"Muridku Ruhcinta! Mengapa kau berbuat tolol!" Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau yang adalah guru Ruhcinta ikut berseru. Ratusan katak yang bertempelan di kepala dan sekujur tubuhnya keluarkan jeritan keras.
Satu-satunya orang yang punya kesempatan dan paling dekat dengan Ruhcinta saat itu adalah Si Jin Budiman. Namun keadaannya saat itu setengah lumpuh. Sosoknya jatuh berlutut di tanah akibat terkena hantaman telak yang dilepaskan Ruhcinta pada bagian dadanya. Pemandangannya berkunang-kunang dan darah kental meleleh keluar dari mulutnya!
Pada saat tidak seorangpun lagi mampu dan berkesempatan menolong Ruhcinta, tiba-tiba dari arah kanan melesat satu bayangan putih. Terlambat sekejapan mata saja orang ini tidak akan sanggup menyambar pinggang Ruhcinta. Si gadis berteriak keras dan berusaha meronta lepaskan diri. Namun pinggangnya sudah dicekal erat. Sesaat kemudian tubuhnya diturunkan ke tanah, disandarkan ke sebuah batu besar. Satu dada menghimpit dadanya yang
"Ruhniknik!" kata Ruhmasigi pula. "Otak cucumu benar-benar sudah tidak waras akibat tergila-gila pada pemuda asing ini. Dia masih mau membela pemuda yang mempermainkan cintanya. Yang berpura-pura cinta lalu meninggalkannya. Kawin dengan gadis aneh bernama Ruhrembulan yang entah dari mana asal usulnya! Hik... hik. hik! Hai Ruhcinta semoga para dewa membuatmu sadar dan mengampuni kesalahanmu!""Ruhcinta," berkata Ruhniknik alias Jin Penjunjung Roh. "Kau bercinta dengan pemuda itu. Tapi kemudian kau ditinggalkannya. Dia kawin dengan gadis lain! Apa kau tidak sadar kalau kau telah dipermainkan, dijadikan pemuas nafsu. "Paras Ruhcinta menjadi semarah saga. Bintang sendiri terperangah. Dia berteriak keras."Kalian dua nenek sinting! Siapa yang bercinta dengan gadis ini! Memangnya perbuatan keji apa yang telah aku lakukan terhadapnya? Dan aku tidak pernah kawin dengan siapapun! Juga tidak dengan gadis bernama Ruhrembulan itu! Kalian rupan
Dari dalam Istana Surga Dunia terus saja terdengar dengung suara genta. Semakin tinggi sang surya, semakin banyak orang yang naik ke puncak bukit dimana bangunan istana besar itu terletak.Ruang besar di lantai dua tempat diadakannya pertemuan itu berbentuk segi enam. Masing-masing dinding diberi cat berlainan. Yakni hitam, biru, hijau, merah, putih dan kuning. Di depan dinding warna hitam terdapat sebuah mimbar yang dikelilingi oleh lebih dari selusin kursi besar yang juga berwarna hitam. Pada dinding hitam tepat di belakang mimbar terpampang gambar besar seekor singa berkepala dua.Di atap ruangan yang berbentuk kubah segi enam tergantung empat hiasan berupa singa berkepala dua terbuat dari perunggu. Jin Muka Seribu memberi nama ruang pertemuan besar ini sebagai Ruang Seribu Kehormatan.Ruang segi enam itu dipenuhi dengan ratusan kursi- kursi yang memiliki warna sesuai dengan warna dinding di belakangnya. Di sebelah depan setiap baris- an kursi sudah terhidang
"Cincin Berbatu Hijau..." desis Dewi Awan Putih. "Jika aku harus kehilangan pemuda yang kucintai itu, jika benar Bintang telah menjadi suami gadis bernama Ruhrembulan itu, apa lagi artinya hidup ini bagiku? Lebih baik tidak satupun diantara kami yang mendapatkannya. Lebih baik Cincin Berbatu Hijau ini aku serahkan pada Bintang. Kalau saja dia bersedia membawaku keluar dari Negeri ini, masuk ke alam manusia, aku akan terlepas dari semua derita cinta ini. Ya! Aku harus menyerahkan batu ini pada Bintang. Aku akan mencari kesempatan sebaik-baiknya. Makin cepat makin baik. Tapi aku tidak akan menyerahkan batu ini di depan gadis itu. Dia pasti akan menghalangi, merampas bahkan mungkin menghancurkan batu ini. Lebih baik aku mendahului masuk ke dalam Istana Surga Dunia."Dewi Awan Putih dekati awan tunggangannya dan berbisik. "Zeus, tunggu aku di sini sampai aku kembali. Jika terjadi sesuatu di dalam Istana Surga Dunia kau lekas menyerbu menjemputku!"Dewi Awan Putih segera ke
Kakinya kiri kanan dikembangkan di atas batu. "Kerahkan seluruh tenaga dalammu. Bagi dua ke kaki kiri dan kaki kanan. " berucap Ruhrembulan sementara sepasang matanya yang bagus seolah mengendalikan jalan pikiran Ksatria Pengembara, membuat Bintang kembali melakukan apa yang dikatakan. Ksatria Pengembara ini kerahkan tenaga dalamnya yang berpusat di pusar lalu dia alirkan ke kaki kiri dan kaki kanan. Ruhrembulan merasakan batu besar tempat mereka berdiri bergetar hebat dan bagian batu yang berada di bawah injakan kaki sang pemuda kelihatan bergerak ke bawah membentuk cekungan. Dalam kagumnya melihat kehebatan tenaga dalam Bintang, Ruhrembulan keluarkan satu teriakan keras. Dua tangannya dihantamkan ke arah Kedua kaki Ksatria Pengembara. Dua larik sinar putih berkiblat. Secara aneh dua larik sinar putih itu bergulung-gulung seperti selendang, menggelung dua kaki Bintang, mulai dari lutut turun ke bawah dan menembus batu besar. Bintang merasa sekujur kakinya dingin luar biasa, ketika
Pada deretan kursi hitam itu duduk pula seorang kakek berkepala botak. Kulit tubuhnya sampai ke kepala kelihatan gelap hangus sedang bibirnya membiru pertanda ada racun mengindap dalam aliran darahnya. Kakek ini buntung tangan kanannya. Sikapnya tenang-tenang saja mengisap sebatang pipa terbuat dari emas. Tapi begitu sepasang matanya melihat tampang Bintang, tenggorokannya keluarkan suara menggembor. Kakek ini bukan lain adalah Jin Berpipa Emas yang pernah diperintahkan Jin Muka Seribu untuk merampas Sendok Pemasung Nasib dari tangan Jin Selaksa Angin. Tapi gagal, malah ketika Bintang menolong si nenek, Jin Berpipa Emas mengalami malapetaka besar yakni terpaksa kehilangan tangan kanannya, amblas buntung dimakan Pedang Pilar Bumi! Kini sebagian racun pedang itu masih mendekam di dalam dirinya. Kakek ini memang luar biasa, orang lain tubuhnya pasti sudah gosong bahkan menemui ajal didera racun pedang sakti itu.Satu mahluk angker masih terdapat dalam kelompok para tamu yang dud
"Aku memang sedang menduga-duga," balas berbisik Jin Selaksa Angin. "Aku ingat akan ucapan guruku Jin Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. Katanya akan terjadi satu Peristiwa besar di Negeri Jin ini. Selain itu aku harus mencari Tuhan atau Gusti Allah. Tapi yang jadi pokok pikiranku saat ini adalah Sendok Pemasung Nasib itu. Sebelumnya bukankah Ruhtinti diurus untuk mendapatkan benda itu melalui gadis bernama Ruhkinki di Istana Surga Dunia. Kita menunggunya sampai sore kemarin, dia tidak muncul. Kini aku tidak melihat dia di antara para tamu. Tapi aku curiga pada dua perempuan yang duduk berkerudung hitam di barisan kursi kuning di samping kiri kita. Salah satu dari mereka kurasa adalah Ruhtinti.""Kalau begitu biar aku melesat ke tempat perempuan itu," kata Jin Terjungkir Langit.Namun sebelum kakek ini bergerak tiba-tiba suara genta dalam Istana Surga Dunia berhenti. Bersamaan dengan itu mengumandang suara tiupan terompet keras dan panjang. Lalu seorang berjubah hitam yang duduk
DARI sebuah pintu di belakang mimbar pada dinding hitam, muncul dua orang berpakaian hitam menggotong sesosok tubuh lelaki yang hanya mengenakan sehelai celana pendek. Punggungnya hancur bersimbah darah. Di belakang dua penggotong melangkah dua orang berpakaian hitam membawa cambuk besar. Sosok yang digotong dilemparkan ke lantai. Orang ini tidak bergerak tidak bersuara.Di balik kerudung wajah Ruhkinki mendadak sontak berubah. Di sebelahnya Ruhtinti cepat memegang lengan gadis ini."Pakembangan... Itu Pakembangan.." bisik Ruhkinki. "Kuatkan hatimu Ruhkinki. Kita sudah menduga hal ini akan terjadi.""Tapi aku tak menduga akan sekejam ini. Aku harus menolong Pakembangan. Aku tak perduli sekalipun ikut mati bersamanya!""Jangan tolol!" sentak Ruhtinti sambil memegang lengan sahabatnya itu lebih erat.Di atas mimbar orang berjubah hitam berucap lantang. "Seorang manusia tolol bernama Pakembangan telah berlaku keji! Berbuat khianat pada Sang Junjungan
Sementara itu di balik dinding hitam, tepat pada salah satu mata gambar singa berkepala dua yang ternyata adalah sebuah lobang yang tak terlihat dari depan, Jin Muka Seribu turunkan kaca aneh yang ditempelkannya di mata gambar kepala singa. Sejak tadi kaca itu diarahkannya pada Dewi Awan Putih.Jin Muka Seribu menyeringai. "Jelas sudah! Apa yang dikatakan Pamanyala tidak dusta! Aku lihat sendiri melalui kaca yang punya daya tembus hebat ini! Cincin sakti itu memang ada pada Dewi Awan Putih. Disembunyikan di balik dada pakaiannya,. Hemmm... Rasanya aku tak perlu berlama-iama menjamu para tamu. Cincin sakti itu harus segera aku dapatkan. Setelah itu..." Jin Muka Seribu menyeringai.Tangan kirinya dipakai mengusap dagu wajahnya sebelah depan. Saat itu pintu ruangan rahasia di belakang dinding hitam diketuk orang dari luar. Jin Muka Seribu segera membukanya. Seorang pengawal tingkat dua berseragam biru menjura lalu melaporkan semua apa yang terjadi di Ruang Seribu Kehormat
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig