Dewi Awan Putih melompat jauhkan diri. Beberapa Dewi pengawal terpekik. Sebelum lintah-lintah itu lari berkeliaran Jin Obat Seribu arahkan sinar yang keluar dari telapak tangannya.
"Cesss! Cesss! Cesss!"
Satu persatu ketiga belas lintah hitam itu menggeliat hangus lalu berubah menjadi bubuk-bubuk hitam! Dewi Bunda sendiri saat itu tegak tertegun dengan muka pucat Matanya mendelik. Mulutnya masih ternganga walau tak ada lagi darah atau lintah yang menyembur keluar. Dalam keadaan seperti itu kembali Bunda Dewi keluarkan jeritan mengerikan. Lalu tubuhnya huyung. Sebelum roboh ke lantai ruangan. Bintang cepat merangkul pinggang Dewi ini lalu membaringkannya di atas kasur. Saat itu kelihatan jelas bagaimana perut sang Dewi telah kempis hampir sama rata dengan pinggul dan dadanya!
"Dewi Awan Putih, kau dan semua yang ada disini!" Jin Obat Seribu membuka mulut. "Kalian semua menyaksikan sendiri! Yang keluar dari perut Dewi Buda bukan jabang bayi. Tapi tiga belas
"Aneh," pikir Jin Tangan Seribu sambil terus mengikuti. "Kalau dia lari, seharusnya dia kembali ke tempat kediamanku. Memberi tahu bahwa dia gagal. Tapi mengapa Pamanyala malah lari ke jurusan lain? Aku harus menguntit terus. Aku harus tahu menuju kemana mahluk satu ini! Sebenarnya aku sudah lama bercuriga. Jangan-jangan dia sengaja memperhambakan diri padaku untuk satu maksud jahat!"Ketika sang surya condong ke barat dan di depannya kelihatan gugusan batu-batu warna kelabu, Jin Tangan Seribu mulai menyadari kemana tujuan mahluk yang diikutinya. Dia kenal betul kawasan itu karena pernah mendatanginya sebelumnya."Di depan kawasan berbatu-batu sana ada sebuah bukit. Di bukit itu terletak Istana Surga Dunia, sarang Jin Muka Seribu. Agaknya kesanalah tujuan Pamanyala! Aneh, mengapa mahluk ini menuju Istana Surga Dunia? Apa hubungannya dengan Jin Muka Seribu? Ah! Bukan mustahil..."Di depan sana Pamanyala menyelinap di antara batu-batu besar warna kelabu. Tak lama
KITA kembali pada Jin Terjungkir Langit alias Pasedayu dan Jin Selaksa Angin alias Ruhpingitan. Seperti dikisahkan dalam Episode sebelumnya ("Cincin Maharaja Jin") sepasang suami istri yang saling terpisah selama puluhan tahun itu akhirnya bertemu. Keduanya berpeluk bertangisan penuh gembira tapi juga penuh haru di dalam sebuah danau kecil."Peluk tubuhku erat-erat Ruhpingitan. Kalau tidak aku akan meluncur terbalik, kepala masuk ke dalam air, kaki mencuat di atas danau. Kau akan bingung memegangi tubuhku! Ha... ha... ha. ""Pasedayu suamiku, derita sengsaramu akan berakhir hari ini!" kata Ruhpingitan sambil memeluk erat Pasedayu dan membelai rambut putihnya yang basah kuyup. "Kau tahu, sendok sakti terbuat dari emas itu ada padaku.""Astaga! Apa katamu?!" Pasedayu terkejut seolah tak percaya akan pendengarannya."Sendok Pemasung Nasib ada padaku." Bisik Ruhpingitan."Keterangan pemuda asing bernama Bintang itu ternyata benar. Dia pernah mengatakan
DI DALAM danau, Bayu yang memang memiliki kepandaian luar biasa dalam hai berenang, bergerak cepat mengejar Jin Lintah Hitam yang merampas Sendok Pemasung Nasib. Bayu melihat jelas Jin Lintah Hitam memegang sendok emas sakti di tangan kanannya. Bayu sampai beberapa kali berusaha merampas kembali benda itu. Namun gerakan Jin Lintah Hitam selain gesit sekaligus licin. Padahal Bayu juga telah mengeluarkan ilmu melicinkan tubuh yang disebut Ilmu IKan Paus Putih. Tetap saja Bayu tidak mampu mengambil Sendok Pemasung Nasib itu.Setelah berenang meliuk-liuk aneh beberapa kali, Jin Lintah Hitam melesat ke arah kiri berusaha melarikan diri. Sebelum dia berhasil mencapai tepian danau sebelah tenggara, Bayu cepat mengejar dan sempat mencekal salah satu kakinya. Tak terduga mahluk yang sosoknya licin ini menarik kakinya sambil berbalik dan lancarkan tendangan dengan kakinya yang lain.Membuat gerakan menendang di dalam air bukan satu hal yang mudah. Bukan saja karena dua kaki tida
Bayu sendiri saat itu terduduk di tanah. Sambil mengusap-usap dadanya yang terasa sakit bekas tendangan Jin Lintah Hitam, Bayu memandang berkeliling. "Kalau saja Bintang ada di sini, mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Dimana Bintang berada sekarang? Jangan-jangan keselamatannya juga terancam. Dewi Awan Putih, apa tujuanmu melarikan sahabatku itu?" Selagi merenung-renung seperti itu, selintas pikiran muncul di benak Bayu. Dia bangkit berdiri, memandang pada Jin Terjungkir Langit, lalu pada Ruhpingitan."Bayu, kau agaknya hendak mengatakan sesuatu!" ujar Ruhpingitan."Benar, Nek," jawab Bayu. "Aku ingat ucapan kalian. Jika betul Jin Lintah Hitam anak buah Jin Muka Seribu, maka menurutku besar kemungkinan yang melarikan mayatnya adalah Jin Muka Seribu sendiri atau orang-orang suruhannya. Sebabnya lain tidak karena Jin Muka Seribu ingin mendapatkan Sendok Pemasung Nasib yang telah ditelan mahluk itu!""Kalau dibelakang semua ini memang Jin Muka Seribu
"Siapa yang barusan bicara?! Mengapa tidak unjukkan diri?!" Orang bernama Pajohor membentak. Dia lalu saling membagi pandang dengan tiga temannya.Kembali menggema suara tawa mengekeh. Lalu dari kegelapan muncul sesuatu, mengapung di udara, bergerak ke arah ke empat orang itu. Begitu melihat siapa yang muncul terkejutlah orang-orang dari Istana Surga Dunia ini."Jin Terjungkir Langit!" Dua di antara mereka berseru. Yang dua lagi segera bersiap sedia, menggerakkan tangan ke pinggang masing-masing dimana terselip sebilah parang. Walau dalam kegelapan namun masih bisa terlihat bagaimana wajah ke empat orang ini jadi berubah begitu mengenali siapa adanya orang yang muncul."Suamiku tidak datang sendiri! aku menemaninya!" Tiba-tiba satu suara lain terdengar. Suara perempuan, disusul tawa cekikikan dan ditutup suara butt prett! Satu bayangan kuning berkelebat. Di samping Jin Terjungkir Langit kini tegak berdiri si nenek tukang kentut Jin Selaksa Angin."J
Betina Bercula melangkah mendekati Bayu dan sementara sambil senyum-senyum dan gosok-gosok telapak tangannya."Aku sudah menggeledah! Tapi Sendok Pematung Nasib itu tak ada pada mereka!" Betina Bercula memberi tahu."Lalu apa saja yang kau temukan?" tanya Bayu."Apa saja yang kau lakukan?" menyambung Arya."Yang kutemukan hanya dua pisang batu buruk rupa! Yang kulakukan cuma meremas. Masih untung tak kukupas kulitnya! Hik... hik... hik!" Betina Bercula tertawa cekikikan. Ketiga orang-orang itu lalu menemui Pasedayu dan Ruhpingitan. Mereka semua merasa heran. Keempat orang dari Istana Surga Dunia itu, dari pembicaraan mereka yang sempat didengar, sudah dapat dipastikan sebagai orang-orang Jin Muka Seribu yang disebar untuk mencari Sendok Pemasung Nasib. Tapi anehnya sendok emas sakti itu tidak ditemukan. Kalau masih berada di dalam perut Jin Lintah Hitam, lalu dimana mayat mahluk itu mereka sembunyikan?"Seharusnya kau menanyai dulu pada
Tak lama kemudian muncullah seseorang memanggul sosok yang mengenakan pakaian hitam lekat licin seolah menempel ke tubuhnya. Masih dengan memanggul sosok hitam licin itu, orang yang datang menjura memberi hormat pada Jin Muka Seribu yang saat itu tegak tak bergerak. Hanya sepasang matanya membeliak besar dan empat wajahnya yang tadi berupa wajah lelaki gagah separuh baya, kini membayangkan berubah menjadi empat wajah tua seorang kakek pucat pasi, pertanda Sang Junjungan berada dalam kaget besar."Pasedana!" seru Jin Muka Seribu menyebut nama lelaki yang memanggul sosok licin hitam. "Kau adalah salah seorang anggota rombongan yang kuperintahkan mencari Jin Berpipa Emas dan menyelidik Sendok Pemasung Nasib. Yang kau panggul itu adalah Jin Lintah Hitam. Mana Pajohor, pimpinan rombongan. Mana Patuding dan dua kawanmu lainnya?! Apa yang terjadi dengan Jin Lintah Hitam?!""Junjungan, izinkan saya meletakkan tubuh yang saya panggul ini di lantai ruangan," berucap Pasedana. "S
Jin Muka Seribu berpaling pada Pasedana. "Kita perlu menghadirkan putera Jin Lintah Hitam di tempat ini! Dia perlu mengetahui bahwa ayahnya telah berbuat satu jasa besar Harap kau segera memanggil orang itu!"Pasedana menjura lalu tinggalkan ruangan segi enam dengan cepat Tak selang berapa lama dia kembali bersama seorang pemuda bertubuh tegap tinggi, berwajah gagah tapi berkulit sangat hitam, berkilat dan licin, menyerupai Jin Lintah Hitam. Pemuda ini bernama Pakembangan dan adalah putera tunggal Jin Lintah Hitam.Sampai di hadapan Jin Muka Seribu Pakembangan segera hendak menjura. Namun pandangannya membentur sosok yang tergeletak di lantai ruangan. Pemuda ini tersurut ngeri. Tapi begitu menyadari bahwa orang itu adalah ayahnya, Pakembangan langsung menggerung dan jatuhkan diri."Apa yang terjadi dengan ayahku! Hai! Siapa berbuat sekejam ini?!" Berurai air mata tapi tubuh menggeletar dan dua tangan terkepal Pakembangan bangkit berdiri. Dia memandang tak berked
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig