kau sampai jatuh cinta padanya!" Sambil menutup mulut menahan tawa Ruhkinki tinggalkan tempat itu.* * *DI LORONG yang menuju pintu ruang penyimpanan barang-barang pusaka hanya ada dua obor yang menyala. Pertama dijalan masuk, Kedua di samping pintu ruangan, seperti biasanya dua belas pengawal tetap ada di sepa
"Apa?!" Jin Muka Seribu memandang ke arah jalan masuk lorong. Dilihatnya tiga orang pengawal tengah menolong mendudukan seorang temannya yang celaka. Jin Muka Seribu cepat mendatangi.Pengawal yang duduk bersandar ke dinding lorong itu bibirnya masih tetap membiru namun wajahnya yang tadi merah kini pucat pasi, begitu juga dua tangan dan kakinya, seolah darah dalam tubuhnya telah terkuras habis! Dua matanya terpejam.Dalam amarahnya yang meluap Jin Muka Seribu mana perdulikan keadaan orang. Dia berjongkok lalu jambak rambut si pengawal."Jahanam! Buka matamu! Katakan siapa yang datang ke tempat ini! Siapa yang mencelakai kalian!" Bentakan dahsyat Jin Muka Seribu membuat pengawal yang cidera menggerakkan sedikit dua matanya. Tapi dia cuma bisa membuka mata sebentar lalu tertutup kembali."Siapa?!" teriak Jin Muka Seribu kembali. Tangannya yang menjambak bergerak, hampir saja hendak membenturkan kepala pengawal itu ke dinding batu.Mata si pengawal m
"Jin Muka Seribu benar-benar mahluk jahat luar biasa. Ruhtinti bagaimanapun aku tetap mengkhawatir- kan keselamatan Ruhkinki. Kau mengatakan Jin Muka Seribu tidak akan membunuhnya karena dia punya pantangan membunuh perempuan. Tetapi jika Jin Muka Seribu sampai menyiksa dan membuatnya cacat seumur hidup, rasanya kesengsaraan itu lebih dahsyat dari kematian. Aku harus kembali untuk menolong gadis itu. ""Bintang! Jangan lakukan itu!" teriak Ruhtinti.Ksatria Pengembara gelengkan kepala. "Gadis itu telah melakukan sesuatu untuk menolong kita walau dia tahu bahaya besar menghadangnya. Kini dia justru telah ditimpa melapetaka. Kau lanjutkan perjalanan ke tempat Maithatarun menunggu. Sesuai petunjuk Ruhrinjani, istri Maithatarun yang merupakan mahluk roh dari alam gaib itu, pergunakan Sendok Pemasung Nasib itu untuk memutus jala api biru yang masih menjerat dirinya. Nanti aku akan bergabung lagi dengan kalian dan teman-teman. Setelah itu kita sama-sama mencari Jin Terjungki
"Ha... ha... ha! Kabar rupanya sangat cepat diterbangkan angin kemana-mana! Ruhtinti, sendok emas di pinggangmu itu dulu aku yang miliki. Kuberikan pada Maithatarun untuk diserahkan pada Jin Terjungkir Langit. Tapi jaman berubah dengan cepat. Orang- orang yang tadinya ada di sisi yang sama kini saling bertentangan. Adalah wajar kalau kini aku meminta kembali sendok emas itu! Serahkan secara baik-baik dan kau boleh pergi dengan aman!"Ruhtinti mendengus. "Apapun yang terjadi sendok ini tidak kuserahkan pada siapapun! Apalagi padamu!"Pawungu tertawa bergelak. "Katamu dulu aku orang baik. Sekarang berubah jahat! Sudah kepalang tanggung! Aku akan merampas sendok itu dari tanganmu. Setelah itu aku akan merampas kehormatanmu!""Mahluk keji kurang ajar!" teriak Ruhtinti marah sekali. Gadis ini langsung menggebrak dengan satu serangan ganas. Tapi bagaimanapun Pawungu adalah salah seorang tokoh utama di Negeri Jin yang bukan tandingan Ruhtinti. Setelah habis-habisan men