Dua kaki Jin Terjungkir Langit membuat gerakan bersilang. Kabut kebiruan menebar. Lalu bukkk!
Kekuatan hawa dingin saling bentrokan dengan hawa panas lewat beradunya dua kaki.
"Cessss!"
Jin Terjungkir Langit terbalik tunggang langgang.
Pamanyala sendiri terpental jauh. Ketika dia bangkit berdiri tubuhnya tampak miring. Kaki kanannya yang tadi beradu dengan kaki lawan kini tidak di kobari api lagi dan kelihatan bengkok hitam kebiruan. Pamanyala tidak bisa mempercayai bagaimana musuh yang telah kehilangan seluruh ilmu kesaktiannya dan sengsara berpuluh tahun dalam kutukannya ternyata masih memiliki ilmu kesaktian yang bisa membuat dirinya cidera begitu rupa! Sudah dua kali sebelum ini dia dipecundangi! Sekali ini dia harus bisa melumat menghabisi musuh besarnya ini!
Pamanyala membentak keras. Dua tangannya digerakkan. Dua larik kobaran api bergulung di seputar tubuh Jin Terjungkir Langit. Sekali lagi Pamanyala menggerakkan dua tangan. Seperti tadi wa
Pandangan Dewi Awan Putih kembali pada Bintang. Untuk sesaat lamanya dua orang ini saling menatap tanpa ada kata yang terucap. Kemudian Bintang bergerak. Dewi Awan Putih mengira sang pendekar hendak mendatanginya. Ternyata Bintang mendekati sosok nenek berjubah kuning. Dalam kecewa Dewi Awan Putih merasa lega. "Dia tidak mendatangiku. Dia tidak mengatakan apa-apa. Berarti dia tidak melihat. Dia tidak tahu kalau Cincin Berbatu Hijau ada padaku”* * *RUHPINGITAN alias Jin Selaksa Kentut terduduk memeluk dan menangisi sosok Jin Terjungkir Langit yang diletakkannya di atas pangkuannya. Beberapa bagian kulit tubuh kakek ini tampak terkelupas merah. Saat itu Bayu, Arya dan Betina Bercula yang mengikuti perjalanan Bintang telah sampai pula di tempat itu. Mereka tidak tahu mau berbuat apa. Lebih- lebih ketika melihat Dewi Awan Putih. Sejak Peristiwa Dewi Awan Putih menganiaya Maithatarun tempo hari, ketiga orang itu tidak lagi menaruh hormat pada san
"Kalau suka saja tak ada artinya. Yang aku ingin kan adalah kawin. Juga dia sendiri dulu yang jelas-jelas kudengar berkata mau kawin denganku!" si nenek merajuk.Mendengar ucapan si nenek itu Bayu dan Betina Bercula jadi tersenyum geli. Bintang tertawa lebar. Dia memandang pada si kakek lalu berkata. "Kek, apa ikan asap atau ikan pindang mengingatkan kau pada seseorang?"Wajah tua Jin Terjungkir Langit langsung berubah. Kakek ini usap janggutnya berulang kali dan basahi bibirnya dengan ujung lidah. "Kau membuat air liurku keluar. Itu makanan kesayanganku sejak muda. Tapi sudah puluhan tahun aku tak pernah mencicipinya”Nenek muka kuning memegang lengan Bintang dan berbisik. "Kau dengar sendiri. Dia hanya ingat pada ikannya. Bukan padaku. ""Kek, kalau kau memang suka ikan pindang atau ikan asap, apa kau masih ingat siapa yang paling pandai memasakkannya untukmu?""Tentu saja istriku! Tapi dia entah dimana sekarang. Puluhan tahun kami berpisah
"Pasti dia pergi ketika kita menuju danau tadi!" berkata Betina Bercula."Makhluk api Pamanyala juga tak ada lagi di tempat ini!" kata Arya."Walah! Jangan-jangan dua makhluk itu sudah mencari danau lain untuk bermesraan!" menimpali Betina Bercula lalu tertawa cekikikan.Tiba-tiba satu benda putih melesat rendah di atas rombongan orang-orang itu. Satu cahaya biru ber- kelebat. Bayu dan Betina Bercula berseru kaget. Si Arya langsung mancur ilernya. Benda biru itu ternyata menyambar ke arah Bintang. Sebelum Ksatria Pengembara ini sempat merunduk, ujung benda biru telah menerpa urat besar di leher kirinya. Langsung Bintang menjadi kaku, tak bisa bergerak tak bisa bersuara. Ternyata bukan itu saja yang terjadi. Di udara benda putih tadi bergerak berbalik. Bersamaan dengan itu benda biru ikut bergulung ke bawah, membuntal tubuh Bintang. Di udara terdengar suara menguik panjang. Di lain saat sosok Bintang terangkat ke atas dan lenyap dilangit tinggi."Awan puti
"Kini aku bisa menduga apa sebenarnya yang hendak kau lakukan. Kau melumpuhkan aku karena ingin membawaku ke Puri itu. Bukankah dikabarkan Bunda Dewi mengalami kehamilan karena melakukan hubungan denganku?"Dewi Awan Putih tidak menyahut."Aku tidak melakukan hal itu Dewi Awan Putih. Aku tidak pernah berhubungan dengan Bunda Dewi”"Ini menjadi satu tanda tanya besar bagiku. Mana mungkin seorang perempuan hamil tanpa melakukan hubungan dengan lawan jenisnya. Kau tidak mengaku melakukan hubungan dengan Bunda Dewi. Sebaliknya Bunda Dewi sendiri selalu menyebut namamu!""Aneh, aku berkata sejujurnya. Tapi terkadang kejujuran tidak ada artinya apa-apa dalam kancah fitnah. Hanya ada satu cara. Kau harus mengantarkan aku ke Puri itu. Mempertemukan aku dengan Bunda Dewi.""Tadinya itu maksudku melumpuhkanmu. Agar kau bisa kubawa ke Puri Kebahagiaan. Tapi malam tadi diriku dilanda kebimbangan. Aku memutuskan tidak akan membawamu ke Puri itu.""
BINTANG sampai di depan bangunan putih di puncak bukit. Pintu kayu kokoh yang tertutup terbuka sendirinya begitu dia sampai di depannya. Hawa aneh menebar bau wangi keluar dari dalam bangunan."Tamu yang sudah lama ditunggu silakan masuk!" Satu suara menggema di sebelah dalam. Karena merasa dirinya memang tidak bersalah, tanpa ragu Bintang ini melangkah masuk. Namun baru saja dia melewati pintu kayu tiba-tiba dua orang Dewi berpakaian merah muda menyambutnya. Bukan dengan keramahan tapi dengan todongan dua batang tombak. Tombak kedua siap menghunjam di dadanya, tepat di arah jantung.Dua orang Dewi lagi muncul di hadapan Bintang. Yang sebelah depan berkata. "Sebelum masuk kami harus menggeledehmu lebih dulu. Jika kau membawa senjata, harus diserahkan pada kami. Selain itu dua tanganmu harus kami amankan!"Begitu selesai berucap Dewi ini angkat tangan kanannya. Ternyata dia sudah menyiapkan segulung tali berwarna kuning. Tali ini kelihatannya buruk dan lapuk. Tap
"Jin Obat, kau boleh tidak percaya. Tapi aku bersumpah tidak pernah berbuat yang tidak-tidak padanya”"Aku tahu kau memang tidak berbuat yang tidak- tidak. Berarti kau berbuat yang iya-iya!" Jin Obat Seribu tekap mulutnya agar tawanya tidak meledak."Bunda Dewi, pemuda bernama Bintang itu ada di sini. Dia akan bicara padamu," Dewi Awan Putih memberi tahu.Mendengar ucapan Dewi Awan Putih itu Bunda Dewi keluarkan suara terisak. Lalu seperti tadi dia kembali memanggil-manggil Bintang. Dua matanya tetap saja terpejam. Dewi Awan Putih memberi isyarat pada Bintang agar dia segera bicara dengan Bunda Dewi.Dengan kuduk masih dingin Bintang bergerak mendekati kasur ketiduran. "Bunda Dewi, aku Bintang. Aku datang untuk meluruskan yang tidak benar. Antara kita sebelumnya tidak pernah melakukan hubungan apapun. Mengapa kau berucap berkepanjangan bahwa kita pernah melakukan hubungan badan. Bahwa akulah yang menghamili dirimu”"Bintang,
Dewi Awan Putih melompat jauhkan diri. Beberapa Dewi pengawal terpekik. Sebelum lintah-lintah itu lari berkeliaran Jin Obat Seribu arahkan sinar yang keluar dari telapak tangannya."Cesss! Cesss! Cesss!"Satu persatu ketiga belas lintah hitam itu menggeliat hangus lalu berubah menjadi bubuk-bubuk hitam! Dewi Bunda sendiri saat itu tegak tertegun dengan muka pucat Matanya mendelik. Mulutnya masih ternganga walau tak ada lagi darah atau lintah yang menyembur keluar. Dalam keadaan seperti itu kembali Bunda Dewi keluarkan jeritan mengerikan. Lalu tubuhnya huyung. Sebelum roboh ke lantai ruangan. Bintang cepat merangkul pinggang Dewi ini lalu membaringkannya di atas kasur. Saat itu kelihatan jelas bagaimana perut sang Dewi telah kempis hampir sama rata dengan pinggul dan dadanya!"Dewi Awan Putih, kau dan semua yang ada disini!" Jin Obat Seribu membuka mulut. "Kalian semua menyaksikan sendiri! Yang keluar dari perut Dewi Buda bukan jabang bayi. Tapi tiga belas
"Aneh," pikir Jin Tangan Seribu sambil terus mengikuti. "Kalau dia lari, seharusnya dia kembali ke tempat kediamanku. Memberi tahu bahwa dia gagal. Tapi mengapa Pamanyala malah lari ke jurusan lain? Aku harus menguntit terus. Aku harus tahu menuju kemana mahluk satu ini! Sebenarnya aku sudah lama bercuriga. Jangan-jangan dia sengaja memperhambakan diri padaku untuk satu maksud jahat!"Ketika sang surya condong ke barat dan di depannya kelihatan gugusan batu-batu warna kelabu, Jin Tangan Seribu mulai menyadari kemana tujuan mahluk yang diikutinya. Dia kenal betul kawasan itu karena pernah mendatanginya sebelumnya."Di depan kawasan berbatu-batu sana ada sebuah bukit. Di bukit itu terletak Istana Surga Dunia, sarang Jin Muka Seribu. Agaknya kesanalah tujuan Pamanyala! Aneh, mengapa mahluk ini menuju Istana Surga Dunia? Apa hubungannya dengan Jin Muka Seribu? Ah! Bukan mustahil..."Di depan sana Pamanyala menyelinap di antara batu-batu besar warna kelabu. Tak lama