Seperti halnya manusia, Jin juga makhluk Tuhan yang diberi kebebasan untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk, memiliki tanggung jawab dalam beribadah, serta memiliki cinta dan syahwat, Kehidupan jin sangat mirip dengan kehidupan alamiah manusia, ada cinta dan benci, kesepakatan dan perselisihan, kasih sayang dan permusuhan. Bangsa Jin Berbeda dengan setan. Setan ialah makhluk Tuhan keturuan iblis yang tidak memiliki pilihan dalam menentukan mana baik dan mana buruk, setan hanya memiliki sifat buruk dalam hidupnya, mereka adalah makhluk yang dilaknat selamanya oleh Allah S.W.T.
Dalam kenyataanya, masyarakat seringkali keliru dalam membedakan antara setan dan jin, masyarakat seringkali menganggap sama hubungan antara dua makhluk ini dibenak mereka, sama-sama menggoda manusia dan menjerumuskan manusia ke jalan kesesatan. Hal ini bisa dibilang wajar, mengingat masyarakat selalu dijejali tontonan-tontonan dan pembahasan-pembahasan seputar hal ghoib yang gunanya hanya untu
Meskipun jin memiliki kemampuan untuk memperlihatkan diri dihadapan manusia, namun tidak mudah bagi jin untuk menampakan diri kepada manusia lebih-lebih menampakan wujud aslinya. Pada umumnya jin sangat suka menampakan diri dalam wujud binatang seperti anjing hitam, ular hitam dan kucing hitam. Jin yang akan menampakan diri biasanya dari golongan jin tertentu yang memiliki kekuatan lebih dibanding jin yang lainnya. Kondisi-kondisi tertentu juga ikut andil dalam upaya jin untuk menampakan diri. Orang yang jauh dari zikir, tidak pernah bersuci dan kosongnya pikiran ialah beberapa sebab untuk jin mudah dalam upayanya menampakan diri.Sekalipun jin mampu berubah-ubah wujud, namun wujud jin pada hakekatnya ialah tunggal. Maksudnya, jin memiliki wujud yang asli yang jarang sekali ditampakan kepada manusia. Manusia seringkali keliru menafsirkan sosok dan bentuk jin, dan wajar jika manusia menganggap jin sebagai makhluk yang menakutkan karena mereka sendiri kerap kali menampaka
Bintang, Bayu dan arya berhasil masuk ke negeri Jin, tapi dinegeri jin wujud mereka menjadi sangat kecil dibanding para jin yang bertubuh besar. Dan kini mereka bertiga terancam mau dimakan oleh sesosok jin raksasa.“Celaka! Cincin itu lenyap!”Bayu dan Bintang terkejut besar. Lalu ikut bantu menggeledahi tubuh si Arya. Tetap saja Cincin bermata hijau tidak ditemukan.“Jangan-jangan jatuh di kawasan rerumputan tadi...” kata Bintang. “Kita harus mencarinya sampai dapat!”“Cincin itu besarnya tak sampai seujung jari kelingkingku! Bagaimana mungkin kalian bisa menemukan?!” ujar makhluk raksasa.“Bagimu sebesar ujung kuku jari. Bagiku dan kawan-kawan sebesar lengan!” jawab Bintang. Lalu cepat menyambung ucapannya. “Kuharap kau mau berbaik hati. Menurunkan kami bertiga di tempat tadi...”“Kalau itu maumu Hai! kutu cebol, silahkan saja... Tapi ingat sebentar lagi hari ak
Maithatarun menggoyangkan kepalanya ke arah kuda tunggangannya. “Kudaku yang setia itu. Dia yang mencarikan makanan untukku di hutan sekitar sini”“Kuda aneh. Kakinya saja enam...” kata Bayu sambil goleng-goleng kepala.“Selama enam bulan kau tidak berhasil meloloskan diri. Bagaimana mungkin kau akan membalas dendam?” tanya Bintang.Maithatarun menghela nafas dalam. “Jika ini memang pekerjaan si dukun laknat Jin Santet, berarti aku terpaksa menunggu sampai dia menemui ajal. Begitu mati ilmunya akan leleh dan aku akan terbebas. Tapi berapa lama baru dia akan mampus? Orang di sini rata-rata hidup sampai sampai ratusan tahun. Jin Santet kurasa baru berusia sembilan puluh tahun!”Bintang, Bayu dan Arya jadi saling pandang mendengar ucapan Maithatarun itu.“Tapi setiap hari aku selalu berdoa memohon pertolongan para Dewa dan para Dewi. Aku tidak putus asa. Disamping itu diam-diam aku berusaha meningk
Blegaaar...!Satu letupan keras berkumandang begitu kedua tangan Bintang menghantam rantai besi. Tanah di antara dua kaki Maithatarun terbongkar. Rantai besi mengeluarkan suara berdentrangan dan terangkat ke tanah lalu jatuh kembali ke tanah. Bintang sendiri terhuyung mundur empat langkah lalu jatuh duduk di tanah. Kilatan petir yang tadi ada dikedua tangannya lenyap. Di depan sana rantai besi tidak berubah walau tadi sempat terbungkus kilatan petir seolah dilamun api.Maithatarun menunduk lalu angkat rantai besi dengan tangan kirinya. “Hai! sobatku Bintang. Paling sedikit kau harus menghantam lima kali dengan ilmu kesaktianmu tadi. Baru rantai ini bisa putus!”Bintang tak berkata apa-apa. Dia bangkit berdiri dan melangkah mendekati Bayu. “Mungkin dengan ilmu gaib yang mendekam di dadamu kau bisa menolong Maithatarun,” katanya.Tapi Bayu gelengkan kepala. “Aku mau mencoba. Kalau gagal kemana kubuang rasa maluku! Kita berhadap
“Makhluk luar biasa...” desis Maithatarun. Dia ingat pada Bintang dan dua temannya. Dengan cepat Maithatarun membungkuk mengambil ketiganya. “Kalian bertiga, terutama kau Hai! Bintang telah menolongku! Aku sangat berterima kasih! Mulai hari ini, aku mengangkat sumpah bahwa kalian bertiga adalah saudara satu darahku!”“Terima kasih kau mau berbaik hati mengangkat kami jadi saudara-saudaramu!” kata Bintang. “Mudah-mudahan saja kau tidak malu punya tiga saudara kutu cebol begini!”Maithatarun buka mulutnya lebar-lebar hendak tertawa bergelak mendengar ucapan Bintang itu. Tapi Bintang cepat berteriak. “Jangan tertawa! Kami bertiga bisa mental ke udara! Jatuh ke tanah!”Maithatarun segera tekap mulutnya dengan tangan kiri lalu berkata. “Sahabat Bintang, sebelumnya aku telah berulang kali mengejek dan menghinamu dan dua kawanmu. Ternyata kau seorang sakti berkepandaian tinggi. Ilmu memelihara dan memang
Di dalam kocek jerami kering, Bintang dan dua kawannya mendengar jelas bentakan-bentakan itu. Dengan susah payah mereka menggeser penutup kocek lalu mengintai.“Celaka, naga-naganya akan terjadi perkelahian hebat!” kata Bayu. “Kalau sampai tendangan atau senjata lawan mengenai kocek ini, kita bisa medel semua!”“Kalau begitu biar aku keluar saja dan merosot lewat kaki celana Maithatarun!” kata Arya.“Mati hidup kita tetap dalam kocek ini! Berada di luar mungkin lebih besar bahayanya!” kata Bintang lalu menarik daun telinga lebar Arya.-o0o-Lelaki di sebelah depan yang mengenakan destar tinggi warna hitam terbuat dari sejenis kulit kayu meludah ke tanah. “Dasar manusia bodoh! Setelah membunuh keponakanku kau masih bisa berkata tidak mencari lantai terjungkat! Menuduh kami memfitnah!”“Hai! Pasalut, Lamanda, Ruhrinjani istri yang kucintai! Perihnya
Di hadapan Maithatarun ular hijau bergerak secara aneh. Binatang ini tidak melata di tanah melainkan, tegak lurus di atas ekornya yang laksana besi dipancang. Didahului desisan keras dan semburan racun berwarna hijau, sosok Pasalut yang telah jadi ular itu melesat ke depan. Kepala mematuk ke arah leher sedang bagian tubuh berusaha menggelung sementara ujung ekor tetap tegak di tanah dan mampu bergerak cepat kian kemari.Bintang, Arya dan Bayu yang berada dalam kocek jerami dan menyaksikan apa yang terjadi menjadi sangat ketakutan. Kalau sampai hantaman ular jejadian itu mengenai kocek maka tamatlah riwayat mereka bertiga!Sambil menyingkir hindari serangan Maithatarun berseru.“Hai! Lamanda Pasalut! Aku Maithatarun yang muda bersedia menyudahi perkelahian ini. Asalkan kau mau menghentikan serangan!”Tapi Pasalut yang telah jadi ular hijau besar itu tidak perduli ucapan orang. Patukannya menyambar ganas. Untung Maithatarun masih bisa meng
“Lalu bagaimana dengan kita?” tanya Bayu.“Jangan terlalu mengharap. Kita sendiri akan berada dalam bahaya berkepanjangan. Mungkin kita harus menunggu sampai Maithatarun menghabisi Zalanbur. Kalau dia menang! Kita tetap harus mencari jalan kembali ke dunia kita! Tanah Jawa! Sekarang hari sudah gelap. Malam akan segera tiba. Aku tidak dapat membayangkan ngerinya malam di negeri aneh ini! Tapi kalau siang datang, aku minta Maithatarun mengantarkan kita ke kawasan berumput itu. Kita harus dapatkan Cincin bermata hijau itu kembali!” sandarkan badannya ke dinding kocek. “Sialnya nasib kita ini...”Tiba-tiba saja mereka merasakan seperti melayang di udara. Lalu ada suara menggemuruh.“Apa yang terjadi?!” seru Arya sambil berusaha menahan kencingnya.Bayu coba mengintai. Sesaat kemudian dia memberi tahu. “Maithatarun berada di atas kuda kaki enamnya!”“Berarti kita tengah menuju Kota Jin!&r