Keriuhan di Padepokan Cakra Buana pagi itu terasa seperti pasar pagi, kedatangan Bintang langsung disambut oleh ratusan murid Padepokan Cakra Buana yang terlihat berebutan untuk melihat sosok Bintang. Sebagian sudah pernah melihat, tapi sebagian lagi belum.
Di antara semua murid Padepokan Cakra Buana, tampak tiga orang lelaki yang paling senior dan dituakan di Padepokan Cakra Buana, mereka juga ikut menyambut kedatangan Bintang.
“Selamat datang di Padepokan Cakra Buana gusti prabu.” ucap ketiganya menjura hormat kepada Bintang dengan mengatupkan kedua tangan didepan dada. Bintang segera membalasnya dan berkata ;
“Kakang Samani, kakang Rajata dan kakang Samingi-kan ?!” tebak Bintang yang masih mengingat ketiga senior di Padepokan Cakra Buana tersebut. Ketiganya terlihat saling pandang dan tersenyum.
“Syukurlah gusti prabu masih mengingat kami”
“Mari gusti
“Apapun yang tersentuh pedang merah, semua akan menjadi gosong bahkan bisa menjadi abu karena panas yang terkandung dipedang merah tersebut, yang kukhawatirkan, bila orang-orang persilatan mengetahui tentang kematian Begawan Mega Merah. Aku khawatir, Pusaka Pedang Merah akan menjadi incaran orang-orang yang tidak bertanggung jawab" jelas Begawan Cakra Buana.“Yang paling kukhawatirkan adalah murid kesayangan Begawan Mega Merah yang bernama Aria Amante yang kini harus menjaga Pusaka Pedang Merah itu. Aku takut dia takkan sanggup menghadapi tokoh-tokoh persilatan yang berusaha untuk mendapatkan Pusaka Pedang Merah itu”“Apakah Begawan Mega Merah hanya memiliki seorang murid begawan ?” tanya Bintang.“Tidak... Dulunya Begawan Mega Merah memiliki banyak murid, tapi semua tewas saat Kuil Mega Merah diserang oleh pasukan gerombolan Tapak Beracun. Semua murid habis binasa kecuali Aria Aman
“Sekarang pun larangan itu tetap berlaku, Jagal Bawoh! Sebelum Guru wafat, beliau pernah berpesan agar akulah orang yang harus menjadi penjaga kuil ini, dan melarangmu menginjakkan kaki di kuil ini! Jadi kusarankan padamu, Jagal Bawoh, sebaiknya cepatlah angkat kakimu dari tanah Kuil Mega Merah ini, supaya arwah Guru tidak murka kepadamu!"Mata lebar berwajah angker dengan badan yang besar itu cepat menggeramkan suaranya pertanda menahan kemarahan. Rambut ikalnya yang dibungkus kain merah sebagian itu dibiarkan terhempas angin pegunungan yang semilir. Perutnya yang buncit dengan baju tidak dikancingkan sengaja dipamerkan sebagai umpan pukulan nantinya.Jagal Bawoh punya keyakinan, bahwa hari itu ia harus bertarung dengan Aria Amante. Agaknya Aria tak bisa diajak damai untuk urusan ini. Jagal Bawoh merasa diremehkan oleh larangan Aria itu.Maka, segera ia lontarkan kata yang lebih bernada bermusuhan lagi kepada Aria, “Aku tak bermaksud bermus
Aria Amante cepat menjauhkan diri dengan satu lompatan ringan ke arah samping. Senyumnya semakin mekar melecehkan jatuhnya Jagal Bawoh. Yang merasa dilecehkan cepat berdiri dan menggeram dengan nafsu ingin membunuh.“Kuakui kau sekarang sudah banyak berubah, Aria ! Kau lebih tangkas dan lebih cepat bergerak daripada tiga tahun yang lalu. Tetapi jangan dulu kau merasa bangga dengan kemajuanmu itu! Aku akan merampungkan janjiku yang tadi kuucapkan padamu! Hiaaa!"Jagal Bawoh sentakkan kakinya dari jarak lima langkah. Sentakan itu mempunyai gelombang tenaga dalam yang melesat cepat menghantam perut Aria Amante.Wusss! Begggh!“Ahhg!" Aria Amante tak sempat menangkis karena begitu cepatnya gelombang tenaga dalam dari tendangan kaki Jagal Bawoh, sehingga akibatnya ia terpental ke belakang dan jatuh di semak-semak.Grusakkk!"Hup!" Aria Amante sentakkan kedua tangannya ke tanah dan tubuhnya melentik bagai kaki jangkrik. Lalu,
Seorang perempuan sebaya dengan Aria Amante, segera membantu Aria Amante untuk berdiri. Gadis itu mengenakan baju hijau dengan celana coklat. Bajunya berbelahan dada cukup lebar, hingga sisi bukitnya tampak tersumbul mulus, menggumpal penuh tantangan. Gadis itu berbibir lebar dan tebal, tapi diberi warna merah segar merangsang. Rambutnya sepanjang punggung, lepas tergerai. Di selipan depan perut terlihat sebuah senjata bergagang hitam, yaitu rencong.Melihat ciri-ciri itu, Jagal Bawoh segera mengenali gadis itu. Ia segera serukan kata amukannya dengan suara besar, "Gincu Perawan! Rupanya kau sengaja cari perkara denganku, hah?!"Gincu Perawan, perempuan bertubuh sekal itu tidak melayani seruan Jagal Bawoh. Ia masih menolong Aria Amante yang terluka memar dan kulitnya robek di sana- sini akibat hempasan badai dari 'Tendangan Badai Puyuh' tadi. Bahkan di bagian hidung dan telinganya keluarkan darah segar walau tak begitu banyak, seperti darah yang dikeluarkan Ja
"Seorang istri adalah nyawa bagi hidupku, Aria !" kata Jagal Bawoh. Lalu, Aria Amante menyahut, “Apakah Dewi Asmara Darah sekarang menjadi istrimu?!""Memang belum. Tapi... ""Tapi dia punya permintaan lagi, bukan?!" sahut Gincu Perawan."Itu urusan dia dengan aku!""Memang. Aku hanya ingin meyakinkan bahwa dugaanku benar," kata Gincu Perawan. "Bahkan aku bisa menduga, apa yang diinginkan oleh Dewi Asmara Darah! Pasti dia minta supaya kau mencuri Pedang Merah yang disembunyikan oleh gurumu di dalam kuil itu, bukan?!""Setan kau!" geram Jagal Bawoh.Aria Amante sipitkan mata. Mulai mengerti duduk persoalan sebenarnya yang membuat Jagal Bawoh mendesak ingin masuk ke dalam Kuil Mega Merah. Aria Amante merasakan kebenaran dugaan Gincu Perawan itu, sehingga ia semakin keras berkehendak mengusir Jagal Bawoh.Sementara itu, Jagal Bawoh sendiri merasa sangat jengkel kepada mulut lancang Gincu Perawan yang membuat tujua
“Kau pikir aku akan gentar jika kau sudah cabut pedang begitu? Hmmm! Pedang untuk tebang pohon saja belum tentu bisa dipakai untuk menyerangku?!" Jagal Bawoh mencibir. Aria Amante menahan diri untuk tidak murka dengan melakukan gerakan gegabah.“Kalau kau tak takut dengan pedangku mengapa kau melangkah mundur, Jagal Bawoh?!" kata Aria Amante.“Aku mencari tempat untuk menyerangmu!" Jawab Jagal Bawoh. Pada saat Jagal Bawoh bicara begitu sambil melayangkan pandang kepada Aria Amante, tiba-tiba Gincu Perawan melepaskan pukulan tenaga dalam yang keluarnya dari jari tengah tangan kanan.Zuuttt! sinar warna Hijau yang keluar itu, dan telak menghantam punggung Jagal Bawoh.Zrappp!“Aahg!" Jagal Bawoh mendelik dengan wajah menegang karena kaget dan tubuhnya melengkung ke depan, ia mulai merasakan panas di telapak kakinya, lalu menjalar panas di betisnya dan terus bergerak sampai di lututnya.Cepat-cepat Jagal Bawoh menekan na
"Setan Alas!" rutuk Jagal Bawoh setelah tahu siapa penghadangnya. Orang yang dimakinya itu sunggingkan senyum tipis, dingin.“Kita ketemu lagi, Jagal Bawoh!" ucapnya kalem.“Aku sudah muak bertemu denganmu!" ketus Jagal Bawoh dengan mulut bersungut-sungut dan makin jengkel kepada tangannya yang belum bisa digerakkan itu.“Kau benar, Jagal Bawoh! Kau mestinya memang muak bertemu denganku, karena aku pun muak bertemu denganmu! Tapi kali ini pertemuan kita adalah pertemuan terakhir! Tak ada lagi pertemuan berikutnya, karena aku akan mengirim nyawamu ke neraka sekarang juga!""Hmmm! Boleh saja kau bermulut besar, tapi nyalimu sebenarnya tak ada seujung kuku! Berapa kali kau bertarung denganku dan selalu melarikan diri?!"“Kali ini kau yang akan melarikan diri. Bahkan nyawamu yang akan lari terbirit-birit melihat pedangku!""Bocah setan! Seranglah aku bila kau mampu!" tantang Jagal Bawoh.Dan, pemuda tampan itu sege
Wungngng... ! Begitu cepat, begitu rapat hampir menyentuh telinga Jagal Bawoh, sehingga angin pedang itu menimbulkan dengung yang memekakkan telinga.Jagal Bawoh menggulingkan badan, kemudian kakinya menyentak ke atas dengan penuh gelombang tenaga dalam yang dilepaskan lewat telapak kaki itu.Wusssh! Crasss!Pedang Gigih menebas mengenai sinar putih yang melesat dari telapak kaki itu. Benturan sinar pedang timbulkan letupan api yang memercik ke kaki Jagal Bawoh sendiri. Kaki itu kepanasan dan Jagal Bawoh cepat singkirkan kakinya dalam gerak memutar sambil pinggangnya dipakai menyentak dan tubuhnya pun melenting di udara tak begitu tinggi.Jlegg! Ia kembali berdiri dengan kedua kaki yang kokoh tegap. Tapi tangan tetap seperti monyet yang tak mampu menggaruk kepalanya sendiri."Jurus pedang pembuka!" kata Gigih Tampan sambil sunggingkan senyum meremehkan, ia tampak lebih kalem dari biasanya. Jagal Bawoh diam-diam dibuat grogi oleh kekaleman sikap ber