Share

187. Bagian 6

last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-10 01:01:12

"Jangan-jangan mereka mati semual" pikir Maithatarun. Dengan cepat dia tanggalkan ikat pinggangnya. Begitu ikatan lepas tiga sosok tubuh itu jatuh bergulingan ke atas pangkuannya. Masih tetap tidak ada satupun yang bergerak. Pucatlah wajah Maithatarun.

“Celaka!" membatin Maithatarun. Satu persatu dimbilnya ketiga sosok cebol itu. Diperiksa dan didekatkannya ke telinganya. Dia masih bisa mendengar detak-degup jantung walaupun perlahan.

"Hai..." Maithatarun pegang Arya dan Bayu di tangan kiri. Tangan kanan mencekal sosok Bintang. Ketiga  orang itu dipegangnya kaki ke atas kepala ke bawah. Perlahan-lahan air laut mengucur keluar dari mulut mereka. Masih belum puas Maithatarun tempelkan perut ketiga orang itu ke dadanya. Begitu dia menekan, Bintang, Bayu dan Arya sama keluarkan suara seperti orang muntah. Air kambali mengucur keluar. Lalu ketiganya terdengar batuk-batuk. Penuh perasaan lega Maithatarun baringkan ketiga orang itu di atas pasir.

Bintang yan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 7

    Maithatarun memandang ke arah yang ditunjuk Bintang. Memang benar. Tidak seperti di tempat lain dimana semua pohon jati berduri tumbuh sangat rapat, di sebelah sana ada dua pohon, diikuti pohon-pohon lain di deretan sebelah belakang, tumbuh lebih jarang satu sama lain. Segera saja Maithatarun melangkah cepat menuju tempat itu."Duukk... duukkk... duuukkkk!"Langkah-langkah kaki batu Maithatarun menghujam di pasir pantai. Mengeluarkan suara keras dan menggetarkan seantero tempat."Kita memang bisa lewat di sini! Kelihatannya ini jalan setapak yang sengaja dibuat orang." Berkata Maithatarun begitu sampai di antara dua pohon jati besar yang tumbuh renggang. Demikian juga deretan pohon-pohon di sebelah belakang,"Berarti pulau ini ada penghuninya!" kata Bintang pula. "Betul, yaitu Jin Patilandak..." jawab Maithatarun. "Apakah makhluk bernama Jin Patilandak ini Jahat atau baik?" tanya Bayu."Tak dapat kupastikan. Yang jelas dia adalah setengah manusia s

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 8

    Perlahan-lahan sambil memandang berkeliling, penuh waspada Maithatarun bangkit berdiri."Bintang, bagaimana...? Kita terus memasuki deretan patung-patung kayu ini atau kembali ke pantai?' bertanya Maithatarun."Kita kembali saja ke pantai!" menjawab Arya."Sudah kepalang tanggung! Kita terus saja!" jawab Bintang.'Ya, aku setuju. Kita jalan terus! Maithatarun, kalau cuma patung kayu kau pasti sanggup menghancurkan jika mereka kembali menyerang!" kata Bayu pula.Maithatarun tetapkan hati. Dia kembali melangkah. "Duuukkkk... duukkkk!"-o0o-SEBELUM melanjutkan apa yang terjadi dengan Maithatarun, Bintang dan Bayu serta Arya di pulau itu, kita kembali dulu pada satu peristiwa besar di masa beberapa puluh tahun silam dan terjadi di Negeri Kota Jin.Bunda Dewi menatap rawan dengan sepasang matanya yang bening tapi suram ke arah timur. Lalu dia berpaling pada Ratu Dewi yang bertubuh gemuk luar biasa dan duduk di kursi b

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 9

    Bersamaan dengan itu menggelegar suara keras menggaung panjang dan lama."Seperti suara tangisan bayi. Tapi juga menyerupai lolongan srigala..." Bunda Dewi usap tengkuknya yang jadi dingin sementara matanya mengikuti benda yang melayang di udara.Demikian cepatnya benda ini melesat hingga sebelum sang Dewi sempat berkedip benda itu telah lenyap dari pandangan matanya. "Benda apa itu gerangan. Aku mencium bau amisnya darah. Jangan-jangan...”Belum sempat Bunda Dewi menyelesaikan ucapan hatinya tiba-tiba di atasnya melayang satu benda putih. Benda ini dengan cepat bergerak turun dan ternyata adalah sebuah awan berwarna putih. Dari atas awan itu melompat turun seorang gadis cantik mengenakan pakaian terbuat dari sejenis kain sutera halus berwarna putih. Tubuh dan pakaiannya menebar bau harum semerbak, nyaris menutup keharuman bau tubuh dan pakaian biru Bunda Dewi."Hai Dewi Awan Putih, kau muncul tepat pada saatnya. Apakah kau datang membawa berita yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 10

    Di ambang pintu kamar si nenek mendadak hentikan langkah. "Pahambalang! Kegilaan apa yang aku lihat ini! Siapa yang mengikat tangan dan kakinya!""Tidak ada jalan lain Nek! Dia selalu berontak. Memukul dan menendang. Melihat aku sepertinya dia hendak membunuhku!""Gila dan aneh! Perempuan yang hendak melahirkan bisa bersikap seperti itu!" Ruhumuntu masuk ke dalam kamar yang diterangi dua buah obor besar. Tiga langkah dari ranjang kayu kembali gerakannya tertahan.Di atas tempat tidur kayu itu tergeletak menelentang seorang perempuan. Wajahnya yang cantik tertutup oleh keringat serta kerenyit menahan sakit.Dari mulutnya yang terbuka keluar erangan ditingkahi desau nafas yang membersit dari hidung. Perempuan ini memiliki perut besar dan tertutup sehelai rajutan rumput kering. Ketika pandangannya membentur sosok si nenek, dua matanya membeliak besar dan dari mulutnya keluar suara menggereng seperti suara babi hutan."Tua bangka buruk! Siapa kau?!"

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 11

    Perutnya robek besar dan darah masih mengucur mengerikan!"Ruhmintari!" teriak Pahambalang. Dia memandang seputar kamar. Begitu melihat si nenek dia kembali berteriak. "Nenek Ruhumuntu! Apa yang terjadi dengan istriku! Aku mendengar tangisan bayi! Mana anakku?!"Sambil sandarkan punggungnya ke dinding kamar si nenek menjawab. "Istrimu tewas Hai Pahambalang! Tewas ketika melahirkan bayinya! Bayinya ternyata bukan bayi biasa! Bayi itu tidak keluar secara wajar tapi melalui perut istrimu yang tiba-tiba pecah robek besar!""Aku tidak percaya! Kau... kau pasti memakai cara gila! Kau pasti merobek perut istriku dengan pisau!""Aku tidak pernah membawa pisau Hai Pahambelang," Jawab si nenek. Tubuhnya melosoh ke lantai. Dua tangannya masih mendekapi perutnya yang luka."Mana bayiku! Mana anakku!" teriak Pahambalang. Sinenek Ruhumuntu angkat tangan kirinya. Dengan gemetar dia menunjuk ke sudut kamar. "Itu... Benda yang di sudut sana. Itulah bayimu. Kuharap

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 12

    "Hai Bunda Dewi, masih adakah sesuatu yang hendak kau katakan?" tanya Dewi Awan Putih.Bunda Dewi masih belum membuka mulut seolah ada kebimbangan di hatinya untuk berucap. Setelah menarik nafas lebih dulu baru dia berkata."Kau mungkin tidak suka membicarakan walau barang sebentar. Namun jika tidak ada kejelasan rasanya aku seperti diikuti bayang-bayang sendiri”"Apakah yang merisaukan hatimu, Hai Bunda Dewi?" Mulutnya bertanya namun dalam hati Dewi Awan Putih mulai menduga-duga."Tadi aku sempat membicarakan: Hatiku dan hatimu, pikiranku dan pikiranmu, penglihatanku dan penglihatanmu ke masa depan rasanya tidak banyak berbeda. Lalu kau bilang bahwa dunia kita semakin lama semakin mengalami banyak perubahan. Batas antara kita para Dewi, Para Jin dan manusia di bawah langit semakin tipis. Laksana kabut pagi yang mudah pupus ditelan cahaya mentari. Kejadian para Dewi kawin dengan manusia biasa telah berulang kali terjadi walau mereka harus menerima hukuman d

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 13

    Belum lenyap lengking jeritan itu tiba-tiba terdengar suara bergemuruh mendatangi. Bukit jati di atas pulau itu bergetar aneh. Di lain saat muncullah sepasang makhluk aneh mengerikan. Berupa dua ekor landak raksasa yang berjalan cepat dengan empat kakinya. Namun begitu sampai di hadapan makhluk bersisik, dua ekor landak ini pergunakan dua kaki bolakangnya seperti kaki manusia dan dua kaki depan sebagai tangan. Lalu dua binatang ini membungkuk seolah memberi hormat pada makhluk bersisik.Makhluk bersisik di tepi liang batu angkat tangan kanannya. Sambil menjerit keras dia menunjuk ke langit. Ke arah sosok bayi Pahambalang yang tengah melayang jatuh ke atas pulau. Dua ekor landak yang ternyata satu jantan satu betina palingkan kepala ke arah yang ditunjuk lalu sama-sama keluarkan jeritan keras."Paeruncing dan Paelancip! Apa yang aku lihat puluhan tahun silam dan pernah kukatakan pada kalian kini menjadi kenyataan! Selamatkan bayi itu!"Satu suara menyerupai suara

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Ksatria Pengembara Season 2   187. Bagian 14

    "Aku Dewi Awan Putih dari Negeri Atas Langit. Kedatanganku membawa tugas. Tugas yang menjadi perintah bagi kalian yang ada di sini. Patuh akan perintah! Itulah segala rahasia hidup tanpa bencana. Aku datang untuk mengambil sosok kecil yang ada di atas punggung landak raksasa itu!"Mendengar kata-kata Dewi Awan Putih, sepasang mata makhluk bersisik yang bernama Tringgiling Liang Batu seperti hendak melompat. Sisik di sekujur tubuhnya berjingkrak kaku. Dari tenggorokannya keluar suara menggembor.Di tempat lain, dua ekor landak raksasa menggarang keras. Yang jantan langsung tegak berdiri membelakangi betinanya. Sepasang matanya yang hitam kecoklatan membersitkan sinar menggidikkan. Dua tangannya dipentang ke depan. Kakinya bergerak melangkah mendekati awan putih.“PAERUNCING!” Tegur Tringgiling Liang Batu."Tetap di tempatmu!" Lalu makhluk ini berpaling pada Dewi Awan Putih. "Dewi Awan Putih, bagiku adalah aneh seorang Dewi dari Negeri Atas Langit mengi

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 17

    Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 16

    Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 15

    “Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 14

    Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 13

    Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 12

    “Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 11

    Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 10

    Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej

  • Ksatria Pengembara Season 2   218. Bagian 9

    Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig

DMCA.com Protection Status