Yang ada hanya sebuah batu besar dialasi anyaman rumput kering dan dijadikan ranjang tempat tidur. Walaupun hatinya tidak enak namun Ruhcinta tetap saja memoles senyum di bibirnya yang bagus.
“Jangan perhatikan mereka Hai Ruhcinta. Tiga gadis ini adalah pembantu yang mengurus dan menjaga tempat kediamanku jika aku pergi.” Lalu pada tiga gadis di dalam ruangan Jin Muka Seribu segera berkata. “Lekas kalian memberi hormat pada tamuku! Kalau sudah memberi hormat segera siapkan hidangan dan minuman. Kami lapar! Setelah itu kalian Semua boleh pergi! Kami haus! Berikan minuman lebih dulu!”
Tiga gadis di dalam Ruang Dua Belas Obor segera berdiri lalu menjura memberi hormat pada Ruhcinta. Sebelum sempat si gadis membalas penghormatan itu ketiganya telah meninggalkan ruangan.
“Hai Jin Muka Seribu, kita telah berada di tempat kediamanmu. Apakah kau bisa segera mulai memberi keterangan tentang orang-orang bernama Patampi dan Ruhpiranti itu?&rdq
“Pembicaraan kita mengapa jadi berubah Jin Muka Seribu? Bukankah kau berkata hendak memberi tahu riwayat dua orang bernama Patampi dari Ruhpiranti itu? Sekarang kau bicara hal-hai yang aku tidak mengerti.”“Kau tidak perlu mengerti. Yang kau harus mengerti adalah melayani diriku sampai puas! Ha. ha… ha!”Kembali Jin Muka Seribu menyergap Ruhcinta. Kali ini si gadis cepat menghindar lalu berkelebat ke arah pintu ruangan. Namun dari belakang tiba-tiba melesat dua larik sinar hijau. Sinar-sinar aneh ini ternyata menyembul keluar dari sepasang mata Jin Muka Seribu sebelah depan.Ruhcinta berteriak kaget ketika dua larik sinar hijau seperti dua utas tali tahu-tahu menggulung sekujur tubuhnya hingga dia tidak mampu menggerakkan kaki maupun tangan! Sekali Jin Muka Seribu menyentakkan kepalanya tubuh Ruhcinta terlempar ke atas ranjang batu dan masih dalam keadaan terikat dua larik sinar hijau itu!“Makhluk jahat! Apa yan
“Nek, tak usah kau kejar orang jahat itu. Beri dia kesempatan untuk berpikir. Siapa tahu tidak sekarang tapi nanti cinta kasih akan masuk ke dalam tubuhnya, mengalir di dalam darahnya dan tertanam di lubuk hatinya. Hingga kelak dia mau bertobat dan menjadi orang baik...”Mendengar kata-kata itu, si nenek yang sudah nekad hendak mengejar Jin Muka Seribu jadi hentikan gerakannya. Saat itu dia masih belum melihat jelas wajah Ruhcinta karena asap hijau yang ditinggalkan Jin Muka Seribu masih mengambang dalam ruangan. Namun dengan suara perlahan si nenek berkata.“Kau gadis berhati baik dan tulus. Agaknya ajaran kasih sayang begitu mendalam dalam hati sanubarimu. Tetapi Hai gadis tulus! Tahukah engkau bahwa begitu banyak makhluk yang menemui celaka bahkan kematian hanya karena berbuat baik secara berlebihan?”“Mereka mati dalam kebaikan. Dalam cinta kasih. Apakah ada kematian yang lebih indah dari itu Nek?”Jin Penjunj
Dua mata si nenek mendadak keluarkan sinar merah terang menggidikkan. Agaknya dia tidak main-main. Kalau dua larik sinar merah mengandung hawa panas disemburkannya maka jika benda mati yang terkena seperti batu, akan hancur lebur. Jika benda hidup akan mati seolah terpanggang!. Tiba-tiba terdengar suara tawa cekikikan. Tumpukan katak yang ada di tengah sungai kecil kelihatan bergerak. Bangkit membentuk sosok manusia yang ditempeli ratusan katak hijau. Hanya mata, hidung dan mulutnya saja yang kelihatan. Inilah dia si Nenek Jin Lembah Paekatakhijau yang tubuhnya tertutup oleh katak-katak peliharaannya!“Muridku Ruhcinta! Hai! Enam hari lalu kau tinggalkan lembah ini! tahu-tahu kau muncul kembali di sini! Ada apakah Hai muridku? Apa dunia luar sana tidak kau sukai atau ada sesuatu yang memaksamu kembali ke sini?!”Jin Penjunjung Roh yang berdiri di sebelah Ruhcinta serta merta menjadi jengkel.“Jelas-jelas aku berada di sini! Tegak di samping mur
“Saya masih menyimpannya Nek,” jawab Ruhcinta.“Keluarkan dan perlihatkan padanya.”Dengan tangan gemetar Ruhcinta keluarkan batu merah yang diukir berbentuk bunga mawar lalu diperlihatkannya pada Jin Penjunjung Roh. Untuk kesekian kalinya si nenek terpekik lalu jatuh berlutut. Sekujur tubuhnya bergeletar. Asap berbentuk kerucut terbalik yang ada di atas kepalanya mengepul tinggi lalu turun lagi. Matanya yang merah dan juga berbentuk kerucut membesar aneh.Ruhmasigi alias Jin Lembah Paekatakhijau mendongak ke langit. Sepasang matanya tampak berkaca-kaca. Dengan suara tersendat dia menjelaskan. “Hiasan kepala berbentuk mawar merah terbuat dari batu itu kutemukan dalam kantong gendonganmu, Hai Ruhcinta. Tergantung di dada perempuan yang menggantung diri itu.”Ruhniknik alias Jin Penjunjung Roh menggerung keras. “Ukiran bunga mawar batu merah itu dulunya adalah milikku. Ketika anakku Ruhpiranti menginjak dewasa, hias
“Hai Bunda, saya sadar telah membuat banyak kesalahan besar. Saya tak tahu apakah harus memohon maaf lebih dulu atau meminta padamu untuk segera menjatuhkan hukuman! Apapun yang akan kau lakukan terhadap saya akan saya terima dengan sepuluh jari tersusun di atas kepala.” Lalu gadis hamil bernama Ruhpiranti itu rapatkan dua telapak tangan di atas kepala.Saat itu ingin sekali Jin Penjunjung Roh menjenggut rambut muridnya. Namun melihat keadaan Ruhpiranti yang hamil besar dia masih bisa menahan luapan amarah dan hanya membentak saja. “Lekas katakan apa yang terjadi Ruhpiranti! Jangan kau membuat kesabaranku hilang!”“Bunda, sewaktu masa enam purnama yang kau berikan berakhir, saya memang dalam perjalanan pulang. Namun di tengah jalan muncul satu halangan besar. Seorang yang rupanya telah lama menguntit saya unjukkan diri secara terang-terangan. Ternyata dia adalah seorang pemuda berwajah cakap bertubuh kekar. Dia mengaku bernama Pajundai.&rd
“Dia menyuruhmu datang bersama seekor capung! Dia sendiri tidak kemari! Tidak berani unjukkan muka! Suami macam apa dia Hai Ruhpiranti? Pengecut! Tidak punya rasa tanggung jawab!”“Bunda, sebenarnya kami datang berdua. Tapi tak jauh dari sini saya minta dia turun dari capung dan menunggu. Saya khawatir begitu langsung bertemu, Bunda akan khilaf melakukan sesuatu padanya.”.Jin Penjunjung Roh pelototkan mata anehnya. “Aku mau marah atau tidak, aku mau menggebuknya atau tidak itu hakku!” kata Jin Penjunjung Roh pula. “Sekarang lekas kau panggil suamimu itu! Aku mau lihat bagaimana tampangnya!”“Bunda, kalau kau mau berjanji.”“Setan alas! Aku tidak mau berjanji apa-apa! Kalau aku mau menghajar akan aku lakukan! Siapa yang berani menghalangi? Kau?!”Walau bingung akhirnya Ruhpiranti melangkah mendekati capung raksasa yang tadi ditungganginya. “Paecapung, pergilah temui suami
“Ruhcinta! Jangan kau berkata begitu! Kau adalah muridku Jin Lembah Paekatakhijau. Berbilang tahun aku menggembleng menjadi manusia yang kokoh jasmani dan rohani. Apakah kau akan membiarkan dirimu hancur menghadapi baru satu cobaan ini? Jangan kau membuat aku malu Hai muridku!”Mendengar kata-kata gurunya itu Ruhcinta jadi tersendat tangisnya. Dadanya menggemuruh. Jiwanya nuraninya berguncang hebat. Tak tahu apalagi yang hendak dikeluarkannya dalam ratapannya. Dia mendengar gurunya berkata pada neneknya Jin Penjunjung Roh. “Ruhniknik, ceritamu tadi cukup panjang. Namun belum sampai ke ujung yang memberi tahu bagaimana kejadian selanjutnya dengan ibu muridku yang bernama Ruhpiranti itu. Bagaimana sampai peristiwa itu bisa terjadi? Bagaimana sampai Ruhpiranti tidak tahu kalau dia punya seorang kakak bernama Patampi.”“Kau benar Ruhmasigi. Akan kuceritakan pada kalian berdua.” jawab Ruhniknik pula. “Ketika Patampi dan Ruhpiranti m
SELAMA perjalanan di dalam hutan sampai keluar lagi dari hutan, orang-orang itu tak banyak bicara. Mereka seolah tenggelam dalam alam pikiran masing-masing. Maithatarun malah lebih suka menuntun Kuda berkaki enam dari pada menunggang kuda berkaki enam itu. “Aneh, aku tak bisa melupakan gadis itu.” bisik Bayu perlahan sekali agar tidak ada yang mendengar.Arya yang dibisiki pura-pura tolol. “Gadis yang mana?”“Gadis berbaju biru tadi. Itu.... Yang bernama Ruhcinta.”“Hemmm. Dia memang cantik sekali. Terus terang aku juga selalu ingat-ingat dirinya,” kata Arya sambil menyeringai.Apa yang dibicarakan kedua orang itu walau berbisik-bisik sebenarnya didengar oleh Bintang. tapi dia berpura-pura tidak tahu. Malah dia berkata pada Maithatarun. “Sobatku Jin Kaki Batu! Sejak tadi kau kulihat berjalan setengah melamun. Apa yang ada dalam benakmu?! Siapa yang kau pikirkan?!&rdq
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig