Share

190. Bagian 8

“Untung biji sapi. Bukan biji manusia! Ha... ha... ha!” Si kakek menyambung ucapannya tadi lalu tertawa gelak-gelak. “Sudah... sudah! Dari tadi kita tertawa saja! Ayo mulai menari! Payungi aku!”

Si kakek tonggos melangkah lucu. Sesekali berjingkat-jingkat. Sambil tiada henti memukul tambur. Dari mulutnya terus menerus keluar nyanyian na-na-na ni-ni-ni. Pinggul dan pantatnya diogel-ogel, mulutnya senyum-senyum tonggos. Matanya sesekali dikedip-kedip genit. Lalu lidahnya dijulur-julur untuk membasahi bibir. Bintang yang memegang payung mau tak mau jadi melangkah mengikuti si kakek mengelilingi pohon keladi hutan. Sambil melangkah berputar-putar diam-diam Bintang menghitung.

“Gila! Sudah dua ratus kali aku berputar mengikutinya mengelilingi pohon keladi!” kata Bintang dalam hati. Kakinya mulai pegal. Tangannya yang memegang payung terasa capai. Tapi di depannya si kakek terus saja menari. Semakin cepat dia menabuh tambur kecilnya semaki

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status