"Ada apa Somad" Kau datang berlari-lari seperti
dikejar setan saja!" tanya Ki Parung ketika melihatSomad tergopoh-gopoh menghampirinya."Ada yang ingin kulaporkan, Ki," jawab Somad
dengan napas terengah-engah."Apa ada gadis yang bunuh diri lagi?" tebak Bayan
Sangkuri yang juga berada di rumah kepala desa itu."Apa Si Durjana dan gerombolannya itu datang?" ucap Ki Parung ikut menebak.
"Bukan..., bukan itu."
"Lalu, apa?"
“Di kedai Ki Sarmin ada seorang pemuda asing yang kami curigai sebagai teman Si Durjana!"
"Siapa pemuda itu?" tanya Ki Parung.
“Dia mengaku bernama Bintang. Katanya, hanya ingin singgah dalam pengembaraannya," Somad menjelaskan. "Terus terang, Ki. Aku sebenarnya tidak mencurigainya. Dia kelihatannya orang baik-baik, dan hanya kebetulan saja singgah di sini. Tapi Mirad tetap mencurigainya, Ki. Dia kini masih mengawasi pemuda itu tidak jauh dari kedai Ki Sarmin.?"
"Bintang..
Dewi Mawar Hitam duduk merapat pada Aryasuta, tidak peduli pada sekelilingnya."Sebenarnya, apa maksudnya kau mengundangku ke sini, Aryasuta?" tanya Setan Muka Hitam. Suaranya terdengar besar dan berat."Apa kau masih menunggu orang lain lagi?" timpal Cakar Racun tidak sabar."Tidak. Hanya kalian bertigalah yang kuperlukan," sahut Aryasuta kalem.“Kalau begitu, katakan apa maksud undanganmu?" dengus Datuk Tuak.“Kalian semua pasti kenal dengan mendiang Datuk Langit," kata Aryasuta.Datuk Tuak, Setan Muka Hitam, dan Cakar Racun saling berpandangan tidak mengerti. Siapa yang tidakkenal dengan Datuk Langit, salah satu dari tiga dedengkot dunia persilatan yang pernah menjadi ketua dunia persilatan, sampa akhirnya Datuk Langit tewas ditangan Malaikat Gila. Mereka jadi bertanya-tanya. Apa hubungannya mendiang Datuk Langit dengan undangan Aryasuta ini.“Datuk Langit memiliki seorang murid yang bernama Intan Purn
Malam terus merayap semakin larut. Udara dingin kian menusuk tulang. Sementara mereka yang ada diBukit Jati Wangi telah mengambil tempat istirahat masing-masing. Sedangkan Dewi Mawar Hitam masihduduk sendirian dekat api unggun. Aryasuta sudah sejak tadi masuk ke pondoknya bersama Datuk Tuak.Entah apa yang mereka bicarakan di dalam pondok itu. Dewi Mawar Hitam mengarahkan pandangannyapada Setan Muka Hitam. Dia terbaring melingkar di antara dua buah batu yang di atasnya diberi tumpukandaun lebar dan kering untuk atap. Pelahan-lahan wanita cantik itu bangkit, lalu melangkah mendekati Setan Muka Hitam. Dia berdiri saja setelah dekat dengan ujung kaki laki-laki yang berwajah kasar dan bengis itu."Mau apa kau ke sini?" tanya Setan Muka Hitam tidak merubah posisi tubuhnya."Aku kira kau sudah tidur, Kakang," sahut Dewi Mawar hitam lembut."Mau membokongku selagi tidur?""Ah! Rasa curigamu tidak pernah hilang," Desis Dewi Mawar Hita
Sementara itu, malam yang dingin berselimut kabut membuat para penduduk Desa Jati Wangi lebihsenang meringkuk di dalam selimut. Suasana begitu sunyi, tidak terlihat seorang pun berada di luarrumah. Tapi, tampak sebuah bayangan berkelebatan sangat cepat dan ringan. Tak terdengar suara sedikitpun setiap kali bayangan itu hinggap di atas rumah. Bayangan itu berhenti setelah mencapai atap salah satu rumah. Tampak wajah tampan terbungkus putih halus bagai wanita, terlihat jelas begitu sang dewi malam keluar dari balik awan. Benar! Dia adalah Aryasuta atau Si Durjana. "Aku yakin, inilah kamar Tyas Kusumawangi," gumam Aryasuta dalam hati. Begitu ringan lompatannya sehingga tidak menimbulkan suara sedikit pun. Saat menjejak tanah, tepat di depan jendela yang tertutup rapat. Dari celah-celah jendela itu membias seberkas cahaya dari dalam. Aryasuta tersenyum selelah mengintip dari lubang-lubang jendela itu. "Ah..., cantik dan menggairahkan sekali,"
“Kurang ajar!!" geram Aryasuta dengan wajah merah padam di ambang pintu. Setelah berkata demikian, Aryasuta cepat menyerang kedepan dengan melayangkan satu tendangan cepat.Plakk...!Tapi lawannya mampu mengatasi tendangannya, bahkan sebelum Aryasuta hilang rasa terkejut.Dess...!Satu tendangan keras dengan telak menghantam dada Aryasuta, Aryasuta jatuh berguling-guling dilantai, dan ; Braakkk.! Baru berhenti saat tubuhnya menghantam dinding rumah itu,"Huaghh!!" Darah kental kemerahan tersembur keluar dari dalam mulut Aryasuta. Hal ini membuat wajah Aryasuta berubah, bukan karena luka dalam yang dideritanya, melainkan karena hanya dalam satu serangan saja, dirinya sudah terpojok seperti itu, Aryasuta tak mampu melihat kapan lawan melayangkan serangannya, hingga kini dengan tatapan tak percaya, Aryasuta menatap kearah lawannya yang masih dengan tenang masih berdiri ditempatya.Merasa tak mungkin menghadapi lawannya saat ini, maka Arya
Aryasuta melesat cepat ke Bukit Jati Wangi, sementara itu Dewi Mawar Hitam dan Setan Muka Hitam yang tengah bermesraan langsung menghentikan kegiatan mereka saat merasakan seseorang yang tengah menaiki Bukit Jati Wangi. Dan alangkah terkejutnya keduanya saat melihat Aryasuta yang kembali dalam keadaan terluka, keduanya segera mendekati Aryasuta.“Apa yang terjadi kakang ?” tanya Dewi Mawar Hitam sedikit cemas melihat darah yang masih mengering dimulut Aryasuta.“Di Desa Jati Wangi ada seorang pendekar. Aku bertarung dengannya” ucap Aryasuta dengan geram.“Apa kau tau siapa dia Aryasuta?” tanya Setan Muka Hitam cepat. Aryasuta tampak menggeleng.“Dewi. Coba besok kau selidiki, siapa pendekar itu?”“Baik kakang.”-o0o-"Semalaman Bayan Sangkuri menunggumu di sini. Den Bintang," kata Ki Sarmin sambil membereskan meja bekas makan Bintang pagi ini."Siapa dia," tanya Bintan
Bintang dan Destywuni terus saja ngobrol. Gadis itu tampak periang dan cepat sekali akrab dengan orangyang baru dikenalnya. Kelihatannya mereka seperti sudah saling mengenal begitu lama. Tidak ada lagikecanggungan, bahkan kadang-kadang mereka tertawa kalau ada perkataan yang menggelitik hati. Ini dimungkinkan karena Destywuni memiliki banyak bahan pembicaraan. Lagi sikapnya begitu periang, lincah, dan cepat akrab."Sebentar. .," kata Bintang tiba-tiba ketika melihat Ki Sarmin memberi tanda memanggilnya. Bintang segera bangkit dan berjalan ke belakang. Ki Sarmin sudah menghilang di balik pintu belakang kedai ini. Bintang menjumpai laki-laki tua itu sedikit berlindung pada dinding dengan benak dipenuhi tanda tanya."Ada apa?" tanya Bintang."Ssst...!" Ki Sarmin menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya sendiri."Ada apa?" tanya Bintang lagi. Kali ini suaranya terdengar berbisik."Hati-hati! Perempuan itu Dewi Mawar Hitam” kata Ki S
Bayan Sangkuri tetap yakin kalau yang ada di hadapannya sekarang ini adalah Gusti Prabu Setyo Kencana yang agung. Meskipun dia bukan undangan khusus waktu itu, tapi sempat melihat jelas wajah Bintang ketika dinobatkan sebagai Gusti Prabu di Setyo Kencana. Keyakinan Bayan Sangkuri ini membuat Bintang sedikit kikuk mulanya. Meskipun sudah diyakinkan dan disanggah semua keyakinan Sangkuri, tapi tetap saja sesepuh Desa Jati Wangi itu menganggap Bintang adalah Gusti Prabu Setyo Kencana. Dengan demikian berarti seluruh rakyat Desa Jati Wangi berada di bawah kekuasaannya karena Desa Jati Wangi berada dibawah kekuasaan Kerajaan Setyo Kencana."Maafkan atas penyambutan kami yang kurang berkenan di hati Gusti Prabu," kata Bayan Sangkuriseraya membungkukkan badannya.Bintang mengangkat bahunya melihat Ki Sarmin, Somad, Mirad dan Ki Parung serentak duduk bersimpuh di lantai kedai ini, mengikuti sikap Bayan Sangkuri. Bintang tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah Bayan Sangk
“Kau datang menyelinap seperti maling. Apa maksudmu menguping pembicaraan kami!" bentak Bintang tidak kalah dinginnya."He he he..., hiyat!!" orang yang berjuluk Cakar Racun itu tertawa sejenak, tapi tiba-tiba saja tangankanannya menghentak ke samping."Awas...!" teriak Bintang terkejut.Dari jari-jari tangan Cakar Racun meluncur beberapa butir benda kecil berwarna hitam, dan melurukcepat ke arah orang-orang yang ada di depan kedai. Secepat kilat Bintang mengibaskan tangannya, dan...Glarrr...!Ledakan keras terjadi saat cahaya merah yang meluncur dari telapak tangan Bintang menghantambutir-butir kecil berwarna hitam itu.“Kalian menyingkir semua!" teriak Bintang.Ki Parung dan Bayan Sangkuri segera memerintahkan beberapa orang yang ada di sekitar halaman depan kedai itu untuk segera menyingkir. Bintang kembali memusatkan perhatiannya pada Cakar Racun yang terkekeh-kekeh."Hebat.., hebat! Kau mampu