“Sepertinya Rara Kadita haus, dinda Rawan?” ucap Sarah. Putri Rawan mengangguk lalu dengan cepat menyusui putri tercintanya.
Di tepian air terjun terlihat Bruce dan William yang sedang bermain dengan gembiranya, saling tertawa dengan penuh canda.
“SIAPA YANG BERANI MEMBUAT KERIBUTAN DITEMPATKU INI..!” sebuah suara terdengar membahana ditempat itu, tidak keras tapi cukup bergema ditempat itu. Saran dan Putri Rawan cukup terkejut mendengar hal itu, sementara Bruce dan Will segera naik kedaratan dan kembali mengenakan pakaian mereka kembali, karena sebelumnya kedua sudah melepas pakaian untuk bermain di air.
Keduanya dengan cepat berlari kearah pondok, kedua anak kecil ini terlihat langsung bersikap siaga dengan memasang kuda-kuda untuk melindungi ibu mereka.
“SIAPA ?!” teriak Bruce dengan lantang.
Tiba-tiba saja pandangan ke-4nya mengarah kearah derasnya air terjun yang jatuh kebawah, mata ke-4nya terlihat membesar
Malam itu mereka berpesta kecil ditepian air terjun dengan menyantap ayam panggang buatan Bintang yang memang sudah sangat terkenal lezat. Sebuah api unggun besar tampak menyala sehingga menghangatkan mereka semua yang ada disekeliling api unggun tersebut.“Bujang, tadi aku sempat mampir ke atas lembah, gubuk kita?” Bintang menghentikan ucapannya, seakan ada sesuatu yang sangat berat yang Bintang tidak bisa ucapkan.“Sejak ayah meninggal, aku memang tidak pernah merawat gubuk itu lagi Bintang. Bahkan aku tidak pernah tidur lagi disana. Aku lebih banyak tidur didalam goa” ucap Bujang Sakti seraya menatap kearah air terjun dimana dibalik terjun itu memang ada sebuah goa yang biasanya menjadi tempat latihan Bintang saat menimba ilmu dari mendiang sesepuh Raja Penidur.“Kulihat kau sedikit kurusan Bujang. Apa kau juga malas makan?”“Bisa saja kau, Bintang. Aku memang lebih banyak tidur daripada makan, maka ja
SEBUAH bangunan kusam dan tak terawat terlihat dihadapan Bintang, semak belukar tampak tumbuh subur disekitar bangunan tua tersebut, bahkan sebagian dinding dan atap bangunan tersebut tampak sudah ditutupi oleh tanaman rambat yang tumbuh dimana-mana. Bahkan halaman luas bangunan tersebut sudah hampir tak terlihat lagi karena sudah ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan liar.Bintang hanya terlihat menarik nafas panjang melihat hal, banyak kenangan Bintang dirumah yang Bintang dan Bujang Sakti sebut dengan gubuk itu saat masih menimba ilmu dari sesepuh Raja Penidur. Bintang mengangkat tangannya satu tangannya didepan dada, kedua mata Bintang terpejam, dan ;“Mustofa.. Datanglah!” terdengar suara pelan Bintang menyebut satu nama. Tiba-tiba saja aura ditempat itu terasa berubah.Bleepp!!Tiba-tiba saja dihadapan Bintang muncul sosok seorang laki-laki tua yang mungkin sudah berusia 70 tahunan, mengenakan pakaian yang serba putih, dari jub
Pagi-pagi sekali, Bintang sudah mengajak Bujang Sakti dan keluarganya untuk menuju ke puncak Lembah Sunyi, dengan menggunakan gerobak kuda yang sama saat Bintang menuju Lembah Sunyi, tapi kali ini Bruce dan William duduk dibelakang, karena didepan, Bintang dan Bujang Sakti yang duduk, sosok besar Bujang Sakti tampak duduk dengan santainya diatas pedal gerobak kuda tersebut, tapi anehnya, kuda yang membawa gerobak kuda tersebut seperti tidak merasa berat sedikitpun, padahal berat tubuh Bujang Sakti setara dengan 10 orang biasa. Hal ini tentu saja mengherankan semua orang yang menaiki gerobak kuda tersebut, kecuali Bintang karena Bintang tau saat ini Bujang Sakti tengah menggunakan ilmu peringan tubuhnya yang sudah terbilang sempurna, sehingga kuda yang menarik gerobak kuda tersebut tidak kepayahan membawanya.Sepanjang perjalanan menuju puncak, Bujang Sakti dikejutkan dengan jalanan yang sudah rapi dan bersih, biasanya jalan menuju puncak Lembah Sunyi
“Benar, indah sekali.” ucap Putri Rawan yang tengah menggendong bayi mungilnya ikut tersenyum. Bintang ikut tersenyum mendengar hal itu, kedua tangan Bintang tampak meraih kedua pinggang Sarah dan Putri Rawan.“Ayo kita lihat-lihat isi bangunan ini!” ucap Bintang mengajak keduanya, dengan tersenyum Sarah dan Putri Rawan mengikuti ajakan Bintang. Sementara Bruce, William dan Bujang Sakti mengikuti dari belakang. Di dalam bangunan juga tak kalah menakjubkan, ada 5 kamar tidur, 1 kamar untuk Sarah, 1 kamar untuk Putri Rawan, 1 kamar lagi untuk Bujang, 1 kamar lagi untuk Bruce dan William, sedangkan 1 kamar lagi dibuat Bintang bila ada tamu yang datang berkunjung.Putri Rawan sampai tak mampu menahan air matanya, saat melihat kamar yang telah dipersiapkan oleh Bintang untuk dirinya dan Rara Kadita, putri kecilnya, karena Bintang juga ternyata menyiapkan sebuah box kecil untuk tempat kadita. Dengan terharu, Putri Rawan meletakkan Rara Kadita mungilny
BUJANG SAKTI membawa Bruce dan William jauh kedalam lembah, sesekali Bujang tampak memberikan petunjuk untuk keduanya untuk memilih jalan agar tidak jatuh tergelincir, karena memang jalan lembah cukup licin. Untuk anak sekecil Bruce dan William memang sangat susah, apalagi harus mengikuti gerakan Bujang Sakti yang gesit dan lincah, inilah yang mengherankan Bruce dan William, padahal Bujang Sakti tubuhnya besar dan gemuk. Bujang Sakti sendiri geram melihat kedua calon muridnya yang sangat kesusahan mengikutinya, makanya ;Serr...!!!Bujang Sakti menyambar tubuh keduanya kedalam gendongannya, lalu berkelebat cepat.“Nah... coba dari tadi seperti ini guru, kamikan tidak capek” ucap William bersungut-sungut.“Jangan banyak bacot, aku menyuruh kalian melewati tempat ini juga untuk melatih kuda-kuda dan keseimbangan kalian!” teriak Bujang Sakti keras diantara lesatan tubuhnya. Setelah tiba disebuah tempat yang banyak pohon besarnya, Buja
“Kita tunggu saja... Kalian mundur kebelakangku!” ucap Bujang Sakti memberikan perintah, tanpa banyak tanya Bruce dan William segera bergerak kebelakang Bujang Sakti, ketiganya kini tampak menatap kedepan.Dari kejauhan terlihat sebuah bayangan melesat dengan cepat kearah mereka bertiga.Serrr...Dalam sekejap sosok bayangan itu sudah berada dihadapan mereka. Sosok seorang laki-laki yang bertubuh besar, tapi tidak gemuk seperti Bujang Sakti, mengenakan pakaian putih dengan ikat kepala putih, tubuhnya tampak besar, kekar dan berotot, kedua pergelangan tangannya yang besar tampak dihiasi oleh 2 gelang akar bahar yang juga besar.“Liman Perkasa” ucap Bujang Sakti pelan.“Bujang Sakti.. Seperti janjiku 3 bulan yang lalu, hari ini aku datang lagi untuk menantangmu” ucap lelaki yang disebut sebagai Liman Perkasa oleh Bujang Sakti. (Liman artinya Gajah)“Hahaha... Hasilnya akan tetap sama, Liman Perkasa&rdq
Deesss! Deesss! Deesss!Serangan beruntun yang dilancarkan Liman Perkasa terlihat menghantam dengan bertubi-tubi tubuh Bujang Sakti, dan terlihat Bujang Sakti harus terseret mundur hingga beberapa langkah kebelakang.Bujang Sakti seakan sengaja membiarkan saja tubuhnya menjadi sasaran empuk serangan Liman Perkasa yang terus melancarkan serangannya secara bertubi-tubi, hingga akhirnya Liman Perkasa menyudahi serangannya dengan bersalto tinggi kebelakang. Tatapan Liman Perkasa tampak kembali mengarah kearah sosok tubuh Bujang Sakti yang berada jauh didepannya karena terseret oleh serangannya tadi.“Serangan yang hebat!”. ucap Bujang Sakti tiba-tiba dengan mengibas-ngibaskan tangannya disekujur tubuhnya seakan ingin membuang debu kotoran.Liman Perkasa benar-benar dibuat terkejut atas apa yang dilihatnya, sosok Bujang Sakti yang tadi terkena dengan telak oleh serangannya tidak mengalami luka sedikitpun bahkan serangan Liman Perkasa dianggapnya se
LEMBAH SUNYI. Lembah yang menjadi tempat kediaman mendiang sesepuh Raja Penidur terlihat sepi malam itu, tapi dipuncak lembah tidak sesepi seperti biasanya, terdengar suara tawa dan canda didalam sebuah bangunan indah yang berada dipuncak Lembah Sunyi. Tawa canda itu berasal dari bocah-bocah kecil yang tampak asyik bermain dengan bayi mungil cantik yang ada didekat mereka. Sementara tiga sosok dewasa yang tak lain adalah Bintang, Sarah dan Putri Rawan hanya tersenyum melihat tingkah mereka.Tidak terlihat Bujang Sakti ditempat itu, karena saat ini Bujang Sakti sudah terlelap dalam tidurnya dikamar yang indah dan dikasur yang empuk. Sudah lama sekali Bujang Sakti tidak merasakan empuknya kasur. Makanya begitu bertemu dengan kasur empuk, Bujang Sakti langsung terlena dan terlelap.Bintang sendiri yang duduk diatas sofa besar dengan ditemani kedua istrinya yang cantik jelita tampak terus tersenyum memperhatikan tingkah Bruce dan William yang tengah bermain bersam