Tentu saja Dewi Awan Putih tidak mau menerangkan bentrokannya dengan dua nenek sakti itu. "Selamat tinggal Pamanyala! Mudah-mudahan kita bisa bertemu di Istana Surga Dunia pada hari lima belas bulan dua belas!"
"Dewi Awan Putih, tunggu dulu!" seru Pamanyala.
Dua kali melangkah makhluk ini sudah berada di depan sang Dewi. "Aku belum menjelaskan maksud pertemuan kita ini”
"Hemm.. Kalau begitu kau hadir karena sengaja mencari diriku”
"Tidak salah. Tapi jangan kau menaruh curiga. Aku datang membawa maksud baik”
"Katakanlah maksud baik yang bagaimana?"
Dari balik pakaiannya yang dikobari api Pamanyala keluarkan seuntai kalung terbuat dari butir-butir batu yang dikobari nyala api berwarna biru aneh. Dewi Awan Putih terkejut melihat benda itu.
"Kalung Api Buana Biru..." katanya menyebut nama benda itu. Setahu Dewi Awan Putih kalung itu adalah benda keramat milik para Dewa yang semasa jabatan Pamanyala sebagai Wakil Para Dew
"Ah! Hati dan pikiranmu rupanya mulai terbuka! Tapi harap maafkan diriku Hai Dewi Awan Putih. Menurut Dewa itu aku tidak boleh menerima apapun yang berbentuk kain atau pakaian darimu. Berarti kau harus menyerahkan benda lain pengganti kalung keramat ini!""Pamanyala! Silat lidahmu hanya menghabiskan waktuku saja! Jika Utusan Dewa tidak mau menerima pemberianku berupa selendang biru ini, maka harap dia suka menerima dua bola mataku!" Habis berkata begitu Dewi Awan Putih kedipkan dia matanya dan putar kepalanya.Begitu mata dikedipkan maka melesatlah dua larik cahaya biru. Begitu kepala diputar maka cahaya biru itu bergulung menghantam kobaran api di sekeliling dan di atas Dewi Awan Putih."Wuussss! Wussss!""Buummm! Bummm!"Cahaya biru menyabung menyambar kobaran api. Dua letusan dahsyat menggoncang tempat itu. Air sungai memercik sampai setengah tombak. Daun-daun pohon yang kering berkobar diterjang api. Dewi Awan Putih menggebrak tunggangannya, be
Melihat keadaan tubuh lelaki yang serba bugil walau tertutup api tipis, Dewi Awan Putih menjadi merah mukanya."Makhluk kurang ajar! Ilmu iblis apa yang kau perlihatkan padaku!" bentak sang Dewi. Justru disinilah kesalahan Dewi Awan Putih. Siapa saja yang menyaksikan sosok Jin Api Menari sekali-kali tidak boleh terpengaruh. Kalau sampai terpengaruh maka hawa aneh akan merasuk masuk ke dalam tubuhnya dan dalam alam diluar sadar orang itu akan ikut menari.Lebih celakanya dia akan membuka pakaiannya satu persatu agar dapat bersama bugil dengan sang Jin!Perlahan-lahan Dewi Awan Putih mulai menggerakkan kaki dan sepasang tangannya menirukan gerak tari Pamanyala. Sesaat kemudian ketika Pamanyala menari mengelilinginya Dewi Awan Putih gerakkan dua tangannya membuka ikatan pinggang pakaian sutera putihnya. Sebagian dada dan perutnya yang putih mulus tersingkap. Pada saat itu pula sebuah benda yang sejak tadi disimpannya di balik pinggang, meluncur jatuh ke tahan. Sepa
Dua kaki Jin Terjungkir Langit membuat gerakan bersilang. Kabut kebiruan menebar. Lalu bukkk!Kekuatan hawa dingin saling bentrokan dengan hawa panas lewat beradunya dua kaki."Cessss!"Jin Terjungkir Langit terbalik tunggang langgang.Pamanyala sendiri terpental jauh. Ketika dia bangkit berdiri tubuhnya tampak miring. Kaki kanannya yang tadi beradu dengan kaki lawan kini tidak di kobari api lagi dan kelihatan bengkok hitam kebiruan. Pamanyala tidak bisa mempercayai bagaimana musuh yang telah kehilangan seluruh ilmu kesaktiannya dan sengsara berpuluh tahun dalam kutukannya ternyata masih memiliki ilmu kesaktian yang bisa membuat dirinya cidera begitu rupa! Sudah dua kali sebelum ini dia dipecundangi! Sekali ini dia harus bisa melumat menghabisi musuh besarnya ini!Pamanyala membentak keras. Dua tangannya digerakkan. Dua larik kobaran api bergulung di seputar tubuh Jin Terjungkir Langit. Sekali lagi Pamanyala menggerakkan dua tangan. Seperti tadi wa
Pandangan Dewi Awan Putih kembali pada Bintang. Untuk sesaat lamanya dua orang ini saling menatap tanpa ada kata yang terucap. Kemudian Bintang bergerak. Dewi Awan Putih mengira sang pendekar hendak mendatanginya. Ternyata Bintang mendekati sosok nenek berjubah kuning. Dalam kecewa Dewi Awan Putih merasa lega. "Dia tidak mendatangiku. Dia tidak mengatakan apa-apa. Berarti dia tidak melihat. Dia tidak tahu kalau Cincin Berbatu Hijau ada padaku”* * *RUHPINGITAN alias Jin Selaksa Kentut terduduk memeluk dan menangisi sosok Jin Terjungkir Langit yang diletakkannya di atas pangkuannya. Beberapa bagian kulit tubuh kakek ini tampak terkelupas merah. Saat itu Bayu, Arya dan Betina Bercula yang mengikuti perjalanan Bintang telah sampai pula di tempat itu. Mereka tidak tahu mau berbuat apa. Lebih- lebih ketika melihat Dewi Awan Putih. Sejak Peristiwa Dewi Awan Putih menganiaya Maithatarun tempo hari, ketiga orang itu tidak lagi menaruh hormat pada san
"Kalau suka saja tak ada artinya. Yang aku ingin kan adalah kawin. Juga dia sendiri dulu yang jelas-jelas kudengar berkata mau kawin denganku!" si nenek merajuk.Mendengar ucapan si nenek itu Bayu dan Betina Bercula jadi tersenyum geli. Bintang tertawa lebar. Dia memandang pada si kakek lalu berkata. "Kek, apa ikan asap atau ikan pindang mengingatkan kau pada seseorang?"Wajah tua Jin Terjungkir Langit langsung berubah. Kakek ini usap janggutnya berulang kali dan basahi bibirnya dengan ujung lidah. "Kau membuat air liurku keluar. Itu makanan kesayanganku sejak muda. Tapi sudah puluhan tahun aku tak pernah mencicipinya”Nenek muka kuning memegang lengan Bintang dan berbisik. "Kau dengar sendiri. Dia hanya ingat pada ikannya. Bukan padaku. ""Kek, kalau kau memang suka ikan pindang atau ikan asap, apa kau masih ingat siapa yang paling pandai memasakkannya untukmu?""Tentu saja istriku! Tapi dia entah dimana sekarang. Puluhan tahun kami berpisah
"Pasti dia pergi ketika kita menuju danau tadi!" berkata Betina Bercula."Makhluk api Pamanyala juga tak ada lagi di tempat ini!" kata Arya."Walah! Jangan-jangan dua makhluk itu sudah mencari danau lain untuk bermesraan!" menimpali Betina Bercula lalu tertawa cekikikan.Tiba-tiba satu benda putih melesat rendah di atas rombongan orang-orang itu. Satu cahaya biru ber- kelebat. Bayu dan Betina Bercula berseru kaget. Si Arya langsung mancur ilernya. Benda biru itu ternyata menyambar ke arah Bintang. Sebelum Ksatria Pengembara ini sempat merunduk, ujung benda biru telah menerpa urat besar di leher kirinya. Langsung Bintang menjadi kaku, tak bisa bergerak tak bisa bersuara. Ternyata bukan itu saja yang terjadi. Di udara benda putih tadi bergerak berbalik. Bersamaan dengan itu benda biru ikut bergulung ke bawah, membuntal tubuh Bintang. Di udara terdengar suara menguik panjang. Di lain saat sosok Bintang terangkat ke atas dan lenyap dilangit tinggi."Awan puti
"Kini aku bisa menduga apa sebenarnya yang hendak kau lakukan. Kau melumpuhkan aku karena ingin membawaku ke Puri itu. Bukankah dikabarkan Bunda Dewi mengalami kehamilan karena melakukan hubungan denganku?"Dewi Awan Putih tidak menyahut."Aku tidak melakukan hal itu Dewi Awan Putih. Aku tidak pernah berhubungan dengan Bunda Dewi”"Ini menjadi satu tanda tanya besar bagiku. Mana mungkin seorang perempuan hamil tanpa melakukan hubungan dengan lawan jenisnya. Kau tidak mengaku melakukan hubungan dengan Bunda Dewi. Sebaliknya Bunda Dewi sendiri selalu menyebut namamu!""Aneh, aku berkata sejujurnya. Tapi terkadang kejujuran tidak ada artinya apa-apa dalam kancah fitnah. Hanya ada satu cara. Kau harus mengantarkan aku ke Puri itu. Mempertemukan aku dengan Bunda Dewi.""Tadinya itu maksudku melumpuhkanmu. Agar kau bisa kubawa ke Puri Kebahagiaan. Tapi malam tadi diriku dilanda kebimbangan. Aku memutuskan tidak akan membawamu ke Puri itu.""
BINTANG sampai di depan bangunan putih di puncak bukit. Pintu kayu kokoh yang tertutup terbuka sendirinya begitu dia sampai di depannya. Hawa aneh menebar bau wangi keluar dari dalam bangunan."Tamu yang sudah lama ditunggu silakan masuk!" Satu suara menggema di sebelah dalam. Karena merasa dirinya memang tidak bersalah, tanpa ragu Bintang ini melangkah masuk. Namun baru saja dia melewati pintu kayu tiba-tiba dua orang Dewi berpakaian merah muda menyambutnya. Bukan dengan keramahan tapi dengan todongan dua batang tombak. Tombak kedua siap menghunjam di dadanya, tepat di arah jantung.Dua orang Dewi lagi muncul di hadapan Bintang. Yang sebelah depan berkata. "Sebelum masuk kami harus menggeledehmu lebih dulu. Jika kau membawa senjata, harus diserahkan pada kami. Selain itu dua tanganmu harus kami amankan!"Begitu selesai berucap Dewi ini angkat tangan kanannya. Ternyata dia sudah menyiapkan segulung tali berwarna kuning. Tali ini kelihatannya buruk dan lapuk. Tap